Senin, 31 Agustus 2015


MENGENDALIKAN HAWA NAFSU

 Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu ( jalan ) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,  dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya “. ( Q.S. Asysyams 8-10 )

Karena Kebesaran, Kepandaian dan Kuasanya Allah, manusia dikaruniai tubuh yang begitu indah, lengkap dan sempurna, bahkan dilengkapi pula dengan jiwa.   Jiwa berifat ghoib, tanpa bentuk tanpa rupa, namun gejalanya bisa dirasakan : senyum pertanda jiwanya senang, tenang, bahagia. Cemberut pertanda susah, kecewa, resah. Menangis pertanda sedih atau terharu dan sebagainya.

FITHRAH JIWA
Fithrah jiwa suka kepada kebaikan, kebenaran, kejujuran. Jiwa menderita jika diajak berlaku sebaliknya. Kodrat ini tidak bisa dipungkiri. Maka Allah memberi dua pilihan, jiwa dibawa kepada kefasikan atau ketaqwaan. Jiwa sangat menentukan sikap seseorang, oleh karena itu jiwa perlu dirawat, artinya nafsu harus dikendalikan.

PERLU DIRAWAT
Jika tubuh dipelihara dengan memberi makanan bergizi, mandi, gigi disikat, rambut disampo dan sebagainya, demikian pula halnya dengan jiwa. Umumnya manusia hanya terfokus dalam merawat tubuh, tetapi lengah dalam merawat jiwanya.   

FASIK DAN TAQWA
 Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu ( jalan ) kefasikan dan ketakwaan .....”. Prilaku fasik sangat bertolak belakang dengan taqwa, manusia tak akan mampu membedakan, bila tidak selalu berpegang pada Al Quran dan Sunnah Rasulullah s.a.w.  Dengan selalu berpedoman pada tuntunan agama, akan tahu mana yang  fasik dan yang taqwa, jalan kebaikan dan kerusakan, disini hikmahnya mengapa tiap rakaat dalam sholat disyariatkan  membaca do’a yang terdapat dalam surat Al Fatihah ayat ke 6 :  " Ihdinashshiroothol mustaqiim ( Tunjukilah kami jalan yang lurus ) ".  

MENGOTORI JIWA
“...Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya “. Jiwa yang tidak dipelihara akan kotor, bagai pakaian yang tidak dicuci. Jiwa yang kotor akan berlaku fasik, suka dan cenderung kepada prilaku buruk : suudzon ( prasangka buruk ), hasud ( iri hati ), cemburu buta, menfitnah, adu domba, menipu, memalsu, curang, tamak ( rakus ), khianat, cenderung dan suka berbuat dzalim yang akan berakhir pada persengketaan, perkelahian, pembunuhan dan sebangsanya.

TIDAK TENANG
Jiwa yang suka berlaku fasik, dalam jiwanya tidak akan menemukan ketenangan. Bukankah yang suka berbuat dzalim, dia akan lari meninggalkan jejak karena takut ketahuan ?, sehingga menjadi incaran fihak kepolisian, akan masuk ke dalam daftar pencarian orang ( D.P.O ). 
Karena kadzalimannya jiwanya jadi tidak tenang, resah, dengan selalu berpindah pindah tempat untuk menghindari kejaran !. Melihat orang yang tak dikenal memandangnya saja jadi was was karena khawatir, apalagi melihat polisi lewat, hatinya makin berdebar, padahal si polisi hanya lewat.
Bagi koruptor apalagi, melihat mobil K.P.K. ( komisi pemberantasan korupsi ) saja sudah keder tidak karuan, padahal mobil K.P.K. hanya akan menambal karena bocor. Betapa menderitanya jiwa yang suka dan selalu mengotori jiwa dengan megumbar dan memperturutkan hawa nafsunya 

DAMPAK KE FISIK
Bila jiwa resah, cemas, kecewa, susah, sedih, hawatir jelas akan berdampak kepada tubuh, perut terasa mulas, buang air berketerusan, dadapun ikut berdebar tak karuan, kepala terasa pusing, tulang sendi terasa lepas, sekujur tubuh terasa lemah, lemas tak berdaya.       
Bila jiwa dibiarkan terus mempertutkan hawa nafsu yang cenderung kepada kefasikan, jelas akan menimbulkan penyakit yang lebih parah : maag, penyakit jantung, darah tinggi yang akan berlanjut kepada kelumpuhan ( strooke ) !. Begitu dahsyatnya bila tidak bisa merawat jiwanya, selalu memperturutkan hawa nafsunya !.         

PERINGATAN NABI
" Ketahuilah bahwa didalam tubuh ada segumpal daging, apabila dia baik maka baik pula seluruh tubuhnya, dan apabila jelek maka jelek pula seluruh tubuhnya, dia adalah qalbu ( hati / jiwa ) ". ( H. R. Bukhari Muslim )                         
Demikian dalamnya makna sabda beliau, padahal disampaikan sejak 14 abad silam, dengan demikian jelas bahwa jiwa sangat menentukan fisik, baik kondisi maupun prilakunya, disini perlunya memulai sesuatu dari jiwa, bukan dari tubuh.   

TERSESAT TIDAK MENDAPAT HIDAYAH
Yang memperturutkan hawa nafsunya, jelas akan tersesat karena tidak mendapat hidayah ( petunjuk ) Allah.  Katakanlah : " Sesungguhnya aku dilarang menyembah Tuhan Tuhan yang kamu sembah selain Allah ". Katakanlah : " Aku tidak akan mengikuti hawa nafsumu, sungguh tersesatlah aku jika berbuat demikian dan tidaklah (pula) aku termasuk orang orang yang mendapat petunjuk ". ( Al An’am 56 )

BINASA
 Maka sekali kali janganlah kamu dipalingkan daripadanya oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang mengikuti hawa nafsunya, yang menyebabkan kamu jadi binasa ".  ( Q.S. Thaha 16 )
Binasa karena memperturutkan hawa nafsu banyak dikisahkan dalam Al Quran, Fir’aun sebagai raja Mesir, karena kaya dan besarnya kekuasaan, bahkan sampai berani mendeklarasikan sebagai Tuhan. Akhirnya meninggal karena ditenggelamkan Allah di laut Merah !. Jasadnya diselamatkan Allah, sampai sekarang bisa disaksikan di museum mesir.
Qarun sang miliarder yang kuncinya saja tidak sanggup dipikul orang orang kuat, karena kecongkaannya, dibenamkan pula oleh Allah ke dalam bumi.
Padahal sekarang di negara kita berderet jajaran pemimpin, pada antri terseret karena rakusnya mengumbar hawa nafsunya, dengan  mengeruk uang negara yang sekaligus milik rakyat, mulai bupati, walikota, gubernur sampai menteri, sehingga membuat K.P.K. ( komisi pemberantasan korupsi ) pada kewalahan menanganinya ?!.  

BAGAI  ANJING
Sebenarnya derajat manusia akan tinggi dan terhormat, bila selalu berpegang pada Al Quran, tetapi karena nafsunya lebih cenderung kepada dunia dan memperturutkan hawa nafsunya yang rendah, sampai Al Quran mengumpamakan bagai anjing, begitu rendahnya !.
“ Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian Itulah perumpamaan orang orang yang mendustakan ayat ayat kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah kisah itu agar mereka berfikir “. ( Q.S. Al A’raaf 176 )                    
Bukankah sekarang kasus memalukan makin marak : sesama pelajar berbuat mesum kemudian direkam dan .... disebar luaskan berkat canggihnya tehnologi elektronik. Wanita menawarkan diri lewat B.B. tanpa rasa malu. Seorang perwira wanita mempertontonkan foto bugil dan tersebar di media elektronik. Para koruptor dengan nyamannya tanpa rasa malu meraup uang negara.     

MENSUCIKAN JIWA
“......Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu ....”.
Agar mencapai keberuntungan maka jiwa perlu disucikan, nafsu perlu dikendalikan, cinta dunia perlu diseleksi jangan kebablasan, bergaul dengan teman yang bisa mengingakan, selalu berpegang pada tuntunan. Selalu mentaati perintah dan menjauhi larangan.
Dengan mengendalikan nafsu pertanda jiwanya tenang dan suka kesholihan, yang akan membuahkan kebahagiaan.  
" (yaitu) orang orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram, orang orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik ". ( Q.S. Ar Rad 28–29 )

Bila jiwa sudah mencapai ketenangan, jiwa akan mampu dan mudah mengendalikan hawa nafsu, dan tidak akan suka melakukan kefasikan dan kedzaliman.

KISAH TAULADAN
KHALID BIN WALID SANG PANGLIMA
            
Nama lengkap Khalid bin Walid bin Mughirah bin Abdullah bin Umar bin Makhzum Al Qurasyi, bergelar Saifullah Al Maslul ( pedang Allah yang terhunus ). Lebih muda 13 tahun dari Nabi s.a.w. Ayahnya tergolong kaya, kehidupan Khalid suka berfoya foya, gemar latihan berkuda, pacuan kuda dan berburu. Seorang panglima perang terkenal pemberani namun penyabar, seorang orator ( piawai dalam berpidato ) yang piawai dan fasih.
Tampuk kepemimpinan perang selalu disandangnya membawahi pasukan kaum Quraisy, disamping memimpin pasukan berkuda juga sebagai kepala gudang persenjataan kaum Quraisy.
Sempat berperang melawan kaum Kuslimin di perang Badar, Uhud, dan Khandaq. Dalam perang Uhud menyerang pasukan Muslim dari arah belakang, saat melihat pasukan pemanah Muslimin turun berebut harta rampasan perang, dan berhasil merubah kekalahan pasukan Musyrik menjadi kemenangan yang gemilang.
Saudaranya pernah mengirim surat dalam rangka mengajaknya memeluk Islam, yang berbunyi : “ Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, amma ba’du sesungguhnya aku belum pernah melihat sesuatu hal yang paling aneh dari keenggananmu memeluk Islam. Saudaraku gunakan akal sehatmu. Pantaskah orang sepertimu tidak mengerti tentang Islam ?.
Rasulullah s.a.w. pernah bertanya kepadaku : “ Dimana Khalid ? “. Aku menjawab : “ Mudah mudahan Allah mendatangkannya “, Nabi s.a.w. bersabda : “ Pantaskah orang seperti dia tidak mengerti Islam ?, seandainya dia menjadikan dendamnya dan kesungguhannya bersama pasukan kaum Muslimin, niscaya hal itu lebih baik baginya, dan kami akan mendahulukannya sebagai panglima perang dari yang lainnya “. Fikirkan wahai saudaraku sebab kamu telah kehilangan banyak peluang untuk meraih amal sholih “. 
Sepucuk surat inilah yang membuat Khalid memeluk Islam pada tahun 7 H. Setelah memeluk Islam dia meminta kepada Nabi s.a.w. untuk memohon ampun kepada Allah bagi kesalahan dirinya. Kemudian Rasulpun memohonkan ampun bagi Khalid bin Walid. 
Setelah tiga panglima perang yang ditunjuk Nabi s.a.w. gugur dalam perang Mu’tah, Khalid berinisiatif memimpin pasukan kaum Muslimin, dia merubah strategi secara total. Pasukan Romawi mengira bahwa kemenangan akan mereka raih, setelah mereka melihat perbedaan kostum perang pasukan Muslim. Khalid beserta pasukannya akhirnya berhasil meraih kemenangan dengan menerobos benteng Romawi yang kokoh dan kuat. Allaahu Akbar. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar