TIGA PENDETA MEYAKINI KEDATANGAN NABI MUHAMMAD
“Orang orang (Yahudi dan
Nasrani) yang telah Kami beri Al kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad
seperti mereka mengenal anak anaknya sendiri dan sesungguhnya sebahagian
diantara mereka menyembunyikan kebenaran padahal mereka mengetahui”. (Q.S. Al
Baqarah (2) : 146)
Ayat tersebut membuka
kedok sifat orang Yahudi dan Nasrani yang semula meyakininya akan datangnya
Nabi akhir zaman sebagaimana mereka mengenal anaknya sendiri. Tetapi ketika
masa tibanya sang utusan dia justru mengingkarinya !.
DIAJAK
BERNIAGA
Selain menggembala
domba di perbukitan Mekkah, Muhammad muda kerap diajak pamannya Abu Thalib, bepergian bersama rombongan
saudagar. Di usia 9-12 tahun Muhammad diajak pamannya ke Suriah berniaga.
Di Bostra tempat yang biasa
disinggahi rombongan saudagar Mekkah untuk istirahat, berdiri sebuah biara
sejak lama dihuni pendeta pendeta Kristen.
MANUSKRIP
KUNO
Dalam biara terdapat manuskrip kristen yang terjaga,
salah satu manuskrip menyebut ramalan datangnya seorang Nabi di masyarakat Arab. Ramalan menarik perhatian Bahira, pendeta di biara yang menguasai
kandungan manuscript, dia yakin Nabi tersebut datang di masa hidupnya.
MEMANTAU
Karena itu setiap
rombongan dagang dari Mekkah mendatangi tempat persinggahan tersebut, Bahira selalu memperhatikannya. Bila pada rombongan sebelumnya
Bahira tidak melihat tanda tanda kenabian, namun pada rombongan
Muhammad dan pamannya, Bahira melihat dengan jelas.
Kemudian Bahira
mengundang rombongan masuk ke dalam biara, Bahira
memperhatikan
satu persatu anggota rombongan. Namun Bahira tidak melihat tanda tanda kenabian. Bahira bertanya apa tidak ada anggota
yang tertinggal. Rupanya karena kelalaian Muhammad tidak diajak masuk biara.
MENELITI
Kemudian Bahira
menjemput Muhammad dan memeluknya. Bahira mengajak masuk. Tak sedetikpun mata Bahira lepas dari Muhammad. Ciri fisik yang
digambarkan dalam manuskrip cocok dengan Muhammad.
Usai makan Bahira menghampiri Muhammad
menanyakan tentang kehidupannya dan meminta melepas jubahnya agar bisa melihat
punggungnya. Di antara dua punggungnya dia melihat tanda kenabian seperti yang
digambarkan dalam manuskrip.
DIINGATKAN
Setelah itu Bahira
menghampiri Abu Thalib menanyakan apa hubungannya dengan Muhammad. Abu Thalib
menyebut bahwa Muhammad adalah anak saudaranya. “Bawalah anak saudaramu ini
kembali ke negerinya dan lindungilah dia dari kaum Yahudi. Demi Tuhan kalau
mereka melihatnya dan tahu seperti aku mengenalnya, mereka akan berbuat jahat
terhadapnya !. Anak saudaramu ini kelak akan menjadi orang besar”, kata Pendeta Bahira kepada Abu Thalib.
BIOGRAFI MUHAMMAD
Saat muda Muhammad menjadi ketua
rombongan dagang milik wanita kaya Khadijah binti Khuwaylid. Ditemani budak
kepercayaan Khadijah Maysarah.
PENDETA NESTOR MENEBAK KENABIANNYA
Di Bostra Muhammad
bertemu pendeta Kristen Nestor. Bahira sudah meninggal saat
itu. “Dia tak lain adalah seorang Nabi”, kata Nestor. Kisah itu
diceritakan Maysarah kepada majikannya, juga kepiawaian Muhammad dalam berdagang,
sehingga membuat Khadijah makin kagum
pada Muhammad.
PENDETA
WARAQAH MENEBAK KENABIANNYA
Khadijah
menceritakan apa yang diceritakan Maysarah kepada sepupunya, Waraqah seorang pendeta Kristen. “Jika ini benar, maka Muhammad adalah Nabi dari kaum kita. Telah lama aku tahu bahwa seorang Nabi akan
diutus dan saatnya kini telah tiba”, kata Waraqah kepada Khadijah.
KEJADIAN
DI GUA HIRA
Muhammad biasa
bertahannud di Gua Hira, ketika pulang tubuhnya gemetar. Sesampainya di rumah meminta sang istri menyelimutinya. Kemudian menceritakan bahwa ia didatangi Jibril dan menyampaikan wahyu.
Esoknya Khadijah menceritakan kepada Waraqah yang sudah semakin sepuh dan buta. “Quddus !, Quddus !”, kata Waraqah. “Demi Tuhan yang menguasai jiwaku, yang
mendatangi Muhammad adalah Namus yang terbesar, yang dulu juga mendatangi Musa.
Sungguh, Muhammad adalah Nabi bagi kaumnya, yakinkanlah dia”. Namus dalam bahasa Yunani, adalah hukum Tuhan
atau ruh. Dalam kejadian ini yang dimaksud adalah Malaikat Jibril.
DIINGATKAN
Ketika thawaf Muhammad melihat
Waraqah duduk dekat Ka’bah. Selesai thawaf Muhammad menceritakan pengalamannya di
gua hira, Waraqah kemudian memperingatkan : “Engkau akan didustakan orang, akan diperlakukan
buruk, mereka akan mengusirmu, bahkan berperang melawanmu !. Seandainya aku
masih hidup saat itu, Allah tahu aku pasti membela kebenaran agama Nya”. Waraqah lalu memeluk dan mencium ubun ubunnya.
DIANCAM
Setelah Nabi Muhammad mulai
menyiarkan da’wahnya, banyak penolakan dari masyarakat Mekkah. Penderitaan umat
Islam awal di Mekkah makin menjadi jadi,
diintimidasi, diancam, bahkan disiksa agar meninggalkan ajaran
Islam yang mereka yakini.
HIJRAH
PERTAMA
Lantaran tak tega melihat
penderitaan sahabatnya, Nabi memerintahkan hijrah ke kerajaan Abyssinia. “Di sana kalian akan mendapati seorang raja yang adil dan bijaksana. Suatu negeri yang kalian
bebas dan leluasa dalam beragama. Sampai suatu saat Allah memberikan jalan yang
dapat menghindarkan penderitaan yang kalian alami”, kata Nabi.
DILINDUNGI
RAJA NEGUS (NAJASI)
Kemudian pemimpin
Quraisy membentuk delegasi bertemu Raja Negus,
meminta agar memulangkan para pengikut nabi. Tetapi Raja Negus menolaknya. “Demi Tuhan, mereka tidak boleh dikhianati. Mereka telah meminta
suaka perlindunganku dan menjadikan negeriku sebagai tempat tinggal, serta
telah memilihku dari yang lain”, kata Raja Negus. Padahal orang orang Abyssinia adalah penganut Kristen.
Mereka menyembah Tuhan yang Esa.
MAKIN
MELUAS
Dakwah Nabi makin
berpengaruh di Madinah sampai ke wilayah sekitar. Karena itu utusan kerajaan tetangga kerap menemui Nabi guna membuka hubungan diplomatik. Salah satu utusan adalah kaum Kristen Najran, wilayah bagian Bizantium. Delegasi iberjumlah 6 orang, diterima Nabi di Masjid Nabawi, tujuannya membuat perjanjian.
DIPERSILAHKAN
IBADAH DALAM MASJID
Ketika waktu ibadah mereka tiba, Nabi mengizinkan melaksanakannya dalam
masjid dengan menghadap ke timur. Selama di Madinah tinggal bersama Nabi di Masjid Nabawi.
PERJANJIAN DAMAI
Kemudian Nabi membuat perjanjian :
Madinah sebagai kekuatan baru di jazirah Arab akan memberi perlindungan
pengikut Kristen Najran, gereja gerejanya dan kekayaan mereka, mereka akan
membayar pajak sebagai upah perlindungan.
KISAH TAULADAN
RASULULLAH
MENERIMA WASIAT HARTA PENDETA YAHUDI
Karena pentingnya
urusan kemanusiaan sehingga agama Islam memberikan tuntunan agar menjaganya
secara baik dan santun. Atas dasar prinsip inilah
Nabi s.a.w. juga mengamalkannya/
Sebuah kisah unik diceritakan Ibnu Hisyam dalam kitab Sirahnya. Pada saat Nabi Muhammad s.a.w. masih hidup, beliau mempunyai seorang
sahabat dari kalangan Yahudi bernama Mukhairiq, seorang pendeta Yahudi yang
alim dan kaya raya.
Dia
memiliki beberapa kebun kurma terbentang sepanjang kota Madinah. Dia sangat akrab
dengan Nabi s.a.w. dan sangat hafal dengan karakter serta sifat kesehariannya,
namun sayang hatinya belum tersentuh untuk mengucapkan dua kalimat syahadat .
Hari demi hari
berlalu hingga datang suatu saat dimana terjadi perperangan Uhud antara kaum
muslimin dengan orang kafir
Qatadah menyebutkan
bahwa perang ini terjadi pada hari Sabtu, 11 Syawwal, tahun ke 3 hijriah. Pada
perperangan ini, Syekh Muhammad Khudhari Bek mencatat kaum muslimin hanya
berjumlah 1.000 pasukan, sementara pihak musuh mencapai 3.000 orang, sebuah
kekuatan tak seimbang.
Anehnya salah seorang
di antara seribu pasukan muslim terdapat seorang bernama Mukhairiq, dia
memutuskan ikut berperang membantu Rasulullah s,a,w, dan umat Islam.
Sebelum berangkat
perang, dia berpesan kepada kaumnya : “Wahai orang orang Yahudi sekalian,
demi Allah sesungguhnya kalian akan mengetahui bahwa menolong Muhammad adalah
sebuah keharusan bagi kalian”.
Kemudian kaumnya menjawab : “Bukankah
sekarang hari Sabtu (hari peribadatan bagi orang Yahudi) ?”.
Kemudian Mukhairiq
menjawab : “Tidak ada hari Sabtu bagi kalian (Tidak ada peribadatan di hari
Sabtu bagi kalian)”.
Kemudian dia menghunus
pedangnya sambil berpesan : “Seandainya dalam perperangan ini saya meninggal
dunia, maka seluruh hartaku saya serahkan kepada Muhammad agar dia berdayakan
sesuai dengan kehendak Allah s.w.t.”.
Tidak lama setelah
itu, iapun berangkat menuju Uhud untuk berperang bersama Rasulullah s.a.w..
Begitu indahnya
sentuhan rasa kemanusiaan sampai si Mukhairiq, walau sebagai
pemeluk agama Yahudi rela memberikan hartanya kepada Nabi s.a.w.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar