KEADILAN
KHOLIFAH UMAR
“Hai orang orang yang beriman
hendaklah kamu Jadi orang orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena
Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali kali kebencianmu
terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku
adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. Al Maidah (5)
: 8)
Pada tahun 13 Hijriah (634 M) Abu Bakar wafat, Umar tampil menjadi khalifah. Ketika itu pasukan Islam tengah bertempur di Yarmuk wilayah
perbatasan dengan Syria. Umar tidak memberitakan kewafatan Abu Bakar
agar tidak mengganggu konsentrasi pasukan yang sedang melawan kerajaan Romawi.
DUEL SATU LAWAN SATU
Panglima Romawi, Gregorius Theodore ingin menghindari jatuhnya
banyak korban, DIa menantang panglima Khalid duel satu lawan
satu. Dalam duel tersebut, tombak Gregorius patah kena sabetan pedang Khalid. Dia mengganti dengan pedang besar. Ketika berancang ancang Gregorius
bertanya pada Khalid tentang motivasinya berperangnya. Mendengar jawaban Khalid, di hadapan ratusan ribu pasukan
Romawi dan Muslim, Gregorius menyatakan masuk Islam, kemudian dia belajar
Islam sekilas dan sempat menunaikan salat dua rakaat, lalu bertempur di
samping Khalid, Gregorius syahid di tangan bekas pasukannya sendiri.
KHOLID BIN WALID DIBERHENTIKAN
Umar kemudian memecat Khalid dan mengangkat Abu Ubaidah sebagai
Panglimai. Umar khawatir, umat Islam mengkultuskan Khalid. Khalid ikhlas menerima keputusan sambil berkata : “saya berjihad bukan karena Umar”, dia terus
membantu Abu Ubaidah di medan tempur.
KOTA DAMASKUS DIKUASAI
Kota Damaskus berhasil dikuasai dengan menggunakan “tangga manusia”,
pasukan Khalid berhasil menembus benteng Aleppo. Kaisar Heraklius terpaksa
mundur ke Konstantinopel, meninggalkan seluruh wilayah Syria yang telah 5 abad
dikuasai Romawi. Penguasa Yerusalem juga menyerah, namun mereka hanya mau menyerahkan kota tersebut pada pemimpin tertinggi Islam.
BERANGKAT TANPA PENGAWALAN PENUH
Kemudian Umar berangkat ke Yerusalem, dia menolak dikawal pasukan. Pembesar Yerusalem menyambut dengan upacara kebesaran. Namun Umar dengan penampilan sederhana datang menunggang unta merah, hanya disertai seorang
pembantu. Kesederhanaan Umar sempat mengundang simpati orang orang non
Muslim.
KHUTBAH TENTANG KEADILAN
Suatu ketika Umar bin Khattab khotbah di masjid Madinah : “Sesungguhnya
seorang pemimpin harus berbuat untuk kepentingan kalian, bukan untuk dirinya,
golongan dan bukan untuk menindas kaum lemah. Demi Allah, apabila ada di antara
pemimpinmu menindas yang lemah, maka kepada orang yang ditindas itu diberikan
haknya untuk membalas pemimpin itu. Begitu pula jika seorang pemimpin di antara
kamu sekalian menghina seseorang di hadapan umum, maka kepada orang itu harus
diberikan haknya untuk membalas hal yang setimpa l”.
SEORANG HAMBA MENUNTUT KEADILAN
Selesai berkhotbah seorang lelaki bangkit
seraya berkata : “Ya Amiirul Muminin, saya datang dari Mesir, menembus padang pasir
luas dan tandus, menuruni lembah curam. Semua ini hanya ingin bertemu dengan
Tuan”. “Katakanlah apa tujuanmu bertemu denganku”, ujar
Umar. “Saya telah dihina di hadapan orang banyak oleh Amr bin
Ash, gubernur Mesir sekarang saya menuntutnya dengan hukum yang sama.”
“Ya
saudaraku, benarkah apa kau katakan itu ?”, tanya khalifah Umar. “Ya Amiirul Muminin benar”, “Baiklah kepadamu aku berikan hak yang sama untuk menuntut
balas. Tetapi engkau harus mengajukan 4 orang saksi, kepada Amr aku berikan 2 orang
pembela. Jika tidak ada yang membela gubernur, maka kau dapat melaksanakan balasan
dengan memukulnya 40 kali”. “Baik ya Amiirul Muminin. akan saya laksanakan”, dia
langsung kembali ke Mesir menemui gubernur Mesir Amr bin Ash.
MENEMUI GUBERNUR
Ketika sampai dia langsung mengutarakan
maksudnya : “Ya Amr, sesungguhnya seorang pemimpin diangkat oleh rakyat, dari
rakyat,dan untuk rakyat. Dia diangkat bukan untuk golongannya, bukan untuk
bertindak sewenang wenang terhadap rakyatnya, dan bukan pula untuk menindas
yang lemah dan mengambil hak yang bukan miliknya. Khalifar Umar telah memberi
izin kepada saya untuk memperoleh hak saya di muka umum”.
MENUNTUT GUBERNUR
“Apakah kamu akan menuntut gubernur ?”, tanya
salah seorang yang hadir. “Ya, demi kebenaran akan saya tuntut dia”, jawabnya tegas. “Tetapi dia kan gubernur kita ?”. “Seandainya
yang menghina itu Amiirul Muminin, saya juga akan menuntutnya”.
“Ya saudara saudaraku, demi Allah, aku minta kalian yang mendengar dan melihat
kejadian itu agar berdiri”. Maka banyak yang pada berdiri. “Apakah kamu akan memukul gubernur ?”, tanya
mereka.
BERSIKUKUH
“Ya, demi Allah saya akan memukul dia sebanyak 40 kali”. “Tukar
saja dengan uang sebagai pengganti pukulan itu”. “Tidak, walaupun seluruh masjid ini
berisi perhiasan aku tidak akan melepaskan hak itu”, jawabnya. “Baiklah,
mungkin engkau lebih suka demi kebaikan nama gubernur kita, di antara kami mau
jadi penggantinya”, bujuk mereka. “Saya tidak suka pengganti”, “Kau
memang keras kepala, tidak mendengar dan tidak suka usulan kami sedikit pun”. “Demi
Allah, umat Islam tidak akan maju bila terus begini. Mereka membela pemimpinnya
yang salah dengan gigih karena khawatir akan dihukum”, ujarnya
seraya meninggalkan tempat.
GUBERNUR SIAP DIHUKUM
Kemudian Amr bin Ash menyuruh memanggilnya sambil berkata : “Ini rotan ambillah laksanakan hakmu !”, kemudian
gubernur Amr bin Ash membungkukkan badannya. “Apakah dengan kedudukanmu
sekarang, engkau merasa mampu menghindari hukuman ini ?”, tanya
lelaki. “Tidak, jalankan saja keinginanmu ”, jawab
gubernur.
MEMAAFKAN
Melihat sikap gubernur yang
sportif, diluar dugaan dia berkata : “Tidak sekarang aku memaafkanmu”, sambil memeluk gubernur Mesir dengan
mesranya sebagai tanda persaudaraan, sambil melempar rotannya.
DIBUNUH
Umar wafat pada tahun 23 Hijriah atau 644 Masehi. Saat salat
subuh, seorang asal Parsi Firuz menikamnya dan mengamuk di masjid dengan pisau
beracun. 6 orang lainnya tewas, Firus sendiri juga tewas.
KEUTAMAANNYA
Disamping dikenal kesederhanaannya, juga berani berijtihad, yakni melakukan hal hal yang tak dilakukan Rasul. Dalam pemerintahan membentuk departemen departemen. Menetapkan gaji buat pasukan. Memulai penanggalan Islam dengan
penanggalan Hijriah. Juga tetap melanjutkan
pengumpulan ayat Quran yang dirintis Abu Bakar, juga memerintahkan salat tarawih
berjamaah.
KISAH TAULADAN
KAUM MUSYRIKIN IKUT SUJUD KETIKA AYAT AL QURAN DIBACA
Setelah 100 orang Muslim hijrah ke Habasyah, Nabi Muhammad s.a.w. dan pengikutinya terus berdakwah di Makkah.
Suatu hari di bulan Ramadan Rasulullah s.a.w. pergi ke masjidil Haram, disitu sedang berkumpul para pembesar Quraisy.
Kemudian Rasulullah s.a.w. berdiri, sehingga para pembesar Quarisy terperanjat, mereka tak menduga Nabi Muhammad s.a.w. berani melakukannya. Kemudian Rasulullah s.a.w. membaca surat an Najm, baru kali ini kaum
musyrik mendengarkan ayat Alquran., bacaan yang indah, agung dan menawan.
Para pembesar Quraisy yang mendengarnya pada tertegun. Kepala mereka tertunduk. Keangkuhan mereka sirna
seketika. Dinding telinga mereka yang selama ini tertutup rapat, tiba tiba seolah olah terkuak lebar. Mereka hanyut dalam irama lantunan ayat
Alquran. Tanpa mereka sadari, Rasulullah s.a.w. sampai pada ayat terakhir.
Bunyi ayat membuat jiwa dan
hati mereka terkesima : "Maka bersujudlah kepada Allah dan sembahlah Dia". (Q.S. An
Najm (53) : 62). Setelah membaca ayat, Rasulullah s.a.w.
kemudian sujud, melihat hal itu mereka pun ikut bersujud.
Sesaat setelah sujud, mereka mulai sadar apa yang baru saja dilakukan, mereka tidak ingin ada orang yang mengetahui kejadian tadi.
Namun peristiwa itu dengan cepat menyebar ke seantero Makkah. Mereka pada dikecam teman temannya.
Untuk
menjaga gengsi dan mengalihkan perhatian, orang orang
musyrik memunculkan fitnah keji. Mereka mengatakan bahwa sujud yang dilakukan
saat itu adalah sujud kepada berhala. "Itulah al Gharaniq yang mulia, yang syafaatnya
selalu diminta", ujar mereka.
Itulah buah bila hati diliputi kesombongan (kibr / takabbur), sehingga
kebenaran tidak bia diterima, lantaran nafsu yang menutupi jiwanya.
Begitu jelek dan bahayanya sikap
kibr, karena kata Rasulullah s.a.w. tidak akan bisa masuk Syurga, Na’udzu
billaahi min dzaalik.