ISRA’ MI’RAJ
PERJALANAN LUAR BIASA
“ Maha suci Allah, yang telah
memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil
Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya
sebagian dari tanda-tanda ( kebesaran ) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha
mendengar lagi Maha mengetahui “.(
Q.S. Israa’ 1 )
TAHUN KESEDIHAN
Menjelang
peristiwa Isra’ Mi’raj Rasulullah saw mengalami saat yang sangat memprihatinkan,
saat yang paling menyedihkan, yakni pada tahun ke XI dari semenjak beliau
diangkat menjadi Nabi, beliau mendapat
tekanan batin yang sangat berat.
Pertama,
umat Islam mendapat tekanan dari kaum Quraisy secara ekonomi. Perdagangan
dipersulit, hubungan dan komonukasi dengan pihak-pihak lain dibatasi, bahkan
untuk mencari kebutuhan sehari-haripun mereka sangat kesulitan. Dalam kondisi seperti
itu, Rasulullah saw sangatlah prihatin. Itulah masa-masa terberat dalam
perjuangan Beliau menegakkan ajaran Islam yang dibawanya.
Kedua,
beliau ditinggal wafat sang istri yang sangat dicintainya. Siti Khadijah seorang
istri yang setia mendampingi suami dalam kondisi suka maupun duka. Bahkan sejak
beliau belum diangkat menjadi Rasul, sampai beliau diberi tugas menyampaikan
risalah dan bahkan disaat mengalami tekanan-tekanan dari kaumnya, Siti Khadijah
selalu tampil memberikan dukungan, baik bersifat materi maupun sugesti.
Ketiga,
Keprihatinan Nabi semakin bertambah tatkala Allah juga memanggil wafat paman
beliau, Abu Thalib. Dialah paman yang selalu membela keselamatan Nabi terhadap
tekanan dan serangan-serangan kaum Quraisy, walaupun beliau sendiri belum
beriman, namun dengan gigihnya Abu Thalib selalu membentengi dan selalu siap
mengamankan Nabi dalam situasi apapun, sehingga kaum Quraisy menjadi segan.
Bahkan yang sangat memprihatinkan Rasulullah saw, Abu
Thalib meninggal tidak dalam keadaan muslim. Beliau meninggal dalam
keadaan diperebutkan antara kaum Quraisy
yang menjadi teman teman Abu Thalib dalam kemusyrikan dengan Nabi yang ingin
mengislamkan beliau.
Maka, ketika pamannya belum sempat membaca syahadat sampai
di akhir sakaratul mautnya, malaikat Izrail lebih dulu mencabut nyawanya,
menangislah Nabi dalam kesedihan. Beliau sangat terpukul, karena orang yang
sangat dekat dan menjadi pembela beliau ternyata meninggal dalam keadaan belum
muslim.
Pada saat seperti itulah Allah mengutus malikat Jibril
untuk menemui Rasulullah saw dan mengajaknya melakukan perjalanan Isra’ Mi’raj.
DIPERJALANKAN
Dalam keadaan dirundung kesedihan, Rasulullah saw kemudian dibangkitkan,
disegarkan, dipulihkan semangatnya dengan ditunjukkan tanda kebesaran Allah
yang belum pernah dilihat manusia, lewat peristiwa Isra’ Mi’raj.
“
(yaitu) di Sidratil Muntaha, Di dekatnya ada syurga tempat tinggal, (Muhammad
melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya,
Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula)
melampauinya, Sesungguhnya Dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan)
Tuhannya yang paling besar “. (
Q.S. An Najm14 – 18 )
Setelah
menyaksikan tanda tanda kebesaran Allah yang luar biasa, hati beliau semakin
tegar, semakin kuat, yang semula susah menjadi terhibur gembira. Lebih-lebih
setelah diterimanya perintah Sholat wajib bagi umatnya.
BUKAN MONOPOLI UMAT NABI
MUHAMMAD
Ternyata
Sholat telah dilakukan pula Nabi-Nabi terdahulu tidak hanya diperuntukkan bagi
umat Nabi Muhammad. Ternyata Nabi Ibrahim, Nabi Ishaq, Nabi Ya’qub, Nabi Musa,
Nabi Ishaq, bahkan Nabi Isa a.s. juga melaksanakannya.
“
Dan Kami telah memberikan kepadaNya (Ibrahim) lshak dan Ya'qub, sebagai suatu
anugerah (daripada Kami). dan masing-masingnya Kami jadikan orang-orang yang
saleh, Kami telah menjadikan mereka itu
sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah
Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sholat,
menunaikan zakat, dan hanya kepada kamilah mereka selalu menyembah “. ( Q.S. Al Anbiyaa’ 72 – 73 )
“
Dan aku telah memilih kamu, Maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan
(kepadamu), Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak)
selain Aku, Maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku “. ( Q.S Thahaa 13 – 14 )
“
Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua (ku)
Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha mendengar
(memperkenankan) doa. Ya Tuhanku, Jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang
yang tetap mendirikan shalat, Ya Tuhan Kami, perkenankanlah doaku “ ( Q.S. Ibrahim 39 – 40 )
“
Berkata Isa : “ Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al kitab (Injil)
dan Dia menjadikan aku seorang Nabi, Dan Dia menjadikan aku seorang yang
diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan)
shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup “. ( Q.S.
Maryam 30 - 31 )
Begitu
pentingnya Sholat sehingga ibadah tersebut tidak hanya diperintahkan pada umat
Nabi Muhammad saja namun juga para Nabi sebelumnya.
SHOLAT MERUPAKAN MI’RAJ
Shalat
dan Mi’raj memiliki kesamaan dalam hal tujuan, yakni untuk mendekat dan
mengenal Allah. Karena itu, Rasulullah saw menyatakan bahwa Sholat bisa menjadi
Mi’raj bagi orang-orang yang beriman. Bagaimana bisa mendekat dengan Allah
dalam shalat. Bukankah Allah adalah Dzat yang ghaib ? yang tidak mungkin
tertangkap oleh panca indra ? Nabi Musa saja tidak mampu untuk melihatNya,
sehingga beliau pingsan dibukit Sinai ketika ingin melihat Allah.
Allah
adalah Dzat yang Maha Dahsyat, tidak
mungkin bisa melihat atau mendengarNya dengan menggunakan panca indera dengan
potensi fisik. Kita hanya bisa mendekat dan mengenal Allah hanya dengan menggunakan
potensi jiwa. Potensi nafsul muthmainnah, potensi jiwa yang tenang, Potensi
akal sehat sebagai manusia. Dan itulah fitrah.
Orang
yang tidak menggunakan akal sehatnya dalam kehidupan, adalah orang yang jiwanya
terganggu. Sekaligus belum mencapai derajat nafsul muthmainnah, atau dengan kata
lain orang yang tidak kembali ke Fitrahnya sebagai manusia.
Fitrah
manusia adalah akal sehatnya. Orang yang tidak memiliki akal sehat, bukanlah
manusia sempurna. Karena itu tidak dikenai kewajiban berberibadah. Orang gila,
orang pingsan, orang yang belum dewasa.
Jadi
kewajiban beribadah hanya bisa dijalankan oleh orang-orang yang berakal sehat.
Maka, orang yang berakal sehat pulalah yang kelak akan ‘ bertemu ‘ dengan
Allah.
Begitu
banyaknya Allah berfirman didalam Al Qur’an bahwa orang yang bakal bertemu
denganNya adalah orang-orang yang berakal sehat. Diantaranya dalam Firman Allah
sebagai berikut :
“
Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) shalat, mereka
menjadikannya buah ejekan dan permainan. yang demikian itu adalah karena mereka
benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal “. ( Q.S. Al Maidah 58 )
“
Yang mendengarkan Perkataan kemudian mengikuti apa yang paling baik di
antaranya, mereka Itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan
mereka Itulah orang-orang yang mempunyai akal “. ( Q.S. Az Zumar 18 )
Dan
masih banyak lagi ayat-ayat Qur’an yang menjelaskan betapa akal memiliki posisi
yang sangat penting dalam beragama.
Bahkan dalam Qur’an Surah 65 ayat 10
mengatakan secara gamblang bahwa
yang disebut orang beriman itu adalah orang yang berakal.
Dan sebaliknya,
orang-orang zalim dan kafir adalah orang-orang yang tidak menggunakan akalnya,
mengikuti hawa nafsunya, dan tidak berilmu pengetahuan. ( QS. 5 : 58, QS. 26 :
28, QS. 30 : 29 )
Begitu
juga Allah, memberikan penegasan bahwa yang bisa mengambil pelajaran hanyalah
orang-orang yang berakal. Malahan, Jibril sebagai penyampai wahyu Allah
digambarkan sebagai makhluk yang berakal sangat cerdas. Tidak akan paham
ilmu Allah, jika seseorang tidak cukup cerdas dan berakal sehat.
Apalagi
untuk mengenal dan mendekat kepada Allah. Agar bisa harus memiliki kecerdasan yang
cukup dan akal sehat. Karena ternyata Allah menampakkan Dirinya hanya berupa
tanda-tanda ( ayat-ayat ) di alam semesta.
Dan yang bisa menerjemahkan
tanda-tanda itu hanyalah orang-orang yang berakal dan berilmu pengetahuan.
Dengan kata lain kalau ingin mengenal dan dekat dengan Allah harus bisa
menerjemahkan ‘ tanda-tanda ‘ tersebut.
Dengan
Shalat jiwa bisa lebih dekat kepada Allah, dengan lebih dekat jiwa akan terasa
tenang dengan jiwa tenang tidak mudah stress. Dengan
Shalat jiwa bisa lebih dekat kepada Allah, dengan lebih dekat jiwa akan terasa
tenang dengan jiwa tenang tidak mudah stress.
DICAPAI DENGAN
KHUSYU’
Banyak
orang sholat hanya sekedar melaksanakan kewajiban, namun hasilnya tidak
membekas. Mengapa ?, karena shalatnya hanya sebatas pada gerakan fisik saja,
tanpa olah jiwa, tanpa dihayati, tanpa dirasakan dalam hati, penyebabnya ?.
Karena bacaannya tidak difahami artinya. Bagaimana bisa menghayati sebab
artinya saja tidak mengerti. Oleh karena itu mari secara bertahap melatih meningkatkan
shalat agar lebih bermanfaat, lebih membekas dengan menghafalkan makna
bacaannya.
MERUBAH PERILAKU
Pada
hakekatnya bila shalat dikerjakan dengan benar akan merubah perilaku, karena
shalat yang dilaksanakan dengan benar akan membekas dalam jiwa, dan dapat
mencegah dari perbuatan yang tidak terpuji.
“ Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al
Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah
(shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan
Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan “. ( Q.S.
Al Ankabut 45)
PERTANYAAN PERTAMA DIHARI QIAMAT
Shalat
merupakan pertanyaan pertama yang akan diajukan oleh Allah pada tiap hamba di
hari kebangkitan. Dari Shalat inilah akan ditentukan nilai ibadah yang lain,
jadi shalat merupakan tolak ukur perhitungan terhadap nilai ibadah seseorang.
Sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi saw : “ Pertama-tama yang
diperhitungkan pada tiap hamba dihari kebangkitan ialah shalat, maka jika baik
shalatnya, maka segenap amalnya dianggap baik, dan jika shalatnya jelek maka
segenap amalnya dianggap jelek “. ( H.R. Tabrani )
MUTIARA DO'A
AGAR TETAP
MENEGAKKAN SHOLAT
ROBBIJ
‘ALNII MUQIIMASHSHOLAAH WAMINDZURRIYYATII
ROBBANAA WATAQOBBAL DU’AA
“
Ya Tuhanku, Jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan
shalat, Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku “
(
Q.S. Ibrahim 40 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar