Sabtu, 29 Agustus 2015


MENGAPA KECEWA ?

“ Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang orang kafir, dan mereka memandang hina orang orang yang beriman. Padahal orang orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rezki kepada orang orang yang dikehendaki Nya tanpa batas
( Q.S. Al Baqarah 212 )
          
Kehidupan dunia merupakan syurga bagi orang kafir, karena mereka mengira bahwa kehidupan hanya di dunia saja. Ini terbukti dari sikapnya yang memandang hina terhadap orang beriman. Padahal menurut Allah justru orang yang bertaqwa lebih mulia dari mereka ketika di hari kebangkitan kelak.
Begitu rendahnya kedudukan orang kafir yang tak memahami kehidupan sebenarnya, sehingga kehidupan dunia lebih diutamakan, kehidupan dunia dikerjarnya mati matian, dianggapnya harta mengekalkan. 

MENGAPA KECEWA
Sikap kecewa terjadi karena : 1. Menganggap bahwa hidup hanya di dunia saja, tidak memahami bahwa  kehidupan dunia bersifat sementara untuk menuju kehidupan akherat. 2. Hidup di dunia merupakan ujian. 3. Apapun yang terjadi atas kehendak Allah. 4. Menganggap bahwa pilihannya adalah yang terbaik. Sehingga apabila yang diharapkan atau yang diusahakan tidak berhasil, alias menemui kegagalan, jiwa akan kecewa, menderita dan tersiksa.
Apabila tidak kuat menghadapinya, jiwanya akan terus menderita karena stress yang berketerusan dirasakannya. Bila kenyataan ini berlarut berakibat jiwa bisa depresi, bila tidak kuat akan menjadi gila. 
Bahkan bila jiwa tidak kuat menahannya, rasa putus asa akan selalu membayanginya dan akan berakhir dengan membunuh dirinya.

BERMACAM KEKECEWAAN
Bermacam rasa kecewa timbul disebabkan : Tidak lulus ujian, tidak diterima ketika melamar pekerjaan, dikeluarkan dari pekerjaan, pensiun, usahanya bangkrut sehingga banyak menanggung hutang, sakit tidak sembuh sembuh, kematian orang yang dicintainya, cintanya ditolak dan berbagai masalah yang dirasa tidak mengenakkan jiwanya.

JIWA YANG LUPA KEPADA ALLAH
Karena hidupnya tidak didasari keimanan, kegagalan dihadapi dengan kekerdilan jiwanya, sehingga terasa sumpek, tertekan, menderita dan keputus asaan, sehingga Allah mengingatkan :
“ Dan janganlah kamu seperti orang orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri, mereka Itulah orang orang yang fasik. ( Q.S. Al Hasyr 19 )
Jiwa yang kerdil, jiwa yang lupa kepada Dzat yang menciptakan Nya, sehingga Allah membuat dia lupa kepada dirinya sendiri, sehingga jiwanya tersiksa, tidak mau menerima keadaan yang dialaminya, sehingga mengalami depresi, sampai lupa ingatan alias gila bahkan sampai berakhir dengan membunuh dirinya.

HADAPI DENGAN LAPANG DADA
Beda dengan yang berjiwa besar, karena dilandasi keimanan, sehingga faham bahwa hidup merupakan ujian, sehingga apapun yang terjadi walau tidak mengenakkan akan dihadapi dengan dada lapang.
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi ? ”. ( Q.S. Al Ankabut 2 )
Dengan demikian bagi orang yang beriman, akan jauh dari rasa kecewa, karena tahu bahwa kegagalan, ketidak nyamanan hanya merupakan ujian, sehingga dihadapi dengan kesabaran, apalagi dia faham akan dapat pahala dan ampunan dari Yang Maha Kuasa dan Maha Pengampun.

SUDAH DITETAPKAN
Apalagi bagi yang beriman memahami bahwa apapun yang terjadi sudah ditetapkan takdirnya sebelum dia ditetapkan, apa gunanya tidak menerima ketetapan Tuhan Nya, Yang Maha Menentukan, takkan ada gunanya lagi kecewa.
Manusia hanya diberi hak berusaha, berdo’a dan bertawakkal kepada Nya. 
“ Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. ( Kami jelaskan yang demikian itu ) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan Nya kepadamu, dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri “. ( Q.S. Al Hadiid 22-23 )
Dengan memahami firman Nya, dihati takkan mudah kecewa, apalagi putus asa, baginya keputusan Allah adalah yang terbaik, karena Allah adalah Dzat Yang Maha Tahu segala rahasia hidup dan kehidupan.
Dengan demikian bagi yang beriman dihati akan terasa nyaman, jauh dari rasa kecewa yang tidak mengenakkan.

ALLAH MAHA MENGETAHUI
Manusia hidup maunya enak terus, sehat terus, untung terus, muda terus, aman terus, selamat terus. Begini jadinya bila jiwa bersifat egois.
Padahal Allah yang menciptakan hidup dan kehidupan lebih tahu rahasia hidup dan kehidupan.
Apakah kekayaan yang dicita citakan akan membuatnya lebih baik ?, akankah titel yang dicita citakan akan membuatnya lebih baik ?, akankah kedudukan yang diidam idamkan akan membuatnya lebih baik ?, akankah kecantikan yang diinginkan akan membuatnya lebih baik ?.
Bukankah banyak orang kaya justru kehidupannya makin berantakan ?. Bukankah banyak pejabat yang tertangkap K.P.K. ?. Bukankah karena kecantikannya ada yang menjadi wanita penggoda ?.
“ .......Boleh Jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui( Q.S. Al Baqarah 216 )     

JANGAN MENGIRA BISA MASUK SYURGA
Oleh karena itu beruntunglah yang memahami hakekat hidup sebenarnya, sehingga tidak mudah kecewa, hidup di dunia merupakan kehidupan sementara untuk menuju kehidupan sebenarnya yakni syurga.
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang orang terdahulu sebelum kamu?, mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang orang yang beriman bersamanya : " Bilakah datangnya pertolongan Allah ? ", Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.  ( Q.S. Al Baqarah 214 )
Dengan demikian betapa nikmat bila memahami ajaran agama sehingga tidak mudah kecewa.


KISAH TAULADAN

RASULULLAH MENCIUM TANGAN TUKANG BATU

Pada saat Rasulullah s.a.w. baru tiba dari perang Tabuk ( peperangan dengan bangsa Romawi ), dan mendekati kota Madinah, di salah satu sudut jalan, Rasulullah s.a.w. berjumpa dengan seorang tukang batu. Ketika itu Rasulullah s.a.w. melihat tangan buruh tukang batu tersebut melepuh, kulitnya merah kehitam hitaman seperti terpanggang matahari.
Kemudian beliau bertanya : “ Kenapa tanganmu kasar sekali ? ”.
tukang batu menjawab : “ Ya Rasulullah, pekerjaan saya ini membelah batu setiap hari, belahan batu itu saya jual ke pasar, kemudian hasilnya saya gunakan untuk memberi nafkah keluarga saya, karena itulah tangan saya kasar.”
Kemudian Rasulullah s.a.w. menggenggam tangannya dan menciumnya seraya bersabda : “ Inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh oleh api neraka selama lamanya “.
Rasulullahl tidak pernah mencium tangan para Pemimpin Quraisy, tangan para Pemimpin Khabilah, Raja atau siapapun, kecuali hanya tangan putrinya Fatimah Az Zahra dan tukang batu.
Suatu ketika seorang lelaki yang di kenal sebagai pekerja giat dan tangkas melintas di hadapan Rasulullah s.a.w., kemudian para sahabat bertanya : “ Wahai Rasulullah, andai bekerja seperti dilakukan orang itu dapat digolongkan jihad di jalan Allah ( fii sabilillah ), maka alangkah baiknya ”. Mendengar pertanyaan tersebut Rasulullah s.a.w. menjawab : “ Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak anaknya yang masih kecil, maka itu fii sabilillah, kalau dia bekerja untuk menghidupi kedua orang tuanya yang sudah lanjut usia, maka itu fii sabilillah, kalau dia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri agar tidak meminta minta, maka itu fii sabilillah ”. ( H.R. Thabrani ). Bahkan beliau juga bersabda :
” Tidak ada yang lebih baik bagi seseorang yang makan sesuatu makanan, selain makanan dari hasil usahanya. Dan sesungguhnya Nabiyullah Daud, selalu makan dan hasil usahanya ”. ( H.R.. Bukhari )
” Sesungguhnya di antara dosa dosa itu, ada yang tidak dapat terhapus dengan puasa dan shalat ”. Maka para sahabat pun bertanya : “ Apakah yang dapat menghapusnya wahai Rasulullah ? ”, Beliau menjawab : ” Bersusah payah dalam mencari nafkah ”. ( H.R. Bukhari )
” Barangsiapa yang bekerja keras mencari nafkah untuk keluarganya, maka sama dengan pejuang dijaIan Allah ‘Azza Wa Jalla ”. ( H.R. Ahmad )
Demikian tingginya nilai mencari nafkah untuk keluarga, Alhamdulillah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar