Rabu, 19 Agustus 2015


SYIRIK MELEMAHKAN JIWA MERUSAK AQIDAH

Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah( Q.S. Al Hajj 73 )

Betapa indah, sisitimatis dan cerdas Allah menyentuh akal dan jiwa manusia untuk berfikir dan merasa tentang sesembahan, sesembahan yang seharusnya benar dan terarah, justru berbelok ke arah yang salah.
Sesembahan yang seharusnya kepada Yang Esa, Yang Hidup, Yang Maha Kuasa, Yang Maha pencipta, Yang Maha Memelihara, justru berbelok ke benda mati, yang lemah tak berdaya, tak bisa membuat apa apa bahkan tidak bisa menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu menciptakannya. Dan jika lalat merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Demikian lemah pemikirannya, demikian pula yang disembahnya.                                                               
KESAKSIAN
Pada dasarnya sejak manusia dilahirkan sudah bersaksi tentang ke Esaan Tuhan Nya.  Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman) : " Bukankah aku ini Tuhanmu? ", mereka menjawab : " Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi ! ". ( Kami lakukan yang demikian itu ) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: " Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang orang yang lengah terhadap ini (ke Esaan Tuhan) ".   ( Q.S. Al A’raaf 172 )
Kesaksian ini dilakukan agar kelak di hari kebangkitan tidak mengingkari tentang Ke Esaan Tuhan Nya.

BERPALING
Pada hakekatnya dalam kehidupan manusia mereka masih mengakui adanya Allah sebagai Sang Pencipta segenap alam, namun akibat pengaruh lingkungan lebih lebih pengaruh kehidupan dunia, keyakinannya tumbuh dan berpaling bercampur aduk dengan kepercayaan para nenek moyang, ketakhayyulan, ramalan dan sebangsanya.
“ Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka : " Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan ? ", tentu mereka akan menjawab : " Allah ". Maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar). ( Q.S. Al Ankabut 61 )                                                                  
SEMBAHAN YANG LEMAH
“ Dan mereka menyembah selain Allah apa yang tidak memberi manfaat kepada mereka dan tidak (pula) memberi mudharat kepada mereka. adalah orang orang kafir itu penolong (syaitan untuk berbuat durhaka) terhadap Tuhannya. ( Q.S. Al Furqan 55 )
Bila jiwa tidak berpegang kepada keimanan yang kokoh, akan mudah melakukan hal hal yang tidak rational, yang tidak masuk akal, dan itu dilakukan dan diyakini sehingga tidak merasa bahwa prilakunya sudah jauh menyimpang dari aqidah atau keyakinan. 

KISAH NYATA
Suatu saat kami berkenalan dengan seorang tukang batu, saya bertanya : “ apakah punya jimat ? “, dijawabnya punya “ coba saya lihat ! “. Kemudian jimat ditunjukkan dan diberikan kepada saya, jimat berbentuk persegi empat warna putih, berukuran 4x6 cm.
Kemudian saya berkata : “ Boleh saya buka ? “, “ Boleh “, jawabnya, setelah jimat saya buka ternyata hanya berisi lembaran kulit hewan kijang, kemudian saya bertanya : “ Berapa harganya mas “, “ Empat ratus ribu rupiah “, jawabnya. Di luar dugaan dia berkata : “ Pak saya masih punya jimat lagi “, sambil melepas ikat pinggangnya yang berisi jimat warna putih berukuran 2x 20 cm, kemudian saya meminta izin membukanya, ternyata berisi kulit yang sama.
Saya bertanya : “ berapa harganya ? “, “ Enam ratus ribu rupiah “, saya terperanjat mendengarnya, “ Jadi semua bernilai satu juta rupiah, mas dari pada sampeyan beli jimat mahal mahal dan tidak bermanfaat, lebih baik berikan kepada istri kan lebih manfaat “.
Di luar dugaan dia mengaku bahwa jimat tiap tahun harus diperbarui, dalam benak saya : “ wah kayak S.T.N. dan S.I.M. saja perlu perpanjangan juga.
Akhirnya saya minta izin : “ Boleh jimat ini saya buang, agar ibadah sampeyan tidak sia sia disisi Allah ? “, setelah diizinkan jimat saya buang.
Pada pengakuan akhir dia menyampaikan bahwa di tiap almari di rumahnya masih tersimpan banyak jimat, maka saya pesan : “ Mas silahkan buang semua jimatnya, sayang mas ibadah sampeyan jadi sia sia ! , karena dihapus oleh Allah dan perbanyak minta ampun kepada Allah “.

MENGHAPUS AMAL
Kemudian saya sampaikan firman Allah : “ Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (Nabi Nabi) yang sebelummu. " Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang orang yang merugi. ( Q.S. Azzumar 65 )
Betapa rugi yang melakukan kesyirikan karena amalnya akan dihapus.

KEPERCAYAAN YANG LEMAH
Betapa kelirunya yang mempercayai keyakinan yang jauh menyimpang dari tuntunan agama, keyakinan yang begitu lemah bagai lemahnya sarang laba laba. Dengan kepercayaan yang rapuh, ibadahnya lenyap pula tak berbekas. 
“ Perumpamaan orang orang yang mengambil pelindung pelindung selain Allah adalah seperti laba laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba laba kalau mereka mengetahui.  ( Q.S. Al Ankabut 41 )

HARAM SYURGA NERAKA TEMPATNYA
Karena amalnya terhapus, sehingga Allah mengharamkannya masuk syurga, dan neraka tempatnya karena prilaku dzalimnya. 

Sesungguhnya orang yang mempersekutukan Allah, maka sti Allah mengharamkan kepadanya syurga dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang orang dzalim itu seorang penolongpun ".                                                  ( Q.S. Al Maidah 72 

  KISAH TAULADAN  
HARITSAH BIN NU’MAN R.A. SANG DERMAWAN

Haritsah bin Nu’man adalah seorang sahabat Anshar dari Bani Najjar, termasuk kerabat Nabi s.a.w.dari garis ibu, yang juga berasal dari Bani Najjar.
Kabilah ini tinggal di sekitar Masjid Nabawy, masjid dibangun di atas tanah Bani Najjar yang dibeli oleh Nabi s.a.w. Haritsah termasuk sahabat yang kaya, memiliki beberapa rumah di sekitar Masjid Nabawy. 
Fathimah az Zahrah adalah putri kesayangan Nabi, setelah pernikahannya dengan Ali bin Abi Thalib, tinggal agak jauh dari rumah Rasulullah s.a.w., yang berada di samping Masjid Nabawy.
Suatu ketika Nabi s.a.w. mengunjungi Fathimah dan berkata : Aku ingin memindahkan engkau ke dekatku . Tentu saja Fathimah amat gembira dia berkata, “ Berbicaralah dengan Haritsah bin Nu’man agar ia mau pindah .
             Fathimah sangat mengenal kedermawanan Haritsah, karena itu ia menyarankan hal tersebut. Tetapi Nabi s.a.w. bersabda : Haritsah telah pindah (beberapa kali demi kepentingan Nabi s.a.w. dan Islam) hingga aku merasa malu kepadanya .
             Begitu hati hatinya sikap Rasulullah s.a.w., walau beliau seorang Nabi namun tidak mau semena mena dengan sikap meminta, apalagi beliau mengajarkan bahwa tangan diatas lebih mulia dari yang dibawa. 
Namun atas pertolongan Allah ada saja jalan keluarnya. Pembicaraan Rasulullah s.a.w. dengan putrinya tersebut akhirnya menyebar, dan sampai ke telinga Haritsah.
Maka dia datang kepada Nabi s.a.w. dan berkata : Wahai Rasulullah, aku mendengar berita bahwa engkau ingin memindahkan Fathimah ke dekat engkau. Inilah rumah rumahku, ini adalah rumah rumah pertama yang kupersembahkan kepada engkau dari (atas nama) Bani Najjar. Sesungguhnya aku dan hartaku adalah milik Allah dan Rasul Nya. Demi Allah, wahai Rasulullah, sesungguhnya harta yang engkau ambil dariku, jauh lebih aku sukai daripada yang engkau tinggalkan (untukku) .
             Kemudian Nabi s.a.w. bersabda : Engkau benar, semoga Allah memberkahimu . Kemudian Nabi s.a.w. memindahkan Fathimah dan keluarganya ke rumah Haritsah yang berdekatan dengan tempat tinggal beliau.
Haritsah sendiri pindah ke rumahnya yang lain yang agak berjauhan dengan Masjid Nabawy, dan itu menambah kegembiraannya karena bisa membaktikan hartanya untuk kepentingan Nabi s.a.w.
Begitu mulia sikap Haritsah yang lebih mengutamakan kepentingan Rasulullah s.a.w. dari pada kepentingan diri pribadinya. 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar