Jumat, 19 Agustus 2016



ABU THALHAH

BERKAT SEMANGAT JIHADNYA DALAM BERAGAMA JASADNYA UTUH


“Dan orang orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) mencintai orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin), dan mereka mengutamakan (orang orang muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung”. . (Q.S. Al Hasyr (59) 9 )

Ayat ini turun berkat Abu Thalhah sudi menjamu tamu Rasulullah s.a.w., pada hal dia sendiri ketiadaan makanan. Padahal sebelumnya Abu Thalhah adalah seorang kafir, memeluk Islam berkat permintaan Ummu Sulaim.
Nama asli Zaid bin Sahal an Najjary, lebih dikenal dengan panggilan Abu Thalhah. Bertubuh tinggi kekar, kaya raya raya. Di kenal sebagai penunggang kuda yang piawai di kalangan Bani Najjar dan pemanah jitu dari Yatsrib. 

MELAMAR UMMU SULAIM
Suatu saat Abu Thalhah berniat melamar Ummu Sulaim yang telah menjanda. Sesampai di rumah Ummu Sulaim, Abu Thalhah diterima dengan baik. Putra Ummu Sulaim Anas turut hadir pula. Kemudian Abu Thalhah menyampaikan maksud kedatangannya untuk  melamar Ummu Sulaim.

DITOLAK
Namun Ummu Sulaim menolak : "Sesungguhnya pria seperti anda, tidak pantas saya tolak lamarannya. Tetapi saya tidak akan kawin dengan anda, karena anda kafir ". ujarnya.

MEMELUK ISLAM SEBAGAI MAHAR
"Demi Allah, apakah yang menghalangimu menerima lamaranku, hai Ummu Sulaim?", tanya Abu Thalhah.
Ummu Sulaim menjawab : "Saksikanlah, hai Abu Thalhah. Aku bersaksi kepada Allah dan Rasul Nya, sesungguhnya jika kau memeluk agama Islam, aku rela menjadi suamimu tanpa emas dan perak. Cukuplah Islam itu menjadi mahar bagiku".
"Siapa yang harus mengislamkanku ?", tanya Abu Thalhah.
"Aku bisa". "Bagaimana caranya?", "Tidak sulit", kata Ummu Sulaim. "Ucapkan saja dua kalimah syahadat. Tiada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad Rasulullah. Setelah itu, kau harus pulang  dan menghancurkan berhala sembahanmu lalu buang !"

MEMELUK ISLAM
Abu Thalhah tampak gembira, dia kemudian mengucapkan dua kalimah syahadat. Setelah itu menikahi Ummu Sulaim dengan mahar memeluk agama Islam.
Mendengar berita ini, kaum Muslimin berkata : "Belum pernah kami mendengar mahar kawin yang lebih mahal daripada mahar Ummu Sulaim. Maharnya memeluk Islam".

SHALATNYA TERGANGGU
Suatu ketika sedang shalat di kebunnya, tiba tiba terlihat seekor burung tersesat di rimbunan daun daun, matanya mengikuti gerak gerik burung tersebut hingga lupa jumlah rakaatnya. Abu Thalhah menyesali kelalaiannya, usai shalat menemui Nabi s.a.w. sambil berkata : "Ya Rasulullah aku  tertimpa musibah karena kebunku, karena itu kebun kuserahkan untuk Allah, silahkah manfaatkan sesuai keinginan anda".
Abu Thalhah  adalah sahabat Anshar yang memiliki kebun kebun terbaik dan banyak di Madinah. Salah satu kebun terbaiknya “Birha” dekat masjid Nabi s.a.w. Di dalamnya terdapat telaga . Rasulullah s.a.w. sering mengunjungi dan meminum airnya.

MENYERAHKAN KEBUN KECINTAANNYA
Ketika turun ayat Al Qur'an Surah Ali Imran 92 : "Kamu sekali kali tidak akan sampai kepada kebaktian (yang  sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai".
Abu Thalhah bergegas menemui Nabi s.a.w. dan berkata : "Ya Rasulullah, saya sangat mencintai kebun Birha, karena Allah  memerirntahkan menyedekahkan harta yang paling dicintai, maka saya serahkah Birha untuk dibelanjakan di jalan Allah sebagaimana yang dikehendaki Nya". "Inilah salah satu pemberian yang mulia di sisi Allah", kata Rasulullah s.a.w. ". Tetapi menurut pendapatku, akan lebih bermanfaat jika kau bagikan kebun itu kepada kerabatmu sendiri  yang membutuhkan”.

SEMANGAT JIHADNYA TINGGI
Di masa Khalifah Utsman, kaum Muslimin hendak berperang di lautan. Abu Thalhah pun hendak turut berjihad, namun anak anaknya mencegah : "Wahai ayah, engkau sudah tua, engkau sudah ikut berperang bersama sama Rasulullah, Abu Bakar dan Umar bin Al Khathab. 
Kini ayah harus beristirahat, biarlah kami yang berperang untuk ayah".Abu Thalhah menyanggah : "Bukankah Allah berfirman : "Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui". (Q.S. At Taubah (9) 41)

KEUTAMAAN ABU THALKHAH 
Karena lebih mengutamakan tamunya walau dia ketiadaan makanan, sehingga turun ayat : “.......Dan mereka mengutamakan (orang orang muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung”. (Q.S. Al Hasyr (59) : 9 )
Ketika turun ayat Al Qur'an Surah Ali Imran 92 : "Kamu sekali kali tidak akan sampai kepada kebaktian (yang  sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai". Dengan segera dia menyedekahkan  kebun yang dicintainya yang bernama Birha.
Walau sudah tua namun semangat jihadnya tetap tinggi, sehingga ketika dicegah anak anaknya lantaran sudah tua, justru dia menjawab : "Bukankah Allah berfirman : "Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui". (Q.S. At Taubah (9) : 41) 

JASADNYA UTUH
Suatu ketika Abu Thalhah mengikuti peperangan, ketika berada di atas kapal di tengah lautan dia jatuh sakit dan wafat. Walau selama 6 hari belum menemukan daratan untuk memakamkan jenazahnya, namun jenazah Abu Thalhah tetap utuh, tidak berbau, seperti sedang tidur layaknya. Allaahu Akbar.


KISAH TAULADAN
RASULULLAH MEMBERI UMPAN DAN KAIL PADA PENGEMIS
Suatu ketika seorang pengemis kalangan Anshar datang meminta kepada Rasulullah s.a.w. kemudian beliau bertanya kepada pengemis tersebut : “ Apakah kamu mempunyai sesuatu dirumahmu ? ”.
Pengemis itu pun pulang mengambil satu satunya cangkir miliknya kemudian kembali pada Rasulullah s.a.w..
Kemudian Rasulullah s.a.w. menawarkan cangkir kepada para sahabat : “ Adakah di antara kalian yang ingin membeli cangkir ini ? ”, seorang sahabat menyahut : “ Saya beli dengan satu dirham ”.
Rasulullah s.a.w. menawarkannya kembali : “ Adakah di antara kalian yang ingin membayar lebih ? ”. Kemudian ada seorang sahabat yang sanggup membelinya dengan dua dirham.
Kemudian Rasulullah s.a.w. memberikan uang tersebut kepada si pengemis dan menyuruhnya menggunakan membeli makanan bagi keluarganya dan sisanya untuk membeli kapak.  
Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Carilah kayu sebanyak mungkin dan juallah !,  selama dua minggu aku tidak ingin melihatmu ”.
Sambil melepas kepergiannya, Rasulullah s.a.w. pun memberi uang untuk ongkos pulang.
Dua minggu kemudian pengemis datang menghadap Rasulullah s.a.w. dia membawa uang sepuluh dirham hasil penjualan kayu.
Kemudian Rasulullah s.a.w. menyuruhnya untuk membeli pakaian dan makanan untuk keluarganya seraya bersabda : “ Hal ini lebih baik bagi kamu, karena meminta minta hanya akan membuat noda di wajahmu di akhirat nanti. Tidak layak bagi seseorang meminta minta kecuali dalam tiga hal, fakir miskin yang benar benar tidak mempunyai sesuatu, utang yang tidak bisa terbayar dan penyakit yang membuat seseorang tidak bisa berusaha ”.
Begitu bijaknya Rasulullah s.a.w. memberikan pendidikan, sehingga beliau tidak hanya sekedar memberi  ikannya saja, namun memberikan “ kail dan umpannya ” agar bisa berusaha dan bisa hidup mandiri, tidak meminta minta lagi yang akan membuatnya hina selamanya.
Demikian bijak sikap Rasulullah s.a.w. dalam memberikan solusi, sehingga tak hanya berbicara saja, namun diberikan jalan yang cukup bijak sehingga bisa terlepas dari kesulitan dan dari kehinaan hidup di dunia lantaran meminta minta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar