Selasa, 26 Mei 2015


 SEBAIK BAIK KALIAN

“ Kaum laki laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka, kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar( Q.S. An Nisaa’ 34 )

Rumah tangga sebagai basis paling bawah sangat menentukan corak atau  keadaan masyarakat suatu negara, bila rumah tangga baik, tenang dan bahagia, negara jelas akan makmur dan sejahtera pula.\Jadi rumah tangga seolah cermin masyarakat kecil suatu negara, maka tepat kiranya bila Islam sangat memperhatikan soal pembinaan rumah tangga.

SUAMI SEBAGAI PIMPINAN                                   
Kaum lelaki dicipta memiliki kelebihan dari kaum wanita, oleh karena itu lelaki berkewajiban memberi nafkah kepada keluarga. Atas kelebihan ini lelaki diberi amanat sebagai memimpin wanita.
Rasulullah s.a.w. sebagai seorang Nabi sekaligus sebagai pemimpin di keluarganya, beliau benar benar melaksanakan kepemimpinannya dengan bijak, lemah lembut, santun pula. Prilakunya patut menjadi suri tauladan bagi umatnya.

PREDIKAT SUAMI DITENTUKAN SIKAPNYA TERHADAP ISTRI
Beliau bersabda : “ Sebaik kalian, sebaik kalian adalah yang baik kepada keluarganya dan aku adalah yang terbaik terhadap keluargaku. Tidaklah mulia seorang lelaki melainkan yang memuliakan wanita, dan tidaklah hina laki laki melainkan yang menghina wanita “.
Begitu jelas dan indahnya beliau menentukan posisi laki laki, dengan demikian agama mengangkat derajat kaum wanita atas dasar kepemimpinan kaum lelaki.
Sabda beliau tidak hanya sekedar disampaikan dengan retorika belaka, namun diiringi pula dengan prilaku beliau dalam keseharian dalam rumah tangganya.        
Sebagai seorang suami tidak hanya berkewajiban memberi nafkah, tetapi  hendaknya sabar pula membimbing dan menasehati, bukankah beliau pernah menyampaikan bahwa wanita dicipta dari tulang rusuk yang bengkok, bila diluruskan dengan paksa akan patah, maka hendaknya diluruskan dengan cara lembut dan bijaksana.
Maka Al Quran dengan jelas mengarahkan scara runtut dalam membimbing kaum wanita : “ Wanita wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka, kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.

HINA
Berkat kemajuan tehnologi alat alat jadi makin canggih pula, sehingga sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan berumah tangga, sehingga banyak para istri dan suami pada terpengaruh juga.
Ada istri yang bertingkah sehingga berani melawan suaminya, keluar rumah tanpa seizin suami, bahkan ada pula suami yang menterlantarkan anak dan istrinya bahkan ringan tangan pula.

KISAH SEDIH
Kisah pilu terjadi di sebuah kota yang menimpa seorang istri, sang suami sehari hari hanya berhappy happy tanpa perduli kepada sang istri, sehingga sang isteri berjuang membanting tulang guna mencukupi kehidupan sehari hari secara mandiri. Suatu saat musibah menimpa si suami sehingga berakhir di balik jeruji besi, apa yang terjadi ?, justru dengan teganya si istri diperintah agar menggadaikan kendaraannya untuk menebus agar bisa keluar dari jeruji besi alias bui.
Begitu tragis memang, bila seorang suami menterlantarkan istri.

MANDIRI
Jauh beda dengan ketokohan Nabi, walau seorang Nabi sekaligus sebagai pimpinan rumah tangga, beliau tidak suka main perintah, beliau lebih suka mandiri dalam menyelesaikan urusannya, beliau sering menambal jubah dan sandalnya yang sobek, bahkan suka menyapu rumahnya.

SANTUN TERHADAP ISTERI
Karena santun dan sayangnya terhadap sang isteri, beliau memanggilnya : “ Wahai yang kemerah merahan “.
Suatu saat ketika sedang sholat, beliau pernah membukakan pintu untuk isteri beliau yang pulang. Bahkan pernah sholat sambil menggendong sang cucu, ketika sujud sang cucu menaiki punggungnya, sehingga sujud beliau diperpanjang agar sang cucu tidak jatuh.

LANGSUNG PUASA
Suatu hari di pagi hari beliau menanyakan kepada sang istri tentang makanan sebagai sarapan pagi, oleh sang istri dijawab bahwa untuk sarapan pagi tiada persediaan. Maka dengan berbesar hati tanpa diiringi emosi, beliau langsung melaksanakan puasa sunnah. Begitu santun dan mulia sikap beliau terhadap sang istri, sehingga tiada terdengar suara lemparan, apalagi pertikaian walau perut dalam keadaan kelaparan.     

TAHAN LAPAR
Imam Tirmidzi meriwayatkan bahwa Abu Thalhah berkata :
“ Kami pernah mengeluh karena kelaparan kepada Rasulullah, maka kami mengeluarkan sebuah batu ( sebagai pengganjal rasa lapar ) dari perut kami masing masing, namun Rasulullah s.a.w.  justru mengeluarkan dua buah batu dari perutnya “.
Begitu terkejutnya para sahabat, dengan tanpa banyak bicara justru beliau juga menderita kelaparan, begitu bijaknya sikap beliau keluhan para sahabat tanpa dijawab, namun dibalas dengan ketauladanan, sehingga sahabat pada sungkan.  
Sebagai seorang Nabi dan pemimpin umat, sangat luhur sikap beliau dengan seringnya mengosongkan perut, dengan demikian dalam jiwanya akan tumbuh kepekaan dan ketajaman pada penderitaan umat, sekaligus sebagai cermin kesederhanaan dan keperdulian sebagai seorang pemimpin.        

SEBAGAI TAULADAN
Begitu mulia akhlak beliau, walau sebagai seorang Nabi dan pemimpin umat namun beliau tidak tinggi hati, pola kepemimpinannya tidak hanya sekedar disampaikan
namun diikuti pula dengan ketauladanan. Maka pantas bila pola kepemimpinan beliau berhasil dan bisa merubah dari kejahiliaan ke era kemuliaan dalam tempo relatif singkat.      
Walau sebagai seorang Rasul ( utusan ), beliau sangat sederhana dalam kehidupannya, akrab, dan sangat santun terhadap kaum lemah. Jauh dari sifat sombong dan angkuh, sehingga umat sangat dekat, cinta dan sangat simpati pada beliau.  
“ Sesungguhnya telah ada pada ( diri ) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu ( yaitu ) bagi orang yang mengharap ( rahmat ) Allah dan ( kedatangan ) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah “. ( Q.S. Al Ahzab 21 )

KISAH TAULADAN
BERKAT TAAT PADA IBUNDA BERHASIL MENJADI SPESIALIS BEDAH
              
Adalah seorang anak sholih hidup di Surabaya, sangat taat pada kedua orang tuanya, ketika S.D. sang ayah meninggal dunia.            Kematian sang ayah tak menyurutkan tekadnya untuk tetap sekolah, dengan cara berjualan kurma di Ampel Gubah di ujung kampungnya.
Karena sayangnya kepada sang bunda, berjualan kurma tetap dilakukan guna memenuhi kebutuhan sekolah sampai di tingkat S.M.P hingga S.M.A. Ketika lulus S.M.A bercita cita kuliah ke I.T.B., karena dia suka tehnologi dan tidak suka pelajaran yang bersifat hafalan. Namun ketika meminta izin, sang ibu justru berkata : “ Saya ingin punya anak seorang dokter “.
Berkat keinginan sang bunda yang selalu terngiang ditelinganya, takut pula bila sang ibu kecewa. Maka seketika keinginannya berubah, padahal dia sangat takut bila melihat darah, akhirnya dia mendaftar di fakultas kedokteran Universitas Airlangga.
Berkat ketaatannya pada sang ibunda, dengan izin Allah akhirnya titel dokter berhasil disandangnya, walau semula fakultas kedokteran justru tidak diingininya.
Setelah lulus kuliah di Universitas Airlangga Surabaya, ada pendaftaran untuk mengikuti bea siswa program S.2., khusunya bagi yang berprestasi dan tidak punya, fikirnya apa salahnya bila ikut guna meringankan beban ibunya. Namun diluar dugaan, ketika meminta izin justru sang bunda menasehati dengan tegasnya, sekaligus merupakan cambuk bagi kehidupan masa depannya : “ Afif biasakan dirimu jadi manusia suka memberi jangan suka meminta, jangan jadikan dirimu merasa tak punya, jangan menanamkan pada dirimu rasa rendah diri, jadilah manusia yang optimis ! “. 
Begitu mulia petuah sang bunda dengan memberikan motifasi bernuansa agama, nuansa sebagai manusia muslim yang suka berusaha, suka memberi tidak suka meminta, agar bermanfaat bagi sesama, begitu tinggi dan mulia nasehat sang bunda. Sehingga membuat Afif benar benar termotifasi, untuk selalu berjuang dan berusaha.
Akhirnya Afif meneruskan kuliah di program S.2. di bagian specialis bedah dengan biaya dari sang bunda. Dan Alhamdulillah sekarang berhasil menjadi dokter specialis bedah. Begitu mulia jadinya bila seorang anak patuh pada orang tua. Sebagai Dzat Yang Maha Segalanya, Allah Maha Kuasa menentukan takdirnya.       




Tidak ada komentar:

Posting Komentar