Kamis, 26 November 2015



          MUNGKINKAH MELIHAT ALLAH ?
                 
“ Dan (ingatlah), ketika kamu berkata : " Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang ( dengan mata telanjang ), karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya ". ( Q.S. Al Baqarah 55 )

Bani Israil dikenal pandai tetapi berwatak keras, mbulet, sombong dan sulit diatur bahkan sampai sekarang. Ingat kasus Israil dan Palestina yang tak kunjung selesai, karena watak mbulet dan kerasnya orang Israil.
Begitu congkaknya Bani Israil ( umat Nabi Musa a.s. ) sehingga menantang Nabi Musa a.s. ingin melihat Allah dengan mata telanjang, sebagai syarat untuk beriman. Karena permintaan yang menunjukkan keingkaran dan ketakabburan mereka, sehingga mereka disambar halilintar sebagai adzab dari Allah.

KENAL ALLAH
Ketika masih remaja seseorang bertanya kepada saya : “ Kamu sholat ya ? “, “ Ya “ jawab saya, “ Kamu yakin akan adanya Allah ? “ tanyanya, “ Ya ! “ jawab saya penuh heran. Selanjutnya pertanyaan sangat mengejutkan diajukan, yang seumur hidup baru kali itu saya mendengarnya : “ Pernah melihat Allah ? “, hati saya bak disambar petir sehingga tertegun mendengar pertanyaan aneh tersebut, dalam hati saya mulai timbul rasa curiga.
Ternyata penegasan berikutnya membuktikan kecurigaan saya kepada orang tersebut : “ Walau kamu sholat kan belum pernah mengenal dan melihat Allah !, tetapi saya sudah pernah melihat dan bahkan menyatu dengan Allah ! “. Saya  jadi tambah heran dan penasaran.
Selanjutnya dia menyampaikan pernyataannya yang membuat hati saya jadi semakin heran dan curiga  : “ Karena saya sudah ma’rifat ( mengenal ) dengan Allah, maka saya tidak perlu melaksanakan sholat ! “. Mengingat pernyataannya yang diluar ajaran agama dan sangat menyakitkan hati, saya jadi tak perlu melayani lagi.  

BISAKAH MELIHAT ?
Orang yang mengaku bisa melihat Allah apalagi sudah menyatu dengan Allah ( ma’rifat ) jelas dusta !, apalagi tidak perlu melaksanakan sholat tambah membuktikan kedustaannya !!, karena Rasulullah s.a.w. sendiri sebagai Nabi ahir zaman, yang dijamin masuk syurga tidak pernah meninggalkan sholat, bahkan walau beliau dalam keadaan sakit sholat tetap ditunaikan.
Inilah ajaran sesat yang jelas menyimpang dari ajaran agama Islam, dengan kedok ma’rifat dengan Allah, seolah lebih suci, lebih dekat dan jiwanya sudah menyatu dengan Allah. 
Mungkinkah sebagai makhluk ciptaan Nya bisa menyatu dengan Pencipta Nya ?. Jelas tidak mungkin !, hanya orang yang sesat sajalah yang mempercayai faham tersebut. Lebih lebih didukung sifat malas melaksanakan sholat, maka ma’rifat dipakai sebagai alasan, demikan licin dan liciknya setan menghembuskan tipuannya guna menyesatkan manusia.

SEOLAH MELIHAT
Suatu saat Malaikat Jibril datang secara tiba tiba dalam bentuk manusia berpakaian serba putih berambut hitam, yang tidak diketahui arah kedatangannya, bertanya kepada Nabi s.a.w. dihadapan para sahabat tentang “ iman dan Islam “, kemudian dijawab dengan tepat oleh Nabi dan dibenarkannya. Kemudian Jibril melanjutkan pertanyaan tentang “ ihsan “.
“ .......Ia ( Jibril ) bertanya : “ Apakah ihsan itu ? “, Nabi s.a.w. bersabda : “ Engkau beribadah kepada Allah seakan akan engkau melihat Nya, jika engkau tidak melihat Nya, sesungguhnya Dia melihatmu ........“. ( H.R. Bukhari )  
Dari hadits tersebut Nabi s.a.w. memberikan pemahaman : “ Seakan akan engkau melihat Nya, jika engkau tidak melihatnya, sesungguhnya Dia melihatmu !.
Alangkah bijaknya Nabi s.a.w. memberikan nasehat dengan kalimat : “ Seakan akan engkau melihat Nya, jika engkau tidak melihatnya....”, dengan kalimat ini jelas bahwa Allah tidak bisa dilihat !.

TIDAK BISA DILIHAT
Di dunia untuk melihat Allah jelas tidak mungkin, melihat ciptaannya saja tidak mampu apalagi melihat pencipta Nya. Disaat matahari menyengat panas di atas kepala, coba lihat dan tatap !, mampukah melakukan ?, itu baru ciptaan Nya, apalagi Sang Pencipta Nya, jelas tidak mungkin bisa !!!.
Diriwayatkan dari ‘Aisyah r.a. dari Masyruq r.a. ia berkata aku berkata kepada ‘Aisyah r.a. : “ Wahai ibu apakah Nabi Muhammad s.a.w. melihat Rabbnya ? “, maka ‘Aisyah r.a. menjawab : “ Pertanyaanmu membuat rambutku berdiri, dimanakah (pemahamanmu) dari tiga hal ini, barang siapa yang menceritakan kepadamu mengenai tiga hal ini maka sungguh dia telah berdusta. Barang siapa yang menceritakan bahwa Muhammmad s.a.w. melihat Rabbnya maka sungguh dia telah berdusta, kemudian ‘Aisyah r.a. membaca ayat : “ Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan, dan Dialah yang Maha Halus lagi Maha mengetahui ". ( Q.S. Al An’am 103 )........”. ( H.R. Bukhari )                                                                     Dari keterangan hadits tersebut jelas bahwa Allah tidak dapat dilihat, bahkan yang mengaku pernah melihat Allah dikatakan “ dusta “ oleh ‘Aisyah r.a.

MELIHAT ALLAH
Siapa yang tak ingin melihat Allah Sang Pencipta yang selalu menjaga, memelihara selama hidup di dunia, apalagi diibadahi selama hidupnya.
Namun mungkinkah bisa melihat Allah ?, atas Kemurahan Nya kelak para penghuni syurga saja yang bisa dengan leluasa melihat Nya berkat Kekuasaan Nya. Mengapa ?, bukankah kelak kata Rasulullah s.a.w. para penghuni syurga anatomi tubuhnya dirubah ( sesuai dengan kondisi  syurga yang luas serta ukuran hunian  berupa istana yang megah ), sehingga tinggi tubuh seperti tinggi Nabi Adam : 60 hasta ( sekitar 60 m ). Dengan demikian telinga ikut berubah, demikian pula dengan hidung, mata dan lainnya, pasti akan ikut berubah pula ukuran dan kemampuannya.
Sehingga tubuh, telinga, hidung, mata bisa menikmati apa yang dahulunya tidak bisa didengar, dibau, dirasa, diraba maupun dilihat, karena kenikmatan di syurga memang berbeda dengan keadaan di dunia yang serba terbatas, sulit dan penuh resiko !
Termasuk kenikmatan bisa melihat Allah !, kenikmatan puncak di syurga.

DIIZINKAN BISA MELIHAT
Diriwayatkan dari Abu Musa r.a. bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Ada dua syurga yang bejana dan isinya dari perak. Dan ada dua syurga yang bejana dan isinya dari emas. Tidak ada yang menghalangi antara orang orang dengan pandangannya kepada Rabb ( Tuhan ) mereka kecuali selendang Al Kibr ( kebesaran ) di wajah Nya di syurga Adn “. ( H.R. Bukhari ) 
Dari sabda Nabi s.a.w. tersebut jelas bahwa para penghuni syurga Adn kelak dapat melihat Allah dengan jelas. Bayangkan betapa bahagianya bisa melihat Tuhan yang sehari hari diibadahi tanpa bisa dilihatnya, kemudian di Syurga dengan Kebesaran dan Kemurahan Nya dapat menatapnya dengan jelas.
Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: " Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang sholih dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya ". ( Q.S. Al Kahfi 110 )                                                                   Semoga Allah menjadikan kita hamba yang suka beramal sholih dan jauh dari kemusyrikan, agar kelak bisa berjumpa dengan Nya. Amin

KISAH TAULADAN
HAMBA YANG  IKHLAS
Di Bondowoso pernah hidup seorang hamba keturunan Arab, walau kaya penampilannya sangat sederhana, namun sangat perduli dan memperhatikan kesengsaraan kaum dhu’afa, namun amal beliau selalu dirahasiakan hawatir terjerumus kedalam perbuatan ria ( amal karena ingin dilihat orang ).
Karena penampilannya yang sederhana apalagi sangat pendiam, orang banyak pada menghina, mencibir bahkan ada yang sampai meludahi ketika lewat di hadapannya, namun beliau tak memperdulikannya.
Kaum dhu’afa dikampungnya sering menerima bingkisan sembako dari sebuah toko, dikira kaum dhu’afa pemilik toko tersebut yang memberinya.
Suatu saat orang Arab tersebut meninggal dunia, orang sama tak perduli, dianggapnya untuk apa perduli kepada orang kaya namun tak pernah sedekah.
Namun keadaan jadi berubah, karena setelah meninggalnya orang Arab tersebut kaum dhu’afa tidak pernah mendapat jatah sembako seperti dulu lagi.
Kaum dhu’afa pada heran dan penasaran apa sebab tidak dapat kiriman sembako lagi, mereka pada datang ke toko guna menanyakan penyebab jatah sembako tidak dikirim lagi.
Ahirnya rasa penasaran mereka terjawab sudah oleh pemilik toko, bahwa sebenarnya jatah sembako berasal dari sedekah orang Arab yang telah meninggal dunia , dan pemilik toko dipesan agar jangan menyebut siapa yang menyumbangnya.
Betapa kagetnya mereka, betapa tidak ?, orang yang dihina, dicerca bahkan sampai ada yng meludahi, ternyata orang yang baik. Kaum dhu’afa sama menyesali perbuatannya, karena telah bersangka buruk ( suudhon ) terhadap orang yang telah menyantuninya selama bertahun tahun.
Ahirnya mereka sama menangis karena menyesal, sambil mendatangi rumah orang Arab tersebut untuk meminta maaf kepada keluarganya.
Maka jangan suka melihat manusia pada penampilannya, namun lihatlah sikap hatinya yang tak suka pamer, unjuk amal, karena mengharap pujian manusia.
                                                                       
                                                                 MUTIARA DO’A
AGAR DISEMPURNAKAN CAHAYANYA

Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah
kami, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu
                                   ( Q.S. At Tahrim 8 ) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar