JANGAN DEKATI ZINA !
“ Dan
janganlah kamu mendekati zina,
sesungguhnya
zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk “.
( Q.S. Al Isra’ 32 )
Karena pengaruh
kehidupan modern, kemaksiatan makin dekat dan menantang tanpa risih dan segan
betapa tidak ?, bukankah kehidupan modern sangat ditunjang dengan kemajuan piranti
tehnologi modern : H.P., B.B., Internet dan sebagainya, sehingga hubungan jadi
makin dekat, dunia terasa makin sempit.
TANPA MALU
Dengan
adanya perangkat tehnologi yang canggih ini, banyak wanita jalang pada berani memanfaatkannya
tanpa malu menawarkan diri.
Ditambah
lagi fasilitas tempat tersedia dengan mudahnya ( hotel, penginapan ).
Yang
memprihatinkan lagi alat kontrasepsi ( maaf kondom ) pada dijual bebas, seakan
mempersilahkan dan berpesan : “ boleh
gonta ganti pasangan asal pakai ( maaf ) kondom
! “. Begitu runyam dan
sembrononya pemerintah dalam pembiaran ini.
KEJI DAN BURUK
Padahal 14
abad silam Allah sudah mengingatkan akan bahaya zina dengan perintahnya : “ Jangan
mendekati zina, sesungguhnya
zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk “.
Bukankah
banyak bukti menunjukkan adanya kekejian dan keburukan perbuatan zina, adanya
kelahiran bayi tanpa bapak sehingga banyak bayi dibuang, karena tidak kuatnya
menanggung rasa malu. Semakin banyaknya yang terkena virus A.I.D., sehingga
daya tahan tubuh melemah dan .....berujung pada kematian, akankah masih kurang
yakin dengan akibat buruknya sehingga dengan sembrononya mengobral ( maaf )
kondom dengan gencarnya !.
LAPOR
Betapa
hebatnya iman para sahabat, sehingga ada beberapa orang yang khilaf dan
tergelincir melakukannya, pada lapor kepada Nabi untuk minta segera dihukum
rajam, karena takut akibat yang akan diterimanya kelak di akherat.
MINTA DIHUKUM
Dari Sulaiman bin Buraidah r.a. dari
bapaknya katanya : “ Pada suatu ketika Ma’iz bin Malik datang kepada Nabi s.a.w. kemudian dia berkata
kepada beliau : “ Ya Rasulullah s.a.w. sucikan aku ! “.
DIPERINTAH TAUBAT
Jawab Rasulullah s.a.w. : “ Amboi kasihan pulanglah !,
kemudian mintalah ampun kepada Allah dan taubatlah kepada Nya ! “. Ma’iz pergi,
tetapi belum begitu jauh dia kembali lagi seraya berkata : “ Ya Rasulullah
sucikanlah aku ! “. Jawab Rasulullah s.a.w. : “ Amboi kasihan pulanglah,
minta ampun kepada Allah dan bertaubatlah kepada Nya ! “. Ma’iz pergi, tetapi
belum begitu jauh dia kembali lagi dan berkata kepada Rasulullah s.a.w. : “ Ya
Rasulullah sucikan aku ! “. Nabi menjawab seperti semula dan hal itu berulang
sampai empat kali.
RASULULLAH
MENELITI
Pada kali keempat Rasulullah s.a.w. bertanya : “ Dari hal apakah engkau harus
kusucikan ? “. Jawab Ma’iz : “ Dari hal dosa berzina “. Rasulullah s.a.w.
bertanya kepada para sahabat yang ada disekitarnya ketika itu : “ Apakah si
Ma’iz ini mengidap penyakit gila ? “, jawab para sahabat : “ Tidak ya Rasulullah
dia tidak gila “, tanya Nabi berikutnya : “ Apakah dia baru meminum khomr ? “.
Seorang sahabat berdiri kemudian membaui Ma’iz, tetapi tidak mencium mencium
bau khomr dimulut Ma’iz. Maka Rasulullah s.a.w. bertanya kepada Ma’iz : “
Betulkah engkau berzina ? “. Jawab Ma’iz : “ Benar ya Rasulullah “.
DIHUKUM RAJAM
Rasulullah s.a.w. memerintahkan agar dilaksanakan hukuman
rajam terhadap Ma’iz, kemudian dia dirajam. Terdapat dua pendapat dalam masalah
ini, yang pertama mengatakan bahwa Ma’iz tewas, dan dosanya hapus karena
hukuman yang dijalaninya secara ikhlas.
Yang kedua mengatakan bahwa Ma’iz
Taubat sebenar benarnya taubat, tiada taubat yang melebihi Ma’iz. Dia datang
menghadap Nabi s.a.w. kemudian kemudian diletakkannya tangannya di tangan Nabi
kemudian berkata : “ Ya Rasulullah hukum matilah aku dengan batu ( rajamlah aku
) ! “. Mereka senantiasa dalam perbedaan pendapat seperti itu selama dua atau
tiga hari.
MEMOHONKAN
AMPUN
Kemudian Rasulullah s.a.w. datang, setelah memberi salam,
kemudian beliau duduk bersama sama mereka. Maka bersabdalah Rasulullah s.a.w. : “
Mintakanlah ampun bagi Ma’iz bin Malik ! “, kemudian mereka memohon semuanya :
“ Semoga Allah mengampuni Ma’iz bin Malik “, Rasulullah s.a.w. bersabda : “
Ma’iz benar benar telah bertaubat dengan sesempurna taubat, seandainya taubat
Ma’iz dapat dibagi diantara satu kaum, pasti mencukupi untuk mereka semua “.
WANITA GHAMID MINTA DIHUKUM
Kemudian datang pula seorang wanita dari desa Ghamid,
suku Azdi, kemudian dia berkata : “ Ya Rasulullah sucikan aku ! “, jawab
Rasulullah s.a.w. : “ Amboi kasihan pulanglah engkau !, kemudian meminta
ampunlah kepada Allah dan bertaubatlah kepada Nya ! “.
Kata wanita tersebut : “
Kulihat anda menyuruhku pulang seperti yang anda lakukan terhadap Ma’iz bin
Malik “, tanya Nabi s.a.w. : “ Mengapa begitu ? “, wanita tersebut mengatakan
bahwa dia telah hamil akibat berzina. Nabi s.a.w. bertanya : “ Engkau sendiri
yang berbuat ? “, jawabnya : “ Betul ya Rasulullah “.
MENUNGGU
LAHIR
Nabi s.a.w. bersabda kepadanya : “ Tunggulah dahulu
sampai engkau melahirkan ! “, Kemudian wanita itu ditanggung kehidupannya oleh
seorang laki laki Anshor, sampai dia melahirkan. Setelah dia melahirkan, maka
diberitahukan kepada Rasulullah s.a.w. katanya : “ Ya Rasulullah perempuan desa
Ghamid itu sudah melahirkan “.
DITANGGUNG
SUSUNYA
Jawab Rasulullah s.a.w. : “ Biarkanlah dahulu karena
anaknya masih kecil, sedang orang yang akan menyusukannya tidak ada “. Maka
berdiri seorang laki laki kemudian dia berkata : “ Aku yang menanggung susunya
“. Kata Buraidah : “ Setelah itu maka dilaksanakan hukuman rajam terhadap wanita
desa Ghamid itu “.( H.R. Muslim )
TIDAK GEGABAH
TIDAK GEGABAH
Walau
orang berzina hukumannya jelas dirajam, namun Nabi s.a.w. tidak gegabah segera
menjatuhkan hukuman, namun masih diberi kesempatan berfikir dengan : Bertaubat,
menanyakan kepada sahabat tentang keadaannya.
Demikian pula terhadap wanita Ghamid,
Nabi s.a.w. masih memberi kesempatan bertaubat, menunggu bayinya lahir, bahkan
memikirkan tentang susuannya.
Betapa
bijaknya Nabi s.a.w. dalam menjatuhkan hukuman.
Demikian pula mungkin ada yang pernah melakukan zina,
maka sebaiknya merenungi perbuatan yang telah diperbuatnya, kemudian menyesali
perbuatan dan bertaubat kepada Nya dengan memperbanyak istighfar .
" Dan orang orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau mendzalimi diri sendiri, mereka mengingat Allah, kemudian memohon ampun terhadap dosa dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah, dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui ". ( Q.S. Ali Imran 135 )
Disamping menyesali perbuatannya dan bertaubat juga disertai memperbanyak beramal sholih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar