Selasa, 25 Juni 2019




TIGA PENDETA MEYAKINI KEDATANGAN NABI MUHAMMAD


            “Orang orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak anaknya sendiri dan sesungguhnya sebahagian diantara mereka menyembunyikan kebenaran padahal mereka mengetahui”. (Q.S. Al Baqarah (2) : 146)
            
Ayat tersebut membuka kedok sifat orang Yahudi dan Nasrani yang semula meyakininya akan datangnya Nabi akhir zaman sebagaimana mereka mengenal anaknya sendiri. Tetapi ketika masa tibanya sang utusan dia justru mengingkarinya !. 

DIAJAK BERNIAGA
Selain menggembala domba di perbukitan Mekkah, Muhammad muda kerap diajak pamannya Abu Thalib, bepergian bersama rombongan saudagar. Di usia 9-12 tahun Muhammad diajak pamannya ke Suriah berniaga.
Di Bostra tempat yang biasa disinggahi rombongan saudagar Mekkah untuk istirahat, berdiri sebuah biara sejak lama dihuni pendeta pendeta Kristen.   

MANUSKRIP KUNO
Dalam biara terdapat manuskrip kristen yang terjaga, salah satu manuskrip menyebut ramalan datangnya seorang Nabi di masyarakat Arab. Ramalan menarik perhatian Bahira, pendeta di biara yang menguasai kandungan manuscript, dia yakin Nabi tersebut datang di masa hidupnya.

MEMANTAU
Karena itu setiap rombongan dagang dari Mekkah mendatangi tempat persinggahan tersebut, Bahira selalu memperhatikannya. Bila pada rombongan sebelumnya Bahira tidak melihat tanda tanda kenabian, namun pada rombongan Muhammad dan pamannya, Bahira melihat dengan jelas.
Kemudian Bahira mengundang rombongan masuk ke dalam biara, Bahira
memperhatikan satu persatu anggota rombongan. Namun Bahira tidak melihat tanda tanda kenabian. Bahira bertanya apa tidak ada anggota yang tertinggal. Rupanya karena kelalaian Muhammad tidak diajak masuk biara.

MENELITI
Kemudian Bahira menjemput Muhammad dan memeluknya. Bahira mengajak masuk. Tak sedetikpun mata Bahira lepas dari Muhammad. Ciri fisik yang digambarkan dalam manuskrip cocok dengan Muhammad.
Usai makan Bahira menghampiri Muhammad menanyakan tentang kehidupannya dan meminta melepas jubahnya agar bisa melihat punggungnya. Di antara dua punggungnya dia melihat tanda kenabian seperti yang digambarkan dalam manuskrip.

DIINGATKAN
Setelah itu Bahira menghampiri Abu Thalib menanyakan apa hubungannya dengan Muhammad. Abu Thalib menyebut bahwa Muhammad adalah anak saudaranya. “Bawalah anak saudaramu ini kembali ke negerinya dan lindungilah dia dari kaum Yahudi. Demi Tuhan kalau mereka melihatnya dan tahu seperti aku mengenalnya, mereka akan berbuat jahat terhadapnya !. Anak saudaramu ini kelak akan menjadi orang besar”, kata Pendeta Bahira kepada Abu Thalib.

BIOGRAFI MUHAMMAD
Saat muda Muhammad menjadi ketua rombongan dagang milik wanita kaya Khadijah binti Khuwaylid. Ditemani budak kepercayaan Khadijah Maysarah. 

PENDETA NESTOR MENEBAK KENABIANNYA
Di Bostra Muhammad bertemu pendeta Kristen Nestor. Bahira sudah meninggal saat itu. “Dia tak lain adalah seorang Nabi”, kata Nestor. Kisah itu diceritakan Maysarah kepada majikannya, juga kepiawaian Muhammad dalam berdagang, sehingga  membuat Khadijah makin kagum pada Muhammad.

PENDETA WARAQAH MENEBAK KENABIANNYA
Khadijah menceritakan apa yang diceritakan Maysarah kepada sepupunya, Waraqah seorang pendeta Kristen. “Jika ini benar, maka Muhammad adalah Nabi dari kaum kita. Telah lama aku tahu bahwa seorang Nabi akan diutus dan saatnya kini telah tiba”, kata Waraqah kepada Khadijah.

KEJADIAN DI GUA HIRA
Muhammad biasa bertahannud di Gua Hira, ketika pulang tubuhnya gemetar. Sesampainya di rumah meminta sang istri menyelimutinya. Kemudian menceritakan bahwa ia didatangi Jibril dan menyampaikan wahyu. Esoknya Khadijah menceritakan kepada Waraqah yang sudah semakin sepuh dan buta. Quddus !, Quddus !, kata Waraqah. “Demi Tuhan yang menguasai jiwaku, yang mendatangi Muhammad adalah Namus yang terbesar, yang dulu juga mendatangi Musa. Sungguh, Muhammad adalah Nabi bagi kaumnya, yakinkanlah dia”.  Namus dalam bahasa Yunani, adalah hukum Tuhan atau ruh. Dalam kejadian ini yang dimaksud adalah Malaikat Jibril.

DIINGATKAN
Ketika thawaf Muhammad melihat Waraqah duduk dekat Ka’bah. Selesai thawaf Muhammad menceritakan pengalamannya di gua hira, Waraqah kemudian memperingatkan : “Engkau akan didustakan orang, akan diperlakukan buruk, mereka akan mengusirmu, bahkan berperang melawanmu !. Seandainya aku masih hidup saat itu, Allah tahu aku pasti membela kebenaran agama Nya”. Waraqah lalu memeluk dan mencium ubun ubunnya.

DIANCAM
Setelah Nabi Muhammad mulai menyiarkan da’wahnya, banyak penolakan dari masyarakat Mekkah. Penderitaan umat Islam awal di Mekkah makin menjadi jadi, diintimidasi, diancam, bahkan disiksa agar meninggalkan ajaran Islam yang mereka yakini.

HIJRAH PERTAMA
Lantaran tak tega melihat penderitaan sahabatnya, Nabi memerintahkan hijrah ke kerajaan Abyssinia. “Di sana kalian akan mendapati seorang raja yang adil dan bijaksana. Suatu negeri yang kalian bebas dan leluasa dalam beragama. Sampai suatu saat Allah memberikan jalan yang dapat menghindarkan penderitaan yang kalian alami, kata Nabi.

DILINDUNGI RAJA NEGUS (NAJASI)
Kemudian pemimpin Quraisy membentuk delegasi bertemu Raja Negus,  meminta agar memulangkan para pengikut nabi. Tetapi Raja Negus menolaknya. “Demi Tuhan, mereka tidak boleh dikhianati. Mereka telah meminta suaka perlindunganku dan menjadikan negeriku sebagai tempat tinggal, serta telah memilihku dari yang lain”, kata Raja Negus. Padahal orang orang Abyssinia  adalah penganut Kristen. Mereka menyembah Tuhan yang Esa.

MAKIN MELUAS
Dakwah Nabi makin berpengaruh di Madinah sampai  ke wilayah sekitar. Karena itu utusan kerajaan tetangga kerap menemui Nabi guna membuka hubungan diplomatik. Salah satu utusan adalah kaum Kristen Najran, wilayah bagian Bizantium. Delegasi iberjumlah 6 orang, diterima Nabi di Masjid Nabawi, tujuannya membuat perjanjian.

DIPERSILAHKAN IBADAH DALAM MASJID
Ketika waktu ibadah mereka tiba, Nabi mengizinkan melaksanakannya dalam masjid dengan menghadap ke timur. Selama di Madinah tinggal bersama Nabi di Masjid Nabawi.

PERJANJIAN DAMAI
Kemudian Nabi membuat perjanjian : Madinah sebagai kekuatan baru di jazirah Arab akan memberi perlindungan pengikut Kristen Najran, gereja gerejanya dan kekayaan mereka, mereka akan membayar pajak sebagai upah perlindungan.

KISAH TAULADAN
RASULULLAH MENERIMA WASIAT HARTA PENDETA YAHUDI


Karena  pentingnya urusan kemanusiaan sehingga agama Islam memberikan tuntunan agar menjaganya secara baik dan santun. Atas dasar prinsip inilah Nabi s.a.w. juga mengamalkannya/ 
Sebuah kisah unik diceritakan Ibnu Hisyam dalam kitab Sirahnya. Pada saat Nabi Muhammad s.a.w. masih hidup, beliau mempunyai seorang sahabat dari kalangan Yahudi bernama Mukhairiq, seorang pendeta Yahudi yang alim dan kaya raya.
Dia memiliki beberapa kebun kurma terbentang sepanjang kota Madinah. Dia sangat akrab dengan Nabi s.a.w. dan sangat hafal dengan karakter serta sifat kesehariannya, namun sayang hatinya belum tersentuh untuk mengucapkan dua kalimat syahadat .
Hari demi hari berlalu hingga datang suatu saat dimana terjadi perperangan Uhud antara kaum muslimin dengan orang kafir
Qatadah menyebutkan bahwa perang ini terjadi pada hari Sabtu, 11 Syawwal, tahun ke 3 hijriah. Pada perperangan ini, Syekh Muhammad Khudhari Bek mencatat kaum muslimin hanya berjumlah 1.000 pasukan, sementara pihak musuh mencapai 3.000 orang, sebuah kekuatan tak seimbang.  
Anehnya salah seorang di antara seribu pasukan muslim terdapat seorang bernama Mukhairiq, dia memutuskan ikut berperang membantu Rasulullah s,a,w, dan umat Islam.
Sebelum berangkat perang, dia berpesan kepada kaumnya : “Wahai orang orang Yahudi sekalian, demi Allah sesungguhnya kalian akan mengetahui bahwa menolong Muhammad adalah sebuah keharusan bagi kalian”.
Kemudian kaumnya menjawab : “Bukankah sekarang hari Sabtu (hari peribadatan bagi orang Yahudi) ?”.
Kemudian Mukhairiq menjawab : “Tidak ada hari Sabtu bagi kalian (Tidak ada peribadatan di hari Sabtu bagi kalian)”.
Kemudian dia menghunus pedangnya sambil berpesan : “Seandainya dalam perperangan ini saya meninggal dunia, maka seluruh hartaku saya serahkan kepada Muhammad agar dia berdayakan sesuai dengan kehendak Allah s.w.t.”.
Tidak lama setelah itu, iapun berangkat menuju Uhud untuk berperang bersama Rasulullah s.a.w..
Begitu indahnya sentuhan rasa kemanusiaan sampai si Mukhairiq, walau sebagai pemeluk agama Yahudi rela memberikan hartanya kepada Nabi s.a.w.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar