Kamis, 11 Agustus 2016


    

           KEUTAMAAN ZIARAH (BERKUNJUNG)

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka…….”. 
(Q.S. Al Fath (48) 29)


Diantara tuntunan dalam menjalin persaudaraan dalam Islam adalah ziarah (berkunjung), namun karena salah kaprah akibat kurangnya pemahaman, sehingga kata ziarah hanya difahami secara khusus sebagai kunjungan ke pekuburan. Dengan berkunjung dapat menumbuhkan rasa cinta dan ikatan persaudaraan yang akrab dan kuat.


BERBAGAI MACAM KUNJUNGAN                

Karena luasnya tuntunan agama, sehingga berbagai macam kunjungan diajarkan dalam agama. Kunjungan ke keluarga / famili disebut : “shilaturrahim”, (dari kata washola : menyambung dan rohmun : keluarga / famili). Kunjungan kepada yang kematian disebut : “Ta’ziyah”(dari kata ‘azza : menghibur), kunjungan ke orang sakit disebut : “Iyadah”(dari kata ‘aada : berkunjung). Kunjungan ke teman disebut : “ Ziarah”(dari kata zaara : berkunjung).

Walau kesemuanya memiliki makna berkunjung, namun karena luasnya bahasa Arab sehingga masing masing memiliki penempatan kata  secara khusus. Dengan demikian makna susunan kalimat akan memiliki pemahaman secara tepat, jelas dan tidak kabur pengertiannya.   


1. DICINTAI ALLAH

Demikian istimewa ziarah (berkunjung) karena Allah sehingga akan membuat dicintai Allah. Rasulullah s.a.w. bersabda : “Pernah seseorang pergi mengunjungi saudaranya di daerah lain. Kemudian Allah mengutus Malaikat kepadanya di tengah perjalanannya. Ketika mendatanginya Malaikat tersebut bertanya : “Engkau mau kemana?”, dia menjawab : “Aku ingin ziarah (mengunjungi) saudaraku di daerah ini”. Malaikat bertanya : “Apakah ada suatu keuntungan yang ingin engkau dapatkan darinya?”. Orang tersebut  menjawab : “Tidak ada, kecuali karena aku mencintainya karena Allah ‘Azza wa Jalla”. Maka Malaikat berkata : “Sesungguhnya aku diutus  Allah kepadamu untuk mengabarkan bahwa Allah mencintaimu sebagaimana engkau mencintai saudaramu karena Nya“. (H.R. Muslim).

Demikian luar biasa nilai ziarah ke saudara sesama Muslim yang didasari semata mata karena Allah, sehingga Allah mengutus Malaikat untuk memberi tahu bahwa Allah mencintainya.


2.DIBANGUNKAN RUMAH DI SYURGA
Begitu istimewa dan utama nilai ziarah dan ‘iyadah (mengunjungi orang sakit) karena Allah, sehingga Allah menjanjikan  dibangunkan rumah di syurga. Rasulullah s.a.w. bersabda : “Barangsiapa yang menjenguk orang sakit, atau mengunjungi saudaranya karena Allah, maka kelak akan diserukan kepadanya : “Engkau telah beruntung dan telah beruntung pula langkahmu dan dibangunkan bagimu rumah di syurga”. (H.R. At Tirmidzi)


3.BERADA DALAM MIMBAR CAHAYA

Selain mendapatkan kecintaan Allah, orang orang yang gemar saling mengunjungi karena Allah akan mendapatkan tempat mulia di akhirat berupa mimbar dari cahaya, yang membuat para Nabi dan orang shalih iri dengan tempat mereka tersebut. Rasulullah s.a.w. bersabda : “Allah berfirman : “Berhak mendapatkan kecintaan Ku, orang yang saling mencintai karena Aku, berhak mendapatkan kecintaan Ku, orang yang saling menasehati karena Aku, berhak mendapatkan kecintaan Ku, orang yang saling mengunjungi karena Aku, berhak mendapatkan kecintaan Ku, orang yang saling memberi karena Aku. Mereka akan berada di mimbar mimbar dari cahaya yang membuat iri para Nabi dan orang orang shalih terhadap tempat mereka itu”. (H.R. Ibnu Hibban, dishahihkan Syeh Al Bani).

Dari hadits tersebut dapat dirinci lebih spesifik lagi, artinya yang akan dicintai Allah adalah : 1. Saling mencintai karena Allah, 2. Saling menasehati karena Allah, 3. Saling mengunjungi karena Allah, 4. Saling memberi karena Allah.          


4.MENAMBAH KASIH SAYANG
Ziarah atau berkunjung dapat menumbuhkan rasa sayang, artinya  rasa sayang tidak akan tumbuh bila ziarah tidak dilakukan. Bukankah sifat sayang bisa membuat jiwa jadi lembut dan halus, dengan demikian akan membuat jiwa jadi peka, membuahkan jiwa bertambah sayang.
Dari Abu Hurairah Rasulullah s.a.w. bersabda : “Wahai Abu Hurairah! berkunjunglah engkau dengan baik, tidak terlalu sering dan terlalu jarang, niscaya akan bertambah sayang”. (H.R. Thabrani dan Baihaqi).

MEMBERI HADIAH
Dalam berkunjung kiranya terasa makin pas bila disertai membawa oleh oleh (hadiah), karena dengan hadiah merupakan hal yang menyenangkan bagi siapa saja, bukankah dengan memberi hadiah merupakan tanda perhatian dan keperdulian terhadap yang dikunjungi.
Dengan memberi hadiah akan menumbuhkan keakraban, bahkan  dapat menimbulkan rasa saling mencintai. Dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah s.a.w. bersabda : “Saling memberi hadiahlah kalian, niscaya kalian akan saling mencintai”. (H.R. Bukhari dan Baihaqi).

BERBAGAI HIKMAH
Dalam berziarah memang terasa berat karena dibutuhkan waktu, dana dan tenaga, namun terasa beda bila dilaksanakan atas dasar melaksanakan tuntunan agama, atas dasar karena Allah semata. Diantara hikmah yang diperoleh dengan berziarah adalah :

1. MENAMBAH WAWASAN
Orang yang gemar berziarah ke teman, jiwanya terasa beda dengan yang selalu mengurung diri di rumah, dengan ziarah akan memperoleh wawasan lebih luas, karena dengan bertemu akan mendapat berbagai macam informasi, dengan bertambahnya wawasan bukankah jiwa makin terasa lapang, tidak sempit.

2.JIWA TERHIBUR
Dengan luasnya pemahaman bukankah yang semula fikirannya terkungkung akan menjadi terbuka lebar, sehingga jiwa jadi terhibur, lapang dan lega.    

3.MENAMBAH RASA SYUKUR
Dengan bertemu bukankah akan memperoleh berbagai informasi, bisa berupa kesulitan / kesusahan teman (sakit, kerugian, kegagalan dsb.), mungkin juga kesenangan yang diperolehnya, dengan demikian bukankah akan menimbulkan jiwa menjadi bersyukur ?. Bukankah dengan bersyukur jiwa menjadi tenang dan bahagia ?.

Betapa besar hikmah melaksanakan tuntunan agama, karena dengan suka berziarah akan menjadikan jiwa menjadi tenang, Subhaanallaah.

KISAH TAULADAN
JIWANYA MENDERITA  WALAU BERHARTA
Sekitar setahun yang lalu kami ta’ziyah ke rumah teman yang mertuanya wafat, diluar dugaan kami berjumpa dengan teman tersebut yang sudah puluhan tahun lama tidak berjumpa karena berdomisili di Jakarta, saya sempat tertegun dan kaget karena pangling, karena tubuh dan wajahnya nampak segar lantaran gemuknya, sebagai tanda hidupnya mapan alias kaya, makan merupakan kesukaannya.
Dulu ketika di Surabaya sempat menjabat sebagai manager di sebuah pabrik besar di kawaan Tanjung Perak. Ketika pindah ke Jakarta sempat pula membuka restoran di kawasan puncak, bahkan rumahnya luas dan mewah pula.
Namun seiring berjalannya waktu ketika dia berkunjung ke rumahnya di Surabaya, kami mendapat khabar bahwa dia terserang penyakit gula darah (kencing manis) sehingga tubuhnya yang semula gemuk dan subur menjadi kurus kering keadaannya.       
Anehnya lagi dia suka termenung, melamun dan seakan menyesali nasibnya yang menurutnya susah keadaannya. Padahal kata pembantunya dulunya dia suka memberi nasehat kepada keluarga.
Kata sang pembantu : “ Bapak sekarang sikapnya aneh, dulunya aktif memberi nasehat namun sekarang berubah total, pasip kurang bergairah, sambil berkata penuh sesal karena susah ”.
Kami terheran mendengar cerita sang pembantu, bukankah dia masih kaya, rumahnya luas dan punya restoran pula, namun merasa galau, resah dan susah.
Ternyata benar sabda Nabi s.a.w. : ”Bahwa yang dikatakan kaya bukanlah kaya harta tetapi kaya hati”.
Dari kisah tersebut saya berkesimpulan bahwa orang yang kurang aktif ziarah, shilaturrahmi, ‘iyadah dan ta’ziah akan membuat jiwanya tersiksa karena sempitnya jiwa, karena tidak punya perbandingan cemin hidup, tidak bisa melihat ke bawah, berakibat membuat rasa syukurnya berkurang, sehingga jiwanya menjadi tertekan dan menderita.
Ternyata betapa nikmatnya bila ajaran agama dilaksanakan secara kaffah (menyeluruh), sehingga jiwa menjadi lapang, tenang dan bahagia, yang merupakan idaman bagi siapa saja.           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar