Kamis, 10 Maret 2016


HIMPUNAN KISAH TAULADAN PENGGUGAH IMAN


HIKMAH DELAPAN DIRHAM

Suatu pagi Rasulullah s.a.w. sibuk memperhatikan baju satu satunya yang sudah usang dengan cermat. Namun beliau tak mempunyai uang sepeser pun untuk membelinya.  

Karena Allah Maha Bijaksana, Rasulullah diberinya rezeki sebanyak delapan dirham. Di tengah perjalanan,  beliau menemukan seorang wanita menangis karena kehilangan uang. Segera beliau memberikan uangnya sebanyak dua dirham, sambil menenangkan wanita tersebut. Kemudian Rasulullah menuju ke pasar. Sepanjang lorong pasar banyak masyarakat  menegur beliau dengan hormat. Kemudian beliau membeli sepasang baju seharga empat dirham dan segera pulang.
Di perjalanan bertemu orang tua telanjang, dengan iba memohon sepotong baju untuk dipakainya, kemudian baju yang baru yang dibeli diberkannya kepada orang tersebut. Kemudian Beliau kembali ke pasar untuk membeli baju lagi seharga dua dirham.
Ketika beliau ke luar pasar, ditemuinya lagi wanita  menangis tadi. kelihatan gelisah. Rasulullah s.a.w. mendekat dan bertanya, ternyata dia ketakutan pulang. Karena terlambat dan takut dimarahi majikannya. Rasulullah s.a.w. kemudian menyatakan akan mengantarkannya.
Wanita tersebut pulang bersama Rasulullah s.a.w. Kebetulan saat itu yang ada hanya para isteri mereka. “ Assalamu’alaikum warahmatullah ”, sapa Rasulullah saw. Mereka semuanya diam tak menjawab. Rasulullah s.a.w. mengulang salam sampai tiga kali, baru mereka serentak menjawab. Rasulullah heran kemudian menanyakan apa yang terjadi.
Mereka berkata : ” Tidak ya Rasulullah kami sudah mendengar, kami sengaja ingin mendapatkan salam lebih banyak ”. Rasulullah melanjutkan : “ Pembantumu terlambat tidak berani pulang, sekiranya harus menerima hukuman, akulah yang akan menerimanya ”. Ucapan ini sangat mengejutkan,  mereka berkata : “ Kami memaafkan dan membebaskannya karena mengharap ridha Allah semata”. Budak tersebut sangat berterima kasih dan bersyukur atas kebebasannya karena keprdulian Rasulullah s.a.w.
Rasulullah saw pulang sambil bergumam : “ Belum pernah kutemui hikmah angka 8 sebagaimana hari ini, yang mampu mengamankan seorang dari ketakutan dan memerdekakannya dan 2 orang yang membutuhkan ”.

JEJAK TERUMPAH BILAL
Bilal bin Rabah merupakan sahabat Nabi Muhammad s.a.w. yang diberi tugas mengumandangkan adzan untuk pertama kalinya.
Posisinya sebagai budak, sosok tubuhnya kuat, berkulit hitam, namun mempunyai ciri khas bersuara lantang, yang merupakan modal utama dalam memanggil umat Islam untuk berjama’ah sholat.
Karena mememeluk Islam, dia disiksa berkali kali oleh majikannya Umayyah bin Khalaf hingga akhirnya penyiksaan diketahui sahabat Abu Bakar. Abu Bakar kemudian memerdekakan Bilal bin Rabah dengan membayar tebusan lebih tinggi dari harga yang diminta tuannya.
Siapa menyangka bahwa mantan budak yang rendah posisinya saat itu bisa memperoleh kemuliaan di sisi Nabi Muhammad s.a.w. bahkan oleh Rasulullah telah digaransi masuk syurga.
Diriwayatkan selepas sholat shubuh berjamaah, Rasulullah s.a.w.  memanggil Bilal dan bertanya kepadanya : " Katakanlah kepadaku, apa amalanmu yang paling besar pahalanya yang kamu kerjakan dalam Islam ?, karena sesungguhnya aku mendengar hentakkan sandalmu di syurga ". Suara sandal Bilal terdengar Rasulullah ketika ia berada di syurga pada malam Isra' Mi'raj.
" Setiap aku berwudhu, kapanpun itu, baik siang maupun malam, aku selalu melakukan salat dengan wudhu tersebut ", jawab Bilal. 
Jadi Bilal selalu menjaga kesehariannya dengan berwudhu. Setiap wudhunya  batal,  dia berwudhu kemudian melakukan salat dua rakaat setelah wudhu.
Karena amalan tersebut Bilal menjadi istimewa. Ketekunan Bilal dalam menjaga kesuciannya dengan berwudhu membuat suara sandalnya terdengar oleh Rasulullah s.a.w. di syurga.
Hal tersebut membuktikan bahwa yang dlakukan diridlai Allah s.a.w.
Pada umumnya wudlu hanya dilakukan ketika hendak menunaikan sholat saja, padahal ada keutamaan lain bagi yang bisa menjaga dirinya dari hadats kecil, sebagaimana yang dilakukan sahabat Bilal bin Rabbah r.a..Begitu mulia ajaran Islam, walau semula Bilal bin Rabbah bersatatus sebagai budak yang rendah, namun berkat meyakini ajaran Islam, martabatnya jadi terangkat secara mulia di sisi Agama Islam, bahkan kelak di jamin masuk syurga berkat amalannya yang luar biasa.                                                  
PEMUDA SHOLIH MEJELANG MAUT
Syaikh Muhammad Hassan hafidzahullah dalam sebuah khotbahnya, mengkisahkan cerita ajaib yang dialami seorang pemuda di detik terakhir menjelang sakaratul maut. Rumahnya di selimuti kesedihan, seorang pemuda yang terkenal sholeh dan berbakti kepada ibunya tengah terbaring di atas kasur. Dalam ketegangan tersebut, tiba tiba pemuda tersebut mengucapkan kata kata menakjubkan.. Keluarga dan tetangga yang mengelilingi di dekatnya bingung, ada apa dengan pemuda tersebut ?.              
“ Tidak aku tidak bisa, aku tidak bisa, aku harus izin dulu kepada ibuku ”, demikian ucapannya berulang ulang. Di tengah kebingunan yang hadir, salah seorang bergegas memanggil Ibunya. Ibunya berada dalam kamar berbeda karena tak kuasa melihat putra kesayangannya menghadapi sakaratul maut. “ Lihatlah anakmu, ia terus menerus mengucapkan kalimat  yang aneh ! “, teriaknya sambil mengajak sang Ibu untuk ke kamar anaknya.
Dalam kamar, tampak pemuda mengeluarkan keringat. Menurut Syaikh Muhammad Hassan  adalah sebagian dari tanda Husnul Khotimah. Sang Ibu mendekati putra kesayangannya dan  mendengarkan kata kata yang terus di ulang ulang buah hatinya : “ Tidak aku tidak bisa aku tidak bisa, aku harus izin dulu kepada ibuku ”. Sang Ibu memeluk dan membelai anaknya seraya berkata : “ Wahai anaku ini aku ibumu. Wahai anaku, aku ibumu nak, dengan siapa kau bicara ? ”. Dalam waktu singkat sang pemuda bercerita dengan napas yang tersengal sengal.
“ Wahai ibu, seorang gadis cantik jelita, belum pernah aku melihatnya. Ia datang kemari, aku melihatnya di hadapanku. Ia melamarku untuk dirinya, aku bilang kepadanya : “ Tidak aku tidak bisa sampai aku minta izin kepada ibuku ”. Sang ibu menangis sejadi jadinya, kerinduannya melihat anaknya menikah membuatnya makin terharu. Kemudian Ibunya berkata : “ Aku izinkan anakku, dia adalah bidadari dari syurga untukmu, aku sudah izinkan nak “. Tak lama kemudian, sang pemuda sholeh meninggal dunia dalam pelukan ibunya.
Syaikh Muhammad Hassan mengingatkan dalam waktu yang sempit menjelang ajal  seseorang mukmin diperlihatkan tempat tinggalnya di syurga : Janganlah kalian takut dan jangan pula bersedih, berbahagialah kalian dengan syurga yang telah dijanjikan untuk kalian”.   ( Q.S. Fushilat : 30 )

SUDI MENYERAHKAN KEBUN YANG DICINTAI DEMI ALLAH DAN RASULNYA
Abu Thalhah  adalah seorang hartawan, ketika itu belum memeluk Islam, namun dia tertarik dan berkeinginan meminang seorang bangsawan yang sholikhah Ummu Sulaim ( ibu Anas bin Malik ) yang sudah menjanda dengan mahar tinggi, namun lamaran itu ditolak Ummu Sulaim dengan berkata : " Tidak sepantasnya aku menikah dengan seorang musyrik “.
Kemudian Abu Thalhah  kembali datang  dengan mahar istimewa, dengan harapan Ummu Sulaim luluh dan mau menerimanya. Namun Ummu Sulaim kembali menolaknya sambil berkata  dengan santunnya : " Tidak pantas orang yang sepertimu akan ditolak wahai Abu Thalhah. Akan tetapi engkau seorang kafir sedang aku seorang Muslimah yang tidak pantas bagiku untuk menikah denganmu ".
Kemudian Abu Thalhah berkata : " Itu bukan kebiasaanmu ". Ummu Sulaim berkata : " Apa kebiasaanku ? ". Abu Thalkhah berkata : " Emas dan perak ". Ummu Sulaim menjawab : " Sesungguhnya aku tidak menginginkan emas dan perak, akan tetapi aku hanya inginkan darimu adalah Islam ".
Akhirnya Abu Thalkhah memeluk Islam karena syarat yang diajukan Ummu Sulaim.
Abu Thalkhah tergolong konglomerat nomor satu dari kabilah Anshar. Setelah memeluk Islam keimanannya semakin mantap dan kuat.  Harta yang paling dia cintai adalah tanah perkebunan “Bairuha”.
Kebun Bairuha posisinya berhadapan dengan masjid, Rasulullah s.a.w. pernah meminum airnya.
Ketika turun ayat yang berbunyi : “ Sekali kali belum sampai pada kebaktian yang sempurna sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai ”. ( Ali Imran (3) : 92 )
Mendengar ayat ini, kontan Abu Thalhah menghadap Rasulullah s.a.w. sambil berkata : “ Dan sesungguhnya harta yang paling saya cintai adalah tanah perkebunan Bairuha. Sekarang kebun ini saya sedekahkan untuk Allah dengan harapan akan mendapatkan ganjaran kebaikan dari Allah kelak. Maka pergunakanlah sekehendak Anda wahai Rasulullah ”.
Begitu hebat dan mantapnya keimanan Abu Thalkhah sehingga setelah memeluk Islam, sudi merelakan kebun yang dicintainya untuk kepentingan Allah dan Rasul Nya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar