HAJAR ASWAD BATU MULIA DARI SYURGA
“ Dan (ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar
dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa) : " Ya Tuhan kami terimalah
daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi
Maha Mengetahui ". (
Q.S. Al Baqarah 127 )
Hajar Aswad adalah
batu hitam terletak bagian sudut
Timur
Ka’bah, pada sudut ini umat Islam memulai dan mengakhiri thowaf ( mengelilingi
) Ka’bah, dalam rangka ibadah haji maupun umrah.
KEUTAMAAN HAJAR ASWAD
An Nawawi menjelaskan : “ Ketahuilah
bahwa Ka’bah memiliki empat rukun. Pertama rukun Hajar Aswad. Kedua rukun
Yamani. Rukun Hajar Aswad dan rukun Yamani disebut dengan Yamaniyaani. Adapun dua rukun
yang lain disebut dengan Syamiyyaani.
Rukun Hajar Aswad memiliki dua keutamaan, yaitu: 1. Di sana adalah letak qowa’id (pondasi) Ibrahim a.s.,
2. Terdapat Hajar Aswad. Sedangkan rukun Yamani memiliki satu keutamaan saja yaitu di
sana letak qowa’id (pondasi) Ibrahim. Sedangkan di rukun lainnya tidak ada
salah satu dari dua keutamaan tadi. Oleh karena itu, Hajar Aswad dikhususkan
dua hal, yaitu mengusap dan menciumnya karena rukun tersebut memiliki dua keutamaan tadi. Sedangkan
rukun Yamani disyariatkan untuk mengusapnya dan
tidak menciumnya karena rukun tersebut hanya memiliki satu keutamaan. Sedangkan
rukun yang lainnya tidak dicium dan tidak diusap. Wallahu a’lam. ( Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, Yahya bin Syarf An Nawawi, Dar Ihya’ At Turots, cetakan kedua, 1392 )
TIDAK MENYEMBAH KA’BAH
Syaikh Shalih
Al-Fauzan ditanya : “ Bagaimana
membantah orang atheisyang mengatakan : “ Wahai kaum muslimin, kalian sendiri
menyembah batu (hajar Aswad) dan berputar mengelilinginya ! Lantas kenapa
kalian menyalah-nyalahkan yang lain menyembah berhala dan patung / gambar ? ”.
Syaikh Shalih Al-Fauzan memberikan jawaban : “ Ini jelas
kebohongan yang nyata, kami sama sekali tidak menyembah batu (Hajar Aswad), melainkan
kami menyentuhnya dan menciumnya sebagaimana Nabi s.a.w. melakukan, artinya kami lakukan dalam rangka ibadah dan
mengikuti ( ittiba’ ) Nabi s.a.w.. Mencium Hajar Aswad adalah bagian dari
ibadah. Juga kita mencium Hajar Aswad dan menyentuhnya atau memberi
isyarat padanya, itu semua adalah bentuk ibadah pada Allah, bukan menyembah
batu tersebut “.
UMAR
MENCIUM SAMBIL BERKOMENTAR
Umar bin Al Khattab r.a. ketika mencium
Hajar Aswad. beliau berkata : “ Memang aku tahu bahwa engkau hanyalah batu, tidak dapat mendatangkan manfaat atau bahaya, jika bukan karena aku melihat Nabi s.a.w menciummu aku tentu tidak akan menciummu ”. ( H.R. Bukhari dan Muslim )
Syaikh Muhammad bin Shalih Al ’Utsaimin ditanya : “ Apakah
hikmah mencium hajar aswad itu adalah tabarruk (mencari berkah) ? ”, beliau menjawab
: Hikmah thawaf telah dijelaskan oleh Rasulullah s.a.w. dengan sabdanya : “ Sesungguhnya Thawaf di Ka’bah, Sa’i di
antara Shafa dan Marwah dan melontar jumroh itu dijadikan untuk menegakkan dzikrullah ( Berdzikir kepada Allah ) ”.
MENCIUM
SEKEDAR ITIBA’
Mencium Hajar Aswad tidak ada hubungan secara khusus antara dia
dengan hajar aswad, selain hanya beribadah kepada Allah semata dengan
mengagungkan Nya dan mencontoh Rasulullah s.a.w., sebagaimana ditegaskan oleh Amirul Mu’minin Umar bin Khattab r.a. ketika mencium hajar aswad.
PEMAHAMAN
KELIRU
Adapun dugaan bahwa mencium hajar aswad untuk mendapat berkah
adalah pemahaman yang tidak mempunyai dasar, sedangkan yang dinyatakan oleh
sebagian kaum Zindiq (kelompok sesat) bahwa thawaf di Baitullah itu sama halnya
dengan thawaf di kuburan para wali dan merupakan penyembahan terhadap berhala,
hal itu merupakan kezindikan (kekufuran), sebab kaum Muslimin tidak melakukan
thawaf kecuali atas dasar perintah Allah, sedangkan apa saja yang perintahkan Allah,
maka melaksanakannya merupakan ibadah kepada Nya.
RENOVASI KA’BAH
Ketika Muhammad berusia tiga puluh lima tahun ( belum menjadi nabi
). Makkah dilanda banjir besar meluap sampai ke Masjidil Haram. Orang orang
Quraisy khawatir karena akan meruntuhkan Ka’bah. Selain itu bangunan Ka’bah
dulunya belum beratap, tingginya hanya 9 hasta. Hal Ini menyebabkan orang
begitu mudah memanjatnya dan mencuri barang barang berharga yang ada di
dalamnya.
Karena itu bangsa Quraisy sepakat memperbaikinya dengan terlebih
dahulu merobohkannya. Untuk perbaikan Ka’bah, orang orang Quraisy hanya
menggunakan harta yang halal saja, tidak menerima harta dari hasil melacur,
riba dan hasil perampasan. Di awal perbaikan mereka takut merobohkannya,
akhirnya Al Walid bin Al Mughirah Al Makhzumy bangkit mengawali perobohan.
Setelah me
lihat tidak ada hal buruk yang terjadi pada Al Walid, orang
orang Quraisy mulai ikut merobohkan sampai ke bagian rukun Ibrahim. Renovasi dipimpin
seorang arsitek bangsa Romawi bernama Baqum.
SAYEMBARA
MELETAKKAN HAJAR ASWAD
Ketika pembangunan sampai pada bagian Hajar Aswad, orang Quraisy berselisih tentang siapa yang berhak meletakkan
Hajar Aswad ke tempatnya semula, mereka berselisih sampai empat atau lima hari.
Perselisihan hampir menyebabkan pertumpahan darah. Abu Umayyah bin Al Mughirah
Al Makhzumi kemudian memberikan saran agar menyerahkan keputusan kepada orang
yang pertama kali lewat pintu masjid, usul ini disepakati
NABI
MUHAMMAD TAMPIL
Ternyata yang pertama kali lewat pintu masjid adalah Rasulullah s.a.w.. Orang orang Quraisy pun ridha. Rasulullah kemudian menyarankan
mengambil selembar selendang, kemudian Hajar Aswad diletakkan di tengah tengannya. Kemudian beliau
meminta seluruh pemuka kabilah memegang ujung ujungnya, kemudian Rasulullah s.a.w. meletakkan Hajar Aswad tersebut ditempat semula.
PERNAH PECAH DISATUKAN KEMBALI
Hajar Aswad ( Batu hitam
), dahulu berbentuk bongkahan. Namun sete
lah
terjadinya penjarahan yang terjadi pada tahun 317H pada masa pemerintahan al
Qahir Billah Muhammad bin al Mu’tadhid dengan cara mencongkel dari tempatnya,
Hajar Aswad kini menjadi delapan bongkahan kecil, batu ini berada di
sisi selatan Ka’bah.
Hajar Aswad sempat mengalami kerusakan
fatal, juga pernah pecah oleh batu yang ditembakkan oleh ketepel saat terjadi
penyerangan Mekah oleh Umayyad. Kemudian pecahan pecahan disatukan kembali oleh
Abdullah Ibnu Zubayr menggunakan perak. Pada tahun 930 pernah dicuri kaum Qarmati dan dibawa ke Bahrain.
Daya tarik Ka’bah begitu luar biasa, sehingga yang datang ke
Mekkah pada umumnya akan menangis terharu melihatnya, begitu hebat kekuasaan
Allah pada tuntunan yang disyariatkan Nya, Allahu akbar !.
BATU TERTUA
BISA MENGAMBANG
Penelitian lain mengungkapkan bahwa Hajar Aswad merupakan batu
tertua di dunia juga bisa mengambang di air. Di sebuah musium di Inggris, ada tiga buah potongan batu tersebut,
pihak musium mengatakan : “ bongkahan
batu batu tersebut bukan berasal dari sistem tata surya kita “.
BERASAL DARI SYURGA
Hajar aswad adalah batu yang diturunkan dari syurga.
Asalnya putih seperti salju. Namun
karena dosa manusia dan kelakukan orang orang musyrik di muka bumi, batu
tersebut akhirnya berubah jadi hitam.
Dari Ibnu ‘Abbas r.a., ia berkata bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Hajar aswad turun dari Syurga padahal batu tersebut begitu
putih lebih putih daripada susu. Dosa manusialah yang membuat batu tersebut menjadi hitam”. ( H.R.
Tirmidzi )
Batu mulia ini di hari kiamat akan
berbicara sebagaimana dikisahkan dalam hadits. Dari Ibnu ‘Abbas, ia
berkata bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Demi Allah
Allah akan mengutus batu tersebut pada hari kiamat dan dia memiliki dua mata yang bisa melihat, memiliki lisan yang
bisa berbicara dan akan menjadi saksi bagi siapa yang benar benar menyentuhnya ”. ( H.R.
Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad )
BEGITU NAMPAK KEKUASAANNYA
Ternyata kota Mekkah memiliki tanda bukti kebesaran Allah dan kebenaran
agama Islam, dengan adanya Ka’bah yang merupakan bangunan rumah ibadah tertua
dengan hajar Aswadnya, sehingga kaum Muslimin pada berkunjung kesana guna
melaksanakan rukun Islam ke lima, yakni
ibadah haji.
Karena
nikmatnya beribadah disana, lebih lebih merupakan tempat mustajabnya do’a, maka
jangan heran bila banyak yang sering beribadah umrah.
Semoga kaum Muslimin
diberikan kesempatan mengunjunginya, Amiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar