Jumat, 01 April 2016


ABU THALHAH


“......Dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung”. ( Q.S. Al Hasyr (59) : 9 )

Ayat ini turun berkat Abu Thalhah sudi menjamu tamu Rasulullah s.a.w., pada hal dia sendiri ketiadaan makanan. Padahal sebelumnya Abu Thalhah adalah seorang kafir, memeluk Islam berkat permintaan Ummu Sulaim.
Nama asli Zaid bin Sahal an Najjary, lebih dikenal dengan panggilan Abu Thalhah. Bertubuh tinggi kekar, kaya raya raya. Di kenal sebagai penunggang kuda yang piawai di kalangan Bani Najjar, dan pemanah jitu dari Yatsrib. 

MELAMAR UMMU SULAIM
Suatu saat Abu Thalhah berniat melamar Ummu Sulaim yang telah menjanda. Sesampai di rumah Ummu Sulaim, Abu Thalhah diterima dengan baik. Putra Ummu Sulaim Anas turut hadir. Kemudian Abu Thalhah menyampaikan maksud kedatangannya untuk  melamar Ummu Sulaim.

DITOLAK
Namun Ummu Sulaim menolak : "Sesungguhnya pria seperti anda, tidak pantas saya tolak lamarannya. Tetapi saya tidak akan kawin dengan anda, karena anda kafir ". ujarnya.

MEMELUK ISLAM SEBAGAI MAHAR
"Demi Allah, apakah yang menghalangimu menerima lamaranku, hai Ummu Sulaim?", tanya Abu Thalhah. Ummu Sulaim menjawab : "Saksikanlah, hai Abu Thalhah. Aku bersaksi kepada Allah dan Rasul Nya, sesungguhnya jika kau masuk agama Islam, aku rela menjadi suamimu tanpa emas dan perak. Cukuplah Islam itu menjadi mahar bagiku".
"Siapa yang harus mengislamkanku?", tanya Abu Thalhah.
"Aku bisa". "Bagaimana caranya?", "Tidak sulit", kata Ummu Sulaim. "Ucapkan saja dua kalimah syahadat. Tiada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad Rasulullah. Setelah itu, kau harus pulang  dan menghancurkan berhala sembahanmu lalu buang !"

MEMELUK ISLAM
Abu Thalhah tampak gembira, dia kemudian mengucapkan dua kalimah syahadat. Setelah itu menikahi Ummu Sulaim dengan mahar memeluk agama Islam.
Mendengar berita ini, kaum Muslimin berkata, "Belum pernah kami dengar mahar kawin yang lebih mahal daripada mahar Ummu Sulaim. Maharnya mememluk Islam".

SHALATNYA TERGANGGU
Suatu ketika sedang shalat di kebunnya, tiba tiba terlihat seekor burung tersesat di rimbunan daun daun, matanya mengikuti gerak gerik burung tersebut hingga lupa jumlah rakaatnya. Abu Thalhah menyesali kelalaiannya, usai shalat menemui Nabi s.a.w. sambil berkata : "Ya Rasulullah aku  tertimpa musibah karena kebunku, karena itu kebun kuserahkan untuk Allah, silahkah manfaatkan sesuai keinginan anda".
Abu Thalhah  adalah sahabat Anshar yang memiliki kebun kebun terbaik dan banyak di Madinah. Salah satu kebun terbaiknya “Birha” dekat masjid Nabi s.a.w. Di dalamnya terdapat telaga . Rasulullah s.a.w. sering mengunjungi dan meminum airnya.

MENYERAHKAN KEBUN KECINTAANNYA
Ketika turun ayat Al Qur'an Surah Ali Imran 92 : "Kamu sekali kali tidak akan sampai kepada kebaktian (yang  sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai".
Abu Thalhah bergegas menemui Nabi s.a.w. dan berkata : "Ya Rasulullah, saya sangat mencintai kebun Birha, karena Allah  memerirntahkan menyedekahkan harta yang paling dicintai, maka saya serahkah Birha untuk dibelanjakan di jalan Allah sebagaimana yang dikehendaki Nya". "Inilah salah satu pemberian yang mulia di sisi Allah", kata Rasulullah s.a.w. ". Tetapi menurut pendapatku, akan lebih bermanfaat jika kau bagikan kebun itu kepada kerabatmu sendiri  yang membutuhkan”.

SEMANGAT JIHADNYA TINGGI
Di masa Khalifah Utsman, kaum Muslimin hendak berperang di lautan. Abu Thalhah pun hendak turut berjihad, namun anak anaknya mencegah : "Wahai ayah, engkau sudah tua, engkau sudah ikut berperang bersama sama Rasulullah, Abu Bakar dan Umar bin Al Khathab. Kini ayah harus beristirahat, biarlah kami yang berperang untuk ayah".
Abu Thalhah menyanggah : "Bukankah Allah berfirman : "Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui". (Q.S. At Taubah (9) : 41). 

JASADNYA UTUH 
Suatu ketika Abu Thalhah mengikuti peperangan, ketika berada di atas kapal di tengah lautan, jatuh sakit dan wafat. Walau selama 6 hari belum menemukan daratan untuk memakamkan jenazahnya, namun jenazah Abu Thalhah tetap utuh, tidak berbau, seperti sedang tidur.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar