BEGITU MULIANYA MENCARI NAFKAH
“ Dan di antara tanda tanda kekuasaan Nya ialah tidurmu di
waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karunia Nya. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar benar terdapat tanda tanda bagi kaum yang
mendengarkan “. (
Q.S. Ar Rum 23 )
Begitu luas kasih sayang Allah kepada
hamba Nya, sehingga dijadikan Nya malam sebagai waktu istirahat dan siang untuk
mencari rizki.
Pembagian waktu yang diatur Nya
secara cermat dan bijak ini sebagai pertanda betapa murah dan santun Nya Allah
Yang Maha Kuasa terhadap hamba ciptaan Nya. Bahkan mencari rizki dihargai
begitu tinggi dan mulia dihadapan Nya, asalkan dilakukan menurut tuntunan yang diajarkan
Nya.
MEMPERHATIKAN TUNTUNAN
Diantara tuntunannya adalah niat,
niat semata mata dalam rangka “ beribadah
“, artinya mencari ridlo Allah dalam mencari rizki, tidak hanya sekedar mengejar
nilai nominalnya yang terdiri dari deretan angka rupiah belaka, namun “ kebarokahanlah “ yang jadi targetnya.
Dengan demikian yang dicari hanya sebatas
yang halal saja, bukan yang haram . Karena bila tidak berprinsip pada nilai
kebarokahan pasti akan tergelincir dan berbelok arah ke kedzaliman : menipu, memalsu,
dusta, curang, mempersulit urusan dan sebangsanya. Yang jelas akan tergelincir
kepada yang haram, Na’udzu billaahi min dzaalik.
KISAH
PENJUAL COBEK
Di Banjarmasin ( Kalimantan )
hiduplah seorang anak penjual cobek ( cowek ) berasal dari Jawa Tengah, dia
berkeliling sambil memikul begitu beratnya karena cobek dibuat dari batu,
sambil menawarkannya berkeliling ke kampung kampung dan jalanan. Ketika ditanya
dia menjawab dia berjuang mencari nafkah sebagian hasilnya dikirimkan untuk
ibunya yang tinggal di sebuah desa di Jawa tengah, bahkan untuk tidur dia rela
di sebuah pasar.
Betapa merana keadaannya, namun
baginya itulah jalan hidup yang harus ditempuhnya, bahkan ketika ditanya : “
Mengapa jauh jauh merantau ke luar pulau “, pertanyaan justru dijawabnya penuh
optimis : “ Saya yakin bahwa Allah Maha Pemurah dengan memberi rizki kepada
hamba Nya yang mau berusaha, yang penting saya selalu beibadah kepada Nya
dengan tetap menunaikan sholat 5 waktu “. Jawabnya penuh yakin. Walau hanya sebagai penjual cobek namun
disisi Allah begitu tinggi nilainya, sebagaimana disampaikan oleh Rasulullah
s.a.w.
” Tidak ada yang lebih baik bagi seseorang yang makan sesuatu
makanan, selain makanan dari hasil usahanya. Dan sesungguhnya Nabiyullah Daud,
selalu makan dan hasil usahanya ”. ( H.R. Bukhari )
MENGHAPUS DOSA
Bahkan begitu tingginya penghargaan Allah terhadap hamba Nya
yang berusaha dengan jerih payah keringatnya, sehingga jerih payahnya bisa pula
menghapus dosanya !.
” Sesungguhnya di antara dosa dosa itu, ada yang tidak dapat
terhapus dengan puasa dan shalat ”. Maka para sahabat pun bertanya : “ Apakah
yang dapat menghapusnya wahai Rasulullah ? ”, Beliau menjawab : ” Bersusah
payah dalam mencari nafkah ”. ( H.R. Bukhari )
BAGAI PEJUANG DI JALAN ALLAH
Tidak hanya sampai disini saja
penghargaan Allah terhadap yang berusaha keras untuk mencari nafkah bagi
keluarganya, bahkan usahanya sampai disejajarkan bagai berjuang di jalan Allah
!.
” Barangsiapa yang bekerja keras mencari nafkah untuk
keluarganya, maka sama dengan pejuang dijaIan Allah ‘Azza Wa Jalla ”. ( H.R. Ahmad )
RASULULLAH DAN TUKANG BATU
Begitu indah ajaran Islam bila
diamalkan, suatu ketika seorang lelaki yang dikenal pekerja giat, sebagai
pemecah batu sehingga telapak tangannya keras dan kasar melintas di hadapan
Rasulullah s.a.w., kemudian para sahabat bertanya : “ Wahai Rasulullah, andai bekerja seperti dilakukan orang itu dapat
digolongkan jihad di jalan Allah ( fii sabilillah ), maka alangkah baiknya ”.
Mendengar pertanyaan tersebut Rasulullah s.a.w. menjawab : “ Kalau ia bekerja
untuk menghidupi anak anaknya yang masih kecil, maka itu fii sabilillah, kalau
dia bekerja untuk menghidupi kedua orang tuanya yang sudah lanjut usia, maka
itu fii sabilillah, kalau dia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri agar
tidak meminta minta, maka itu fii sabilillah ”. ( H.R.
Thabrani ) Walau dia hanya sebagai
seorang batu namun Rasulullah s.a.w. salut dan menghargainya, sehingga beliau
sampai sudi mencium tangannya, tangan seorang yang kasar, Subhaanallah.
JAUHI SIKAP DZALIM
Dalam
mencari harta jauhi kebatilan, sehingga tercipta unsur saling meridloi, suka
sama suka sehingga barokah akan tercurah dari Allah Ta’ala. Mencari harta
dengan cara batil tidak akan disukai, orang sama menghindar, dengan kata lain “
sama dengan bunuh diri “.
" Hai orang orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama
suka di antara kamu. Janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadamu ". ( Q.S. An Nisaa' 29 )
BEGITU HINA
SIKAP MEMINTA
Berbagai
macam pola kehidupan terjadi, ada yang nampak seolah miskin dan hina namun mulia
disisi Allah Ta’ala. Ada pula yang
nampak kaya, berkedudukan tinggi pula, namun..... hina keberadaannya.
Dengan kedudukannya berbuat
seenaknya, suka mempersulit urusan, sehingga dengan mudahnya mendapat sejumlah
uang, dia berprinsip : “ Mumpung menjabat, kapan lagi senyampang belum pensiun “.
Padahal jabatan yang disandangnya diperoleh dengan mengobral janji dikala kampanye.
Namun ketika sudah menjabat, janji tinggal janji yang penting : “ Mengembalikan
modal kampanye dan mencari uang sebanyak banyaknya “ kata orang.
Ternyata yang nampak mulia justru hina, yang nampak
hina justru mulia karena hartanya diperoleh dengan keringatnya.
Rasulullah s.a.w. bersabda : “
Seorang mencari kayu bakar kemudian dipikulnya dan ditawarkan, laku atau tidak
laku lebih mulia dari pada meminta minta “.
CELAKA
“ Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi
pencela, yang
mengumpulkan harta dan menghitung hitung, dia mengira bahwa hartanya
itu dapat mengkekalkannya. Sekali kali tidak, sesungguhnya dia benar benar akan
dilemparkan ke dalam ( neraka )
Huthamah “. ( Q.S. Al Humazah 1-4 )