Sabtu, 30 Mei 2015


BEGITU MULIANYA MENCARI NAFKAH

“ Dan di antara tanda tanda kekuasaan Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karunia Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar benar terdapat tanda tanda bagi kaum yang mendengarkan. ( Q.S. Ar Rum 23 )

Begitu luas kasih sayang Allah kepada hamba Nya, sehingga dijadikan Nya malam sebagai waktu istirahat dan siang untuk mencari rizki.
Pembagian waktu yang diatur Nya secara cermat dan bijak ini sebagai pertanda betapa murah dan santun Nya Allah Yang Maha Kuasa terhadap hamba ciptaan Nya. Bahkan mencari rizki dihargai begitu tinggi dan mulia dihadapan Nya, asalkan dilakukan menurut tuntunan yang diajarkan Nya.

MEMPERHATIKAN TUNTUNAN
Diantara tuntunannya adalah niat, niat semata mata dalam rangka “ beribadah “, artinya mencari ridlo Allah dalam mencari rizki, tidak hanya sekedar mengejar nilai nominalnya yang terdiri dari deretan angka rupiah belaka, namun “ kebarokahanlah “ yang jadi targetnya.
Dengan demikian yang dicari hanya sebatas yang halal saja, bukan yang haram . Karena bila tidak berprinsip pada nilai kebarokahan pasti akan tergelincir dan berbelok arah ke kedzaliman : menipu, memalsu, dusta, curang, mempersulit urusan dan sebangsanya. Yang jelas akan tergelincir kepada yang haram, Na’udzu billaahi min dzaalik.

KISAH PENJUAL COBEK
Di Banjarmasin ( Kalimantan ) hiduplah seorang anak penjual cobek ( cowek ) berasal dari Jawa Tengah, dia berkeliling sambil memikul begitu beratnya karena cobek dibuat dari batu, sambil menawarkannya berkeliling ke kampung kampung dan jalanan. Ketika ditanya dia menjawab dia berjuang mencari nafkah sebagian hasilnya dikirimkan untuk ibunya yang tinggal di sebuah desa di Jawa tengah, bahkan untuk tidur dia rela di sebuah pasar.
Betapa merana keadaannya, namun baginya itulah jalan hidup yang harus ditempuhnya, bahkan ketika ditanya : “ Mengapa jauh jauh merantau ke luar pulau “, pertanyaan justru dijawabnya penuh optimis : “ Saya yakin bahwa Allah Maha Pemurah dengan memberi rizki kepada hamba Nya yang mau berusaha, yang penting saya selalu beibadah kepada Nya dengan tetap menunaikan sholat 5 waktu “. Jawabnya penuh yakin.  Walau hanya sebagai penjual cobek namun disisi Allah begitu tinggi nilainya, sebagaimana disampaikan oleh Rasulullah s.a.w.
” Tidak ada yang lebih baik bagi seseorang yang makan sesuatu makanan, selain makanan dari hasil usahanya. Dan sesungguhnya Nabiyullah Daud, selalu makan dan hasil usahanya ”. ( H.R. Bukhari )

MENGHAPUS DOSA
Bahkan begitu tingginya penghargaan Allah terhadap hamba Nya yang berusaha dengan jerih payah keringatnya, sehingga jerih payahnya bisa pula menghapus dosanya !.
” Sesungguhnya di antara dosa dosa itu, ada yang tidak dapat terhapus dengan puasa dan shalat ”. Maka para sahabat pun bertanya : “ Apakah yang dapat menghapusnya wahai Rasulullah ? ”, Beliau menjawab : ” Bersusah payah dalam mencari nafkah ”. ( H.R. Bukhari )

BAGAI PEJUANG DI JALAN ALLAH
Tidak hanya sampai disini saja penghargaan Allah terhadap yang berusaha keras untuk mencari nafkah bagi keluarganya, bahkan usahanya sampai disejajarkan bagai berjuang di jalan Allah !.
” Barangsiapa yang bekerja keras mencari nafkah untuk keluarganya, maka sama dengan pejuang dijaIan Allah ‘Azza Wa Jalla ”. ( H.R. Ahmad )

RASULULLAH DAN TUKANG BATU
Begitu indah ajaran Islam bila diamalkan, suatu ketika seorang lelaki yang dikenal pekerja giat, sebagai pemecah batu sehingga telapak tangannya keras dan kasar melintas di hadapan Rasulullah s.a.w., kemudian para sahabat bertanya : “ Wahai Rasulullah, andai bekerja seperti dilakukan orang itu dapat digolongkan jihad di jalan Allah ( fii sabilillah ), maka alangkah baiknya ”. Mendengar pertanyaan tersebut Rasulullah s.a.w. menjawab : “ Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak anaknya yang masih kecil, maka itu fii sabilillah, kalau dia bekerja untuk menghidupi kedua orang tuanya yang sudah lanjut usia, maka itu fii sabilillah, kalau dia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri agar tidak meminta minta, maka itu fii sabilillah ”.  ( H.R. Thabrani )         Walau dia hanya sebagai seorang batu namun Rasulullah s.a.w. salut dan menghargainya, sehingga beliau sampai sudi mencium tangannya, tangan seorang yang kasar, Subhaanallah. 

JAUHI SIKAP DZALIM
Dalam mencari harta jauhi kebatilan, sehingga tercipta unsur saling meridloi, suka sama suka sehingga barokah akan tercurah dari Allah Ta’ala. Mencari harta dengan cara batil tidak akan disukai, orang sama menghindar, dengan kata lain “ sama dengan bunuh diri “.
" Hai orang orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu ". ( Q.S. An Nisaa' 29 )

BEGITU HINA SIKAP MEMINTA
Berbagai macam pola kehidupan terjadi, ada yang nampak seolah miskin dan hina namun mulia  disisi Allah Ta’ala. Ada pula yang nampak kaya, berkedudukan tinggi pula, namun..... hina keberadaannya.
Dengan kedudukannya berbuat seenaknya, suka mempersulit urusan, sehingga dengan mudahnya mendapat sejumlah uang, dia berprinsip : “ Mumpung menjabat, kapan lagi senyampang belum pensiun “. Padahal jabatan yang disandangnya diperoleh dengan mengobral janji dikala kampanye. Namun ketika sudah menjabat, janji tinggal janji yang penting : “ Mengembalikan modal kampanye dan mencari uang sebanyak banyaknya “ kata orang.               
Ternyata yang nampak mulia justru hina, yang nampak hina justru mulia karena hartanya diperoleh dengan keringatnya.
Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Seorang mencari kayu bakar kemudian dipikulnya dan ditawarkan, laku atau tidak laku lebih mulia dari pada meminta minta “.               

CELAKA

“ Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela, yang mengumpulkan harta dan menghitung hitung, dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya.  Sekali kali tidak, sesungguhnya dia benar benar akan dilemparkan ke dalam ( neraka ) Huthamah “.  ( Q.S. Al Humazah 1-4 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar