ABU THALHAH
“......Dan
mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri,
Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran
dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung”. ( Q.S. Al Hasyr (59) : 9 )
Ayat ini turun berkat
Abu Thalhah sudi menjamu tamu Rasulullah s.a.w., pada hal dia sendiri ketiadaan
makanan. Padahal sebelumnya Abu Thalhah adalah seorang kafir, memeluk Islam
berkat permintaan Ummu Sulaim.
Nama asli Zaid bin
Sahal an Najjary, lebih dikenal dengan panggilan Abu Thalhah. Bertubuh tinggi kekar, kaya raya raya. Di kenal
sebagai penunggang kuda yang piawai di kalangan Bani Najjar, dan pemanah jitu
dari Yatsrib.
MELAMAR UMMU SULAIM
Suatu saat Abu Thalhah
berniat melamar Ummu Sulaim yang telah menjanda. Sesampai di rumah Ummu Sulaim,
Abu Thalhah diterima dengan baik. Putra Ummu Sulaim Anas turut hadir. Kemudian Abu
Thalhah menyampaikan maksud kedatangannya untuk melamar Ummu Sulaim.
DITOLAK
Namun Ummu Sulaim
menolak : "Sesungguhnya pria seperti anda, tidak pantas saya tolak
lamarannya. Tetapi saya tidak akan kawin dengan anda, karena anda kafir ".
ujarnya.
MEMELUK ISLAM SEBAGAI
MAHAR
"Demi Allah,
apakah yang menghalangimu menerima lamaranku, hai Ummu Sulaim?", tanya Abu
Thalhah. Ummu Sulaim menjawab : "Saksikanlah, hai Abu Thalhah. Aku bersaksi
kepada Allah dan Rasul Nya, sesungguhnya jika kau masuk agama Islam, aku rela
menjadi suamimu tanpa emas dan perak. Cukuplah
Islam itu menjadi mahar bagiku".
"Siapa yang
harus mengislamkanku?", tanya Abu Thalhah.
"Aku bisa". "Bagaimana caranya?", "Tidak sulit",
kata Ummu Sulaim. "Ucapkan saja dua kalimah syahadat. Tiada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad Rasulullah. Setelah
itu, kau harus pulang dan menghancurkan
berhala sembahanmu lalu buang !"
MEMELUK ISLAM
Abu Thalhah
tampak gembira, dia kemudian mengucapkan dua kalimah syahadat. Setelah itu menikahi Ummu Sulaim dengan mahar memeluk
agama Islam.
Mendengar berita
ini, kaum Muslimin berkata, "Belum pernah kami dengar mahar kawin yang
lebih mahal daripada mahar Ummu Sulaim. Maharnya mememluk Islam".
SHALATNYA
TERGANGGU
Suatu ketika sedang
shalat di kebunnya, tiba tiba terlihat seekor burung tersesat di rimbunan daun daun,
matanya mengikuti gerak gerik burung tersebut hingga lupa jumlah rakaatnya. Abu
Thalhah menyesali kelalaiannya, usai shalat menemui Nabi s.a.w. sambil berkata
: "Ya Rasulullah aku tertimpa
musibah karena kebunku, karena itu kebun kuserahkan untuk Allah, silahkah manfaatkan
sesuai keinginan anda".
Abu Thalhah adalah sahabat Anshar yang memiliki kebun
kebun terbaik dan banyak di Madinah.
Salah satu kebun terbaiknya “Birha” dekat masjid Nabi s.a.w. Di dalamnya
terdapat telaga . Rasulullah s.a.w. sering mengunjungi dan meminum airnya.
MENYERAHKAN KEBUN KECINTAANNYA
Ketika turun ayat
Al Qur'an Surah Ali Imran 92 : "Kamu
sekali kali tidak akan sampai kepada kebaktian (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan
sebagian harta yang kamu cintai".
Abu Thalhah
bergegas menemui Nabi s.a.w. dan berkata : "Ya Rasulullah, saya sangat
mencintai kebun Birha, karena Allah memerirntahkan menyedekahkan harta yang paling
dicintai, maka saya serahkah Birha untuk dibelanjakan di jalan Allah
sebagaimana yang dikehendaki Nya". "Inilah salah satu pemberian yang
mulia di sisi Allah", kata Rasulullah s.a.w. ". Tetapi menurut
pendapatku, akan lebih bermanfaat jika kau bagikan kebun itu kepada kerabatmu
sendiri yang membutuhkan”.
SEMANGAT JIHADNYA
TINGGI
Di masa Khalifah
Utsman, kaum Muslimin hendak berperang di lautan. Abu Thalhah pun hendak turut
berjihad, namun anak anaknya mencegah : "Wahai ayah, engkau sudah tua,
engkau sudah ikut berperang bersama sama Rasulullah, Abu Bakar dan Umar bin Al Khathab.
Kini ayah harus beristirahat, biarlah kami yang berperang untuk ayah".
Abu Thalhah
menyanggah : "Bukankah Allah berfirman : "Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa
ringan maupun berat dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan
Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui". (Q.S. At Taubah (9) : 41).
JASADNYA UTUH
Suatu ketika Abu Thalhah mengikuti peperangan, ketika berada di atas kapal di tengah lautan, jatuh sakit dan wafat. Walau selama 6 hari belum menemukan daratan untuk memakamkan jenazahnya, namun jenazah Abu Thalhah tetap utuh, tidak berbau, seperti sedang tidur.
JASADNYA UTUH
Suatu ketika Abu Thalhah mengikuti peperangan, ketika berada di atas kapal di tengah lautan, jatuh sakit dan wafat. Walau selama 6 hari belum menemukan daratan untuk memakamkan jenazahnya, namun jenazah Abu Thalhah tetap utuh, tidak berbau, seperti sedang tidur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar