SAAT MUDA BERPENAMPILAN MEWAH KETIKA WAFAT SEDERHANA
“ Di
antara orang orang
mukmin itu ada orang orang yang menepati apa yang
telah mereka janjikan kepada Allah. Maka di antara mereka ada yang
gugur dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu nunggu dan mereka
tidak merobah (janjinya) “. ( Q.S. Al Ahzab 2 3)
Di zaman
Nabi s.a.w. hiduplah seorang pemuda kaya berpenampilan
rupawan, namanya Mush’ab bin Umair. Dilahirkan di masa jahiliyah, empat belas tahun setelah
kelahiran Nabi s.a.w.
Imam
Ibnul Atsir berkata : “ Mush’ab adalah pemuda tampan dan rapi penampilannya. Kedua
orang tuanya sangat menyayanginya. Ibunya seorang wanita kaya. Sandal Mush’ab
adalah sandal al Hadrami, pakaiannya yang terbaik, adalah orang Mekah yang
paling harum sehingga semerbak aroma parfumnya.
Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Aku tidak pernah melihat seorang pun di Mekah yang lebih rapi
rambutnya, paling bagus pakaiannya, dan paling banyak diberi
kenikmatan selain dari Mush’ab bin Umair ”. ( H.R. Hakim ).
MEMELUK
ISLAM
Walau hidup di lingkungan jahiliyah, dia terpanggil juga memeluk Islam. Dia
mendatangi Nabi s.a.w. di rumah al Arqam dan menyatakan keimanannya.
Kemudian
Mush’ab menyembunyikan keislamannya untuk menghindari intimidasi kafir Quraisy.
Walau dalam situasi sulit dia tetap aktif menghadiri majelis Rasulullah s.a.w.. Hingga akhirnya menjadi salah seorang sahabat yang dalam
ilmunya. Sehingga Rasulullah s.a.w. mengutusnya
ke Madinah untuk berdakwah.
DILAPORKAN
Suatu
hari Utsmani bin Thalhah melihat Mush’ab bin Umair beribadah, dia
melaporkan kepada ibu Mush’ab, ibunya kecewa dan mengancamnya tidak akan memberi makan dan minum serta terus beridiri tanpa naungan, baik
di siang maupun malam
hari, kecuali Mush’ab meninggalkan agamanya.
Mush’ab pun ditangkap oleh keluarganya dan disiksa.
Karena kerasnya pendirian, berubahlah kehidupannya.
BERPENAMPILAN
BEDA
Ali bin Abi
Thalib berkata : “ Suatu hari, kami duduk bersama Rasulullah s.a.w. di masjid, kemudian muncullah Mush’ab
bin Umair mengenakan kain burdah kasar bertambalan. Ketika Rasulullah s.a.w. melihatnya, beliau menangis
teringat akan kenikmatan yang ia dapatkan dahulu (sebelum memeluk Islam)
dibandingkan dengan keadaannya sekarang…”. ( H.R.
Tirmidzi ).
Zubair
bin al Awwam berkata : “ Suatu ketika Rasulullah s.a.w. sedang duduk dengan para sahabat di Masjid Quba, lalu
muncullah Mush’ab bin Umair dengan kain burdah (jenis kain kasar) yang tidak
menutupi tubuhnya secara utuh.
Orang orang pun menunduk, kemudian dia
mendekat dan mengucapkan salam. Mereka menjawab salamnya. Kemudian Nabi s.a.w. memuji dan mengatakan hal yang baik baik tentangnya. Beliau bersabda : “ Sungguh aku melihat Mush’ab tatkala bersama kedua orang
tuanya di Mekah, keduanya memuliakan dia dan memberinya berbagai macam
fasilitas dan kenikmatan. Tidak ada pemuda pemuda
Quraisy yang semisal dengan dirinya. Setelah itu dia tinggalkan semuanya demi menggapai ridha Allah dan menolong Rasul Nya ”. ( H.R. Hakim ).
Saad bin
Abi Waqqash r.a. berkata : “ Dulu saat bersama orang tuanya, Mush’ab bin Umair adalah
pemuda Mekah yang paling harum. Ketika ia mengalami apa yang kami alami
(intimidasi), keadaannya pun berubah. Kulihat kulitnya pecah pecah mengelupas dan tertatih tatih, sampai
tidak mampu berjalan, kami ulurkan busur busur kami, kemudian kami papah dia ”.
BERDAKWAH
KE YATSRIB ( MADINAH )
Karena keluasan
ilmunya Mush’ab bin Umair diutus berdakwah ke Yatsrib,
tinggal di tempat As’ad bin Zurarah, dalam waktu singkat, sebagian besar penduduk Madinah pun
memeluk agama Islam
Kemudian dia
berdakwah kepada Saad bin Muadz seorang kepala suku. Saad memiliki kesan mendalam terhadap Mush’ab bin Umair r.a. Kemudian Saad berkata kepada kaumnya : “ Wahai Bani Abdu Asyhal, apa yang kalian ketahui tentang
kedudukanku di sisi kalian ? ”. Mereka menjawab : “ Engkau adalah pemuka kami, orang yang paling bagus
pandangannya dan paling lurus tabiatnya ”. Kemudian Saad berkata : “ Haram bagi laki laki dan perempuan di antara kalian
berbicara kepadaku sampai ia beriman kepada Allah dan Rasul Nya ! ”. Tidak sampai sore hari seluruh kaumnya beriman kecuali
Ushairim. Berkat dakwah Mush’ab, Madinah menjadi tempat pilihan Nabi s.a.w. dan para sahabatnya hijrah, sehingga dikenal dengan Kota Nabi Muhammad
(Madinah an Nabawiyah).
TERBUNUH
Muhammad
bin Syarahbil mengisahkan akhir hayatnya : “ Mush’ab bin Umair r.a. membawa bendera perang di medan Uhud, lalu datang penunggang kuda dari
pasukan musyrik Ibnu Qumai ah al Laitsi ( yang mengira bahwa Mush’ab adalah Rasulullah ), kemudian dia menebas tangan kanan Mush’ab sampai putus, kemudian Mush’ab membaca ayat : “ Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh
telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul ”. ( Q.S. Ali Imran 144 ). Kemudian bendera dipegang
dengan tangan kirinya. Kemudian Ibnu Qumai ah datang kembali dan menebas tangan
kirinya hingga terputus kedua lengannya.
Kemudian Mush’ab mendekap bendera di dadanya sambil membaca
ayat yang sama. Kemudian anak panah merobohkannya dan terjatuhlah bendera
tersebut. Setelah Mush’ab gugur, Rasulullah menyerahkan bendera pasukan kepada
Ali bin Abi Thalib ( Ibnu Ishaq ). Kemudian bnu Qumai ah kembali ke pasukan kafir Quraisy sambil berkata : “ Aku telah membunuh Muhammad ”.
NABI MENDO’AKAN
Abu
Hurairah mengisahkan : “ Setelah perang Uhud usai, Rasulullah s.a.w. mencari sahabat sahabatnya yang gugur. Saat melihat jasad Mush’ab bin
Umair yang syahid dengan keadaan menyedihkan, beliau berhenti, lalu mendoakan
kebaikan untuknya. Kemudian beliau membaca ayat : “ Di antara orang orang mukmin itu ada orang orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah, maka di
antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu nunggu dan mereka tidak merubah ( janjinya ) ”. ( Q.S. Al Ahzab 23 ).
Kemudian
beliau mempersaksikan bahwa sahabat sahabatnya yang gugur adalah syuhada
di sisi Allah. Setelah itu, beliau berkata kepada jasad Mush’ab : “ Sungguh aku melihatmu ketika di Mekah, tidak ada seorang pun
yang lebih baik pakaiannya dan rapi penampilannya daripada engkau. Dan sekarang
rambutmu kusut dan ( pakaianmu ) kain burdah ”.
Tak
sehelai pun kain untuk kafan yang menutupi jasadnya kecuali sehelai burdah.
Andainya ditaruh di atas kepalanya, terbukalah kedua kakinya. Sebaliknya, bila
ditutupkan ke kakinya, terbukalah kepalanya. Sehingga Rasulullah bersabda : “ Tutupkanlah kebagian kepalanya, dan kakinya tutupilah dengan
rumput idkhir ”. Mush’ab wafat setelah 32 bulan hijrahnya Nabi ke Madinah, saat itu usianya 40 tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar