Jumat, 22 Mei 2015


MENGUTAMAKAN JIHAD DARI PADA MENIKAH

Sesungguhnya jawaban oran orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul Nya agar Rasul menghukum ( mengadili ) di antara mereka ialah ucapan : " Kami mendengar dan Kami taat", dan mereka Itulah orang orang yang beruntung
                                                 ( Q.S. An Nuur 51 )                                                                  

Pada zaman Rasulullah s.a.w. hidup seorang pemuda bernama Zahid usia 35 tahun belum menikah. Tinggal di Suffah samping masjid Madinah, ketika sedang mengasah pedangnya tiba tiba Rasulullah s.a.w. datang mengucapkan salam. Zahid kaget dan menjawabnya agak gugup.

DITANYA RASULULLAH S.A.W.
“ Wahai saudaraku Zahid, selama ini engkau sendiri saja ”, Rasulullah s.a.w. menyapa. “ Allah bersamaku ya Rasulullah ”, kata Zahid.
“ Maksudku kenapa engkau selama ini membujang saja, apakah engkau tidak ingin menikah ? ”, kata Rasulullah s.a.w.
Zahid menjawab : “ Ya Rasulullah, aku ini seorang yang tidak mempunyai pekerjaan tetap dan wajahku jelek, siapa yang mau denganku ya Rasulullah ? ”. ” Asal engkau mau, itu urusan yang mudah ”. kata Rasulullah s.a.w. Kemudian Rasulullah s.a.w. memerintah sekretarisnya untuk membuat surat guna melamar Zulfah binti Said, anak seorang bangsawan Madinah kaya raya dan cantik jelita.

DEMI KETAATAN SURAT DIANTAR
Akhirnya surat dibawa Zahid kerumah Said :  “ Wahai saudaraku Said, aku membawa surat dari Rasul yang mulia diberikan untukmu ”.Said menjawab : “ Adalah suatu kehormatan buatku ”
Kemudian surat dibacanya, ketika membaca surat tersebut Said agak terperanjat karena tradisi Arab perkawinan hanya berlaku seorang bangsawan dengan bangsawan. Akhirnya Said bertanya kepada Zahid : “ Wahai saudaraku betulkah surat ini dari Rasulullah ?  ”.
Zahid menjawab : “ Apakah engkau pernah melihat aku berbohong ? ”, kemudian Zulfah datang dan berkata : “ Wahai ayah, kenapa sedikit tegang terhadap tamu ini, bukankah lebih baik dipersilahkan masuk ? ”.
“ Wahai anakku, ini adalah seorang pemuda yang sedang melamar engkau supaya engkau menjadi istrinya ”, kata ayahnya.

MENANGIS KESAL
Disaat itulah Zulfah melihat Zahid sambil menangis sejadi jadinya dan berkata : “ Wahai ayah, banyak pemuda yang tampan dan kaya raya semuanya menginginkan aku, namun aku tak mau ayah ”, Zulfah merasa dirinya terhina.
Maka Said berkata kepada Zahid : “ Wahai saudaraku, engkau tahu sendiri anakku tidak mau bukan aku menghalanginya dan sampaikan kepada Rasulullah s.a.w. bahwa lamaranmu ditolak ! ”.

BERUBAH NIAT
Mendengar nama Rasul disebut ayahnya, Zulfah berhenti menangis dan bertanya kepada ayahnya : “ Wahai ayah mengapa membawa bawa nama Rasul ? ”. Akhirnya Said berkata : “ Ini yang melamarmu adalah perintah Rasulullah ”. Maka Zulfah istighfar beberapa kali dan menyesal atas kelancangan perbuatannya, dan berkata kepada ayahnya : “ Wahai ayah mengapa sejak tadi ayah berkata bahwa yang melamar ini Rasulullah, kalau begitu segera aku harus dikawinkan dengan pemuda ini ! “.
Karena dia ingat firman Allah :dalam Al Quran surat An Nur 51 : “ Sesungguhnya jawaban orang orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar rasul menghukum (  mengadili ) diantara mereka ucapan ialah : “ Kami mendengar dan kami taat “. Dan mereka itulah orangorang yang beruntung “. ( Q.S. An Nur 51 )

BAHAGIA
Zahid disaat itu merasa jiwanya melayang ke angkasa dan baru kali ini merasakan bahagia tiada tara dan segera pamit pulang.Sampai di masjid dia sujud syukur. Rasul yang mulia tersenyum melihat gerak gerik Zahid yang berbeda dari biasanya.
“ Bagaimana Zahid ? ”, “ Alhamdulillah diterima ya Rasul ”, jawab Zahid. “ Sudah ada persiapan ”.Zahid menundukkan kepala sambil berkata : “ Ya Rasul kami tidak memiliki apa apa ”. Akhirnya Rasulullah menyuruhnya pergi ke Abu Bakar, Ustman, dan Abdurrahman bi Auf. Setelah mendapat uang yang cukup banyak, Zahid pergi ke pasar membeli persiapan perkawinan.
Dalam kondisi seperti itulah Rasulullah s.a.w. kemudian menyerukan umat Islam untuk menghadapi kaum kafir yang akan menghancurkan Islam.
Ketika Zahid sampai di masjid, dia melihat kaum Muslimin sudah siap siap dengan perlengkapan senjata kemudian Zahid bertanya : “ Ada apa ini  ? ”.

MERUBAH NIAT
Sahabat menjawab : “ Wahai Zahid hari ini orang kafir akan menghancurkan kita, apakah engkau tidak mengerti ? ”. Kemudian Zahid istighfar beberapa kali sambil berkata : “ Wah kalau begitu perlengkapan kawin ini akan aku jual dan akan kubelikan kuda yang terbagus ”. Para sahabat pada menasehati :  “ Wahai Zahid nanti malam kamu berbulan madu, tetapi engkau hendak berperang ? ”. Zahid menjawab dengan tegas : “ Itu tidak mungkin ! ”.
Kemudian Zahid menyitir ayat : “ Jika bapak bapak, anak anak, suadara saudara, istri istri kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya dan rumah rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih baik kamu cintai daripada Allah dan Rasul Nya (dari) berjihad di jalan Nya. Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan  Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang  orang fasik “. ( Q.S. At Taubah 24 )      

GUGUR SEBAGAI SYAHID                                                                                    
Akhirnya Zahid (Aswad) maju ke medan pertempuran dan mati sebaagai syahid di jalan Allah. Rasulullah bersabda : “ Hari ini Zahid sedang berbulan madu dengan bidadari yang lebih cantik daripada Zulfah ”.
Kemudian Rasulullah s.a.w. membacakan firman Allah
“ Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang orang yang gugur di jalan Allah ( bahwa mereka itu ) mati, bahkan ( sebenarnya ) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya “. ( Q.S. Al Baqarah154 )
Pada saat itulah para sahabat meneteskan air mata dan Zulfah pun berkata : “ Ya Allah alangkah bahagianya calon suamiku, jika aku tidak bisa mendampinginya di dunia izinkan aku mendampinginya di akhirat ”.
Begitu hebat kecintaan para sahabat terhadap Nabinya, sehingga rela mengorbankan keinginannya demi cintanya kepada Rasulullah s.a.w.

                                                                            KISAH TAULADAN
ZAID BIN HARITSAH

Berperawakan biasa, pendek, berkulit coklat kemerahan, berhidung agak pesek. Berasal dari kabilah Kalb. Dikala kecil diajak ibunya menengok kampung, tiba tiba diserang pasukan Bani Al Qayn di kampung tersebut. Mereka menawan dan membawanya, kemudian dijual kepada Hakim bin Hizam, dengan harga 400 dirham, kemudian dihadiahkan kepada bibinya, Khodijah binti Khuwailid.
Ketika Khodijah menikah dengan Rasulullah s.a.w. Zaid bin Haritsah dihadiahkan kepada Rasulullah s.a.w.. kemudian beliau memerdekakannya.
Haritsah bapak Zaid sedih kehilangan anaknya. Ketika beberapa orang dari Ka'ab menunaikan haji, mereka melihat Zaid. Zaid berkata : " Sampaikan beberapa bait syairku ini kepada keluargaku, karena sesungguhnya aku mengerti bahwa mereka sedih karena kehilanganku ".
Setelah Haritsah mengetahui kabar anaknya, dia berangkat ke Mekkah bersama Ka'ab bin Syarahil sebagai jaminan. Di hadapan Rasulullah s.a.w. mengajukan permohonan agar Zaid dibebaskan, dengan memberikan Ka'ab bin Syarahil sebagai jaminan. Kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda : : "Apakah kamu mengenal mereka ? ", " Ya ini bapakku dan ini pamanku ". Kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda : " Aku telah mengenalmu (Zaid) dan kau pun telah mengetahui kecintaanku kepadamu. Sekarang pilih aku atau mereka berdua ". Dengan tegas Zaid menjawab : " Aku sekali kali tidak akan memilih orang selain engkau ya Rasulullah, engkau sudah kuanggap sebagai bapak atau pamanku sendiri ".  Kemudian Rasulullah s.a.w. mengumumkan kepada khalayak, bahwa Zaid diangkat sebagai anaknya. Ia mewarisi Rasulullah s.a.w. dan Rasulullah s.a.w. pun mewarisinya.
Zaid kemudian memeluk Islam dan dinikahkan dengan Zainab binti Jahsy. Ketika Zainab dicerai Zaid dia disunting Rasulullah s.a.w.. Maka tersebarlah gunjingan orang orang Munafiq bahwa Muhammad telah menikahi anak perempuannya. 
Kemudian turun firman Allah :
“ Muhammad itu sekali kali bukanlah bapak dari seorang laki laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup Nabi Nabi dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu “. ( Q.S. Al Ahzab 40 )
Dengan demikian jelas anak angkat tidak bisa dianggap sebagai anak kandung, tidak bisa saling waris mewarisi. Demikian pula, isteri yang telah dicerai halal untuk dinikahi bapak angkatnya.Gugur sebagai syahid dalam perang Mu'tah, pada Jumadil Awwal 8 H. di usia 55 tahun.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar