Selasa, 16 Februari 2016


TAUBATNYA PEMUDA PENGGALI KUBUR

“ Dan (juga) orang orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji ( zina, riba ) atau menganiaya diri sendiri mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah ?, dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu sedang mereka mengetahui “. ( Q.S. Ali Imran (3) : 135 )

Pada suatu hari Umar bin Khaththab r.a., menangis di depan pintu rumah Rasulullah s.a.w. Mendengar suara Umar bin Khaththab berada di luar, Rasulullah s.a.w segera keluar dan bertanya : “ Wahai Umar mengapa engkau menangis ? ”. Kemudian Umar menjawab : “ Wahai Rasulullah, bersamaku ada seorang pemuda yang telah membuat hatiku sedih dengan tangisnya ”.
Kemudian Rasulullah s.a.w memerintah Umar agar membawa masuk anak muda tersebut. Kemudian Umar bin Khaththab mengajak masuk pemuda yang datang bersamanya sambil keduanya tetap menangis.
Pemuda tersebut disuruh duduk di depan Rasulullah s.a.w dan Umar Ibnu Khaththab duduk di sebelahnya. Rasulullah s.a.w kemudian bertanya : “ Wahai pemuda mengapa engkau menangis ? ”.

MENGAKU PENUH KHAWATIR
Si pemuda menjawab sambil tetap menangis : “ Wahai Rasulullah dosaku sangat besar dan aku takut Allah memurkaiku…”. “ Apakah engkau telah menyekutukan Allah dengan sesuatu ? ”, tanya baginda s.a.w. “ Tidak ya Rasul ”, sahut pemuda sambil terus menangis penuh penyesalan.
“ Apakah engkau telah membunuh seseorang dengan alasan yang tidak benar ? ”, Rasulullah s.a.w. kembali bertanya. “ Tidak ya Rasul ”, sahut pemuda sambil terus menangis.
Kemudian Rasulullah s.a.w bersabda : “ Sungguh dosamu sebesar apa pun, Allah akan mengampuninya sekalipun sepenuh langit dan bumi ”.
“ Sungguh dosaku lebih besar dari itu ya Rasul ”, sahut pemuda.
“ Apakah besar dosamu melebihi Arasy ?, besar mana dengan Arasy ? ”, tanya baginda s.a.w lagi. “ Dosaku sangat besar ya Rasulullah ”.

RASULULLAH TERUS MENDESAK
“ Lalu besar mana dosamu dengan ke Agungan, Ampunan, dan Rahmat Allah ? ”, tanya Rasulullah s.a.w.
“ Tentu ke Agungan, Ampunan, dan Rahmat Allah lebih besar. Tetapi dosaku sangat besar ya Rasulullah ”, jawabnya sambil menangis terisak isak, tanda menyesal. Karena kurang memahami maksud si pemuda, akhirnya Rasulullah s.a.w mendesaknya : “ Coba katakan dosa apa yang telah engkau perbuat ? ”. “ Aku malu menyebutnya ya Rasulullah…” kata si pemuda.
Karena Rasulullah s.a.w terus mendesaknya, maka dengan perasaan malu dan takut, pemuda itupun menceritakan dosa yang dilakukannya.

TERUS TERANG
“ Wahai Rasulullah aku ini seorang penggali kubur sejak tujuh tahun lalu. Hingga meninggalnya puteri seorang sahabat Ansar. Melihat kecantikan dan kemontokan tubuhnya, nafsu birahiku memuncak. Setelah kuburan sepi, ku bongkar kuburnya dan kutelanjangi mayat gadis itu. Setelah ku cumbui, nafsu berahiku tak dapat kutahan, lalu kusetubuhi.

MAYAT BERKATA
Saya terkejut, tiba tiba mayat gadis itu berkata : “ Tidakkah engkau malu kepada Allah, pada hari Allah menghukum orang orang yang berbuat dzalim, sementara engkau menelanjangiku dan menyetubuhiku diantara orang orang yang telah mati. Engkau membuatku dalam keadaan junub di hadapan Allah ! ”.

RASULULLAH MARAH
Mendengar pengakuan dari si pemuda itu, Rasulullah s.a.w segera bangkit berdiri dan meninggalkannya, seraya berseru : “ Hai pemuda fasik, pergilah !, jangan engkau dekati aku, nerakalah tempatmu kelak ! ”.
Pemuda itu pun segera keluar meninggalkan rumah Rasulullah s.a.w sambil terus menangis. Dia berjalan dengan arah tak menentu keluar kampung. Sampailah dia di padang pasir yang luas lagi panas.

PENUH PENYESALAN
Tujuh hari lamanya ia tidak makan dan minum karena penyesalan dan kesedihan yang sangat mendalam hingga lemahlah keadaan tubuhnya tak kuasa lagi berjalan, kemudian jatuh tersungkur. Di atas pasir ia bersujud kepada Allah sambil berdoa memohon ampunan Nya dalam tangisnya : “ Ya Allah, aku adalah hamba Mu yang telah berbuat dosa besar. Sekarang aku datang ke pintu Mu, agar Engkau berkenan menjadi penolongku disisi kekasih Mu. Sungguh Engkau Maha Pemurah kepada hamba hamba Mu dan tiada tersisa harapanku kecuali kepada Mu. Ya Allah Tuhanku sudilah menerima kehadiranku, kalau tidak datangkanlah api Mu dari sisi Mu, dan bakarlah tubuhku dengan api Mu di dunia ini, daripada Kau bakar tubuhku di akhirat nanti ”.

MALAIKAT JIBRIL MENGINGATKAN
Setelah itu Malaikat Jibril a.s datang kepada Rasulullah s.a.w. Usai menyampaikan salam dari Allah, Jibril a.s berkata : “ Wahai Muhammad, Allah s.w.t bertanya kepadamu : “ Apakah engkau yang menciptakan makhluk ? ”. “ Bahkan Dialah yang menciptakan diriku dan mereka ”, jawab Rasulullah s.a.w. “ Apakah engkau memberi rizki kepada mereka ? ”, tanya Jibril a.s.
Rasulullah s.a.w menjawab : “ Bahkan Dia memberi rizki padaku dan mereka ”. “ Apakah engkau menerima taubat mereka ? ”, tanya Jibril.lagi.
“Bahkan Dia yang berhak menerima taubat dan mengampuni dosa dosa hamba Nya ”, ujar Rasulullah s.a.w.

ALLAH MENGAMPUNI
Jibril a.s lalu berkata : “ Allah berfirman kepadamu : “ Telah datang kepadamu seorang hamba Ku dan dia menerangkan satu dosa dari beberapa dosanya, maka kamu berpaling (marah) kepadanya dari dosanya, maka bagaimana keadaan orang orang mukmin kelak, apabila mereka datang dengan dosa yang banyak lagi besar ibarat gunung yang besar ?. Engkau adalah utusan Ku yang Aku utus sebagai rahmat untuk seluruh alam. Maka jadilah kamu orang yang sayang menyayangi pada semua orang yang beriman, menjadi penolong bagi orang orang yang telah berdosa dan memaafkan keterlanjuran dan kesalahan mereka (hamba Ku), karena sesungguhnya Aku telah mengampunkannya (menerima taubatnya) dan dosanya ”.

NABI MENGUTUS SAHABAT
Kemudian Rasulullah s.a.w. mengutus beberapa sahabat menemui pemuda tersebut, maka para sahabat menemui pemuda tersebut kemudian memberi
khabar gembira kepadanya dengan maaf dan ampunan Nya. Lalu mereka membawa pemuda tersebut untuk menjumpai Rasulullah s.a.w. yang . sedang sholat Maghrib, dan merekapun bermakmum di belakangnya.
Ketika Rasulullah s.a.w. membaca surah Al Fatihah yang dilanjutkan dengan surah At Takaatsur (Al Haakumuttakaatsur), sesampai baginda membaca ‘Hattaa Zurtumul Maqaabir’ (Kamu telah dilalaikan sehingga kamu masuk kubur).

WAFAT
Maka berteriaklah pemuda itu dengan keras sekali langsung jatuh. Ketika mereka selesai menunaikan sholat, para sahabat mendapati pemuda tersebut telah meninggal dunia. Mudah mudahan Allah Taala membelas kasihaninya. 

KISAH TAULADAN
RASULULLAH DAN PENGEMIS
Suatu ketika seorang pengemis kalangan Anshar datang meminta kepada Rasulullah s.a.w. kemudian beliau bertanya kepada pengemis tersebut : “ Apakah kamu mempunyai sesuatu dirumahmu ? ”.
Pengemis itu pun pulang mengambil satu satunya cangkir miliknya kemudian kembali pada Rasulullah s.a.w..
Kemudian Rasulullah s.a.w. menawarkan cangkir kepada para sahabat : “ Adakah di antara kalian yang ingin membeli cangkir ini ? ”, seorang sahabat menyahut : “ Saya beli dengan satu dirham ”.
Rasulullah s.a.w. menawarkannya kembali : “ Adakah di antara kalian yang ingin membayar lebih ? ”. Kemudian ada seorang sahabat yang sanggup membelinya dengan dua dirham.
Kemudian Rasulullah s.a.w. memberikan uang tersebut kepada si pengemis dan menyuruhnya menggunakan membeli makanan bagi keluarganya dan sisanya untuk membeli kapak.   
Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Carilah kayu sebanyak mungkin dan juallah !,  selama dua minggu aku tidak ingin melihatmu ”, sambil melepas kepergiannya, Rasulullah s.a.w. pun memberi uang untuk ongkos pulang.
Dua minggu kemudian pengemis datang menghadap Rasulullah s.a.w. dia membawa uang sepuluh dirham hasil penjualan kayu.
Kemudian Rasulullah s.a.w. menyuruhnya untuk membeli pakaian dan makanan untuk keluarganya seraya bersabda : “ Hal ini lebih baik bagi kamu, karena meminta minta hanya akan membuat noda di wajahmu di akhirat nanti. Tidak layak bagi seseorang meminta minta kecuali dalam tiga hal, fakir miskin yang benar benar tidak mempunyai sesuatu, utang yang tidak bisa terbayar, dan penyakit yang membuat seseorang tidak bisa berusaha ”.
Begitu bijaknya Rasulullah s.a.w. memberikan pendidikan, sehingga beliau tidak sekedar memberi ikannya, namun memberikan “ kail dan umpannya ” agar bisa berusaha dan bisa hidup mandiri, tidak meminta minta, yang akan membuatnya hina.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar