Kamis, 14 Mei 2015


                         ISRA’ MI’RAJ

                PERJALANAN LUAR BIASA

“ Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda ( kebesaran ) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui “.( Q.S. Israa’ 1 )

TAHUN KESEDIHAN
Menjelang peristiwa Isra’ Mi’raj Rasulullah saw mengalami saat yang sangat memprihatinkan, saat yang paling menyedihkan, yakni pada tahun ke XI dari semenjak beliau diangkat menjadi Nabi,  beliau mendapat tekanan batin yang sangat berat.
Pertama, umat Islam mendapat tekanan dari kaum Quraisy secara ekonomi. Perdagangan dipersulit, hubungan dan komonukasi dengan pihak-pihak lain dibatasi, bahkan untuk mencari kebutuhan sehari-haripun mereka sangat kesulitan. Dalam kondisi seperti itu, Rasulullah saw sangatlah prihatin. Itulah masa-masa terberat dalam perjuangan Beliau menegakkan ajaran Islam yang dibawanya.
Kedua, beliau ditinggal wafat sang istri yang sangat dicintainya. Siti Khadijah seorang istri yang setia mendampingi suami dalam kondisi suka maupun duka. Bahkan sejak beliau belum diangkat menjadi Rasul, sampai beliau diberi tugas menyampaikan risalah dan bahkan disaat mengalami tekanan-tekanan dari kaumnya, Siti Khadijah selalu tampil memberikan dukungan, baik bersifat materi maupun sugesti.
Ketiga, Keprihatinan Nabi semakin bertambah tatkala Allah juga memanggil wafat paman beliau, Abu Thalib. Dialah paman yang selalu membela keselamatan Nabi terhadap tekanan dan serangan-serangan kaum Quraisy, walaupun beliau sendiri belum beriman, namun dengan gigihnya Abu Thalib selalu membentengi dan selalu siap mengamankan Nabi dalam situasi apapun, sehingga kaum Quraisy  menjadi segan.
Bahkan yang sangat memprihatinkan Rasulullah saw, Abu Thalib meninggal tidak dalam keadaan muslim. Beliau meninggal dalam keadaan  diperebutkan antara kaum Quraisy yang menjadi teman teman Abu Thalib dalam kemusyrikan dengan Nabi yang ingin mengislamkan beliau.
Maka, ketika pamannya belum sempat membaca syahadat sampai di akhir sakaratul mautnya, malaikat Izrail lebih dulu mencabut nyawanya, menangislah Nabi dalam kesedihan. Beliau sangat terpukul, karena orang yang sangat dekat dan menjadi pembela beliau ternyata meninggal dalam keadaan belum muslim.
Pada saat seperti itulah Allah mengutus malikat Jibril untuk menemui Rasulullah saw dan mengajaknya melakukan perjalanan Isra’ Mi’raj.

DIPERJALANKAN
Dalam keadaan dirundung kesedihan, Rasulullah saw kemudian dibangkitkan, disegarkan, dipulihkan semangatnya dengan ditunjukkan tanda kebesaran Allah yang belum pernah dilihat manusia, lewat peristiwa Isra’ Mi’raj.
“ (yaitu) di Sidratil Muntaha, Di dekatnya ada syurga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya, Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya, Sesungguhnya Dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar “. ( Q.S. An Najm14 – 18 )
Setelah menyaksikan tanda tanda kebesaran Allah yang luar biasa, hati beliau semakin tegar, semakin kuat, yang semula susah menjadi terhibur gembira. Lebih-lebih setelah diterimanya perintah Sholat wajib bagi umatnya.

BUKAN MONOPOLI UMAT NABI MUHAMMAD
Ternyata Sholat telah dilakukan pula Nabi-Nabi terdahulu tidak hanya diperuntukkan bagi umat Nabi Muhammad. Ternyata Nabi Ibrahim, Nabi Ishaq, Nabi Ya’qub, Nabi Musa, Nabi Ishaq, bahkan Nabi Isa a.s. juga melaksanakannya.
“ Dan Kami telah memberikan kepadaNya (Ibrahim) lshak dan Ya'qub, sebagai suatu anugerah (daripada Kami). dan masing-masingnya Kami jadikan orang-orang yang saleh,  Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sholat, menunaikan zakat, dan hanya kepada kamilah mereka selalu menyembah “. ( Q.S. Al Anbiyaa’ 72 – 73 )
“ Dan aku telah memilih kamu, Maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu), Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, Maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku “.  ( Q.S Thahaa 13 – 14 )
“ Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua (ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha mendengar (memperkenankan) doa. Ya Tuhanku, Jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Tuhan Kami, perkenankanlah doaku “  ( Q.S. Ibrahim 39 – 40 )
“ Berkata Isa : “ Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi, Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup “. ( Q.S. Maryam 30 - 31 )
Begitu pentingnya Sholat sehingga ibadah tersebut tidak hanya diperintahkan pada umat Nabi Muhammad saja namun juga para Nabi sebelumnya.  

SHOLAT MERUPAKAN MI’RAJ
Shalat dan Mi’raj memiliki kesamaan dalam hal tujuan, yakni untuk mendekat dan mengenal Allah. Karena itu, Rasulullah saw menyatakan bahwa Sholat bisa menjadi Mi’raj bagi orang-orang yang beriman. Bagaimana bisa mendekat dengan Allah dalam shalat. Bukankah Allah adalah Dzat yang ghaib ? yang tidak mungkin tertangkap oleh panca indra ? Nabi Musa saja tidak mampu untuk melihatNya, sehingga beliau pingsan dibukit Sinai ketika ingin melihat Allah.
Allah adalah Dzat yang Maha Dahsyat,  tidak mungkin bisa melihat atau mendengarNya dengan menggunakan panca indera dengan potensi fisik. Kita hanya bisa mendekat dan mengenal Allah hanya dengan menggunakan potensi jiwa. Potensi nafsul muthmainnah, potensi jiwa yang tenang, Potensi akal sehat sebagai manusia. Dan itulah fitrah.
Orang yang tidak menggunakan akal sehatnya dalam kehidupan, adalah orang yang jiwanya terganggu. Sekaligus belum mencapai derajat nafsul muthmainnah, atau dengan kata lain orang yang tidak kembali ke Fitrahnya sebagai manusia.
Fitrah manusia adalah akal sehatnya. Orang yang tidak memiliki akal sehat, bukanlah manusia sempurna. Karena itu tidak dikenai kewajiban berberibadah. Orang gila, orang pingsan, orang yang belum dewasa.
Jadi kewajiban beribadah hanya bisa dijalankan oleh orang-orang yang berakal sehat. Maka, orang yang berakal sehat pulalah yang kelak akan ‘ bertemu ‘ dengan Allah.
Begitu banyaknya Allah berfirman didalam Al Qur’an bahwa orang yang bakal bertemu denganNya adalah orang-orang yang berakal sehat. Diantaranya dalam Firman Allah sebagai berikut :
“ Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) shalat, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan. yang demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal “.  ( Q.S. Al Maidah 58 )
“ Yang mendengarkan Perkataan kemudian mengikuti apa yang paling baik di antaranya, mereka Itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka Itulah orang-orang yang mempunyai akal “. ( Q.S. Az Zumar 18 )
Dan masih banyak lagi ayat-ayat Qur’an yang menjelaskan betapa akal memiliki posisi yang sangat penting dalam beragama. 
Bahkan dalam Qur’an Surah 65 ayat 10 mengatakan secara  gamblang bahwa yang disebut orang beriman itu adalah orang yang berakal. 
Dan sebaliknya, orang-orang zalim dan kafir adalah orang-orang yang tidak menggunakan akalnya, mengikuti hawa nafsunya, dan tidak berilmu pengetahuan. ( QS. 5 : 58, QS. 26 : 28, QS. 30 : 29 )
Begitu juga Allah, memberikan penegasan bahwa yang bisa mengambil pelajaran hanyalah orang-orang yang berakal. Malahan, Jibril sebagai penyampai wahyu Allah digambarkan sebagai makhluk yang berakal sangat cerdas. Tidak akan paham ilmu Allah, jika seseorang tidak cukup cerdas dan berakal sehat.
Apalagi untuk mengenal dan mendekat kepada Allah. Agar bisa harus memiliki kecerdasan yang cukup dan akal sehat. Karena ternyata Allah menampakkan Dirinya hanya berupa tanda-tanda ( ayat-ayat ) di alam semesta. 
Dan yang bisa menerjemahkan tanda-tanda itu hanyalah orang-orang yang berakal dan berilmu pengetahuan. Dengan kata lain kalau ingin mengenal dan dekat dengan Allah harus bisa menerjemahkan ‘ tanda-tanda ‘ tersebut.
Dengan Shalat jiwa bisa lebih dekat kepada Allah, dengan lebih dekat jiwa akan terasa tenang dengan jiwa tenang tidak mudah stress.Dengan Shalat jiwa bisa lebih dekat kepada Allah, dengan lebih dekat jiwa akan terasa tenang dengan jiwa tenang tidak mudah stress.

DICAPAI DENGAN KHUSYU’
Banyak orang sholat hanya sekedar melaksanakan kewajiban, namun hasilnya tidak membekas. Mengapa ?, karena shalatnya hanya sebatas pada gerakan fisik saja, tanpa olah jiwa, tanpa dihayati, tanpa dirasakan dalam hati, penyebabnya ?. Karena bacaannya tidak difahami artinya. Bagaimana bisa menghayati sebab artinya saja tidak mengerti. Oleh karena itu mari secara bertahap melatih meningkatkan shalat agar lebih bermanfaat, lebih membekas dengan menghafalkan makna bacaannya.

MERUBAH PERILAKU
Pada hakekatnya bila shalat dikerjakan dengan benar akan merubah perilaku, karena shalat yang dilaksanakan dengan benar akan membekas dalam jiwa, dan dapat mencegah dari perbuatan yang tidak terpuji.
“ Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan “. ( Q.S. Al Ankabut 45) 

PERTANYAAN PERTAMA DIHARI QIAMAT
Shalat merupakan pertanyaan pertama yang akan diajukan oleh Allah pada tiap hamba di hari kebangkitan. Dari Shalat inilah akan ditentukan nilai ibadah yang lain, jadi shalat merupakan tolak ukur perhitungan terhadap nilai ibadah seseorang. Sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi saw : “ Pertama-tama yang diperhitungkan pada tiap hamba dihari kebangkitan ialah shalat, maka jika baik shalatnya, maka segenap amalnya dianggap baik, dan jika shalatnya jelek maka segenap amalnya dianggap jelek “.   ( H.R. Tabrani )

MUTIARA DO'A 
AGAR TETAP MENEGAKKAN SHOLAT
ROBBIJ ‘ALNII MUQIIMASHSHOLAAH WAMINDZURRIYYATII 
ROBBANAA WATAQOBBAL DU’AA
“ Ya Tuhanku, Jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku “
( Q.S. Ibrahim 40 )


















Tidak ada komentar:

Posting Komentar