Minggu, 06 September 2015


DEMI MENEBUS KESALAHAN MINTA DIRAJAM

“ Dari Masruq dari Abdillah r.a. berkata bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda : " Tidak halal darah seorang muslim kecuali karena salah satu dari tiga hal  orang yang berzina, orang yang membunuh dan orang yang murtad dan keluar dari jamaah ". ( H.R. Bukhari, Muslim, At Tirmizy, An Nasai, Abu Daud, Ibnu Majah, Ahmad, Ad Darimy )

Begitu hebat melekat keimanan para sahabat berkat didikan Rasulullah s.a.w., sehingga mereka benar benar denga mantap mengamalkannya. Namun sebagai manusia biasa yang tak luput dari kekhilafan, ada juga seorang sahabat yang tergelincir ke dalam perbuatan dosa besar yakni zina.
Suatu saat Ma’iz bin Malik tergoda seorang wanita dan melakukan perbuatan terlarang ( zinah ), padahal dia telah menikah. Sebenarnya ketika peristiwa terjadi, tidak ada seorangpun yang mengetahuinya. Namun Ma’iz sangat menyesal, perasaan dosa selalu meliputinya.

BERTAUBATLAH
Suatu ketika ia datang kepada Umar bin Khaththab dan berkata : Orang yang jauh dari kebaikan ini (yakni dirinya sendiri) telah melakukan perbuatan nista (zina) , kemudian Ma’iz menceritakan peristiwa yang dialaminya di luar dugaan, Umar yang terkenal tegas berkata : Bertaubatlah kepada Allah, dan tutupilah rahasia itu, karena sesungguhnya Allah telah menutupinya. Bertaubatlah, sesungguhnya Allah selalu menerima taubat hamba Nya. Orang orang biasanya hanya bisa mencela, tetapi itu tidak mengubah apapun ( kecuali jika engkau bertaubat ) .            
Kemudian ia datang kepada Abu Bakar tetapi ia memperoleh jawaban yang sama dengan jawaban Umar. Kemudian Ma’iz menemui sahabatnya Huzal dan menceritakan permasalahannya, termasuk pertemuan dan nasehat yang diberikan oleh Umar dan Abu Bakar. Huzalpun menyarankannya untuk menemui Rasulullah s.a.w. 

MENEMUI RASULULLAH S.A.W.
Maka  Ma’iz segera mendatangi Rasulullah s.a.w. yang saat itu bersama beberapa sahabat lainnya. Setelah mengucap salam, ia berkata : Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya telah berzina .
Nabi s.a.w. memandangnya kemudian berpaling dari Ma’iz tanpa berkata apa apa. Ma’iz kembali berdiri di hadapan beliau dan mengulang ucapannya, tetapi sekali lagi beliau hanya menatapnya kemudian berpaling tanpa berkata apapun. 
Ketika peristiwa itu telah berulang sampai ke empat kalinya, Nabi s.a.w. bersabda kepada para sahabat lainnya : Apakah ia telah gila atau sinting?, atau kalian meragukan kesehatan akalnya? , Tidak, ya Rasulullah , kata para sahabat. 
Kemudian Nabi s.a.w. menghadapkan wajahnya ke Ma’iz dan bersabda : Benarkah engkau telah menyetubuhinya ? .

MENGAKU DENGAN TEGAS
Nabi s.a.w. masih menegaskan lagi penjelasannya tentang persetubuhan itu dengan mendetail, bahkan beliau membuat perumpamaan dengan pensil celak yang dimasukkan ke botol celak, seperti timba yang dimasukkan ke dalam sumur  dan Ma’iz tetap mengakui melakukannya. Beliau masih saja berkata menegaskan : Tahukah kamu apa zina itu ? , Ma’iz menjawab : Tahu, ya Rasulullah, aku menggaulinya seperti halnya kalau aku menggauli istriku .

MEMBERI KESEMPATAN MERENUNG
Beliau memang mendapat laporan tentang Ma’iz bin Malik dari Abu Bakar dan Umar, dan beliau setuju dengan nasehat yang diberikannya. Dengan pertanyaan tersebut beliau ingin “ mengulur waktu ” dan menemukan alasan  Ma’iz untuk kembali kepada saran yang diberikan Abu Bakar dan Umar. 
Sikap ini dilakukan karena beliau sayang Ma’iz yang beliau kenal kesalehannya ini.

MINTA KEPASTIAN
Sebaliknya pada Ma’iz sendiri, ketergelincirannya yang hanya sekali itu membuat dunianya gelap. Bukannya putus asa dari rahmat Allah, tetapi ia ingin kepastian bahwa dosanya tersebut benar benar telah diampuni oleh Allah.
Walau telah cukup alasan untuk menjatuhkan vonis “ rajam ”, tetapi beliau masih bersabda lagi kepada Ma’iz : Apa yang sebenarnya engkau inginkan dengan mengaku seperti ini ? . Ma’iz berkata : Saya ingin, engkau menyucikan dosa dosa saya, ya Rasulullah . Maka beliau bersabda : Rajam adalah kaffarah (penghapus dosa/kesalahan) dari apa yang telah engkau lakukan itu .

DIRAJAM
Beliau kemudian berpaling kepada sahabat lainnya dan bersabda, “ Bawalah dia ke lapangan mushalla ( lapangan untuk shalat id ) dan rajamlah di sana ! .
Tampak sekali wajah beliau diliputi kesedihan, dan beliau berpaling agar tidak melihat proses rajam terhadap Ma’iz tersebut. Kemudian mereka membawa Ma’iz ke tempat yang ditentukan dan merajamnya di sana.

MELARIKAN DIRI
Ketika merasakan kesakitan, Ma’iz sempat melarikan diri, tetapi para sahabat terus mengejar dan merajamnya hingga tewas.
Jenazah Ma’iz dibawa kepada Rasulullah s.a.w. di dalam masjid, kemudian beliau berdiri di mimbar dan berkhotbah : Wahai manusia, jauhilah perbuatan zina yang dilarang Allah ini, dan barang siapa yang terjerumus, hendaklah ia menutupinya !
Sambil memandang jenazah Ma’iz, beliau bersabda lagi : Tutupilah perbuatan jahat kalian dari aku, selama Allah masih menutupinya. Barang siapa yang terjerumus ke dalam kejahatan hendaklah ia menutupinya ( bertaubatlah ) ! .

LEBIH BAIK
Salah seorang sahabat menceritakan bahwa Ma’iz sempat melarikan diri karena kesakitan, tetapi mereka mengejarnya dan terus merajamnya hingga tewas. Beliau tampak agak marah dan penuh sesal, kemudian bersabda, “ Mengapa tidak kalian biarkan ia lari ? .
Nabi s.a.w. memandang kepada Huzal yang menyarankan Ma’iz membuat pengakuan kepada beliau dan bersabda :  Seandainya engkau menutupi ( yakni dosa Ma’iz dan menyarankan bertaubat seperti Umar dan Abu Bakar ), tentu itu lebih baik bagimu ! “.

MENGGUNJING
Tampak dua orang sahabat saling berbicara cukup pelan :  Lihatlah orang ini, Allah telah menutupi keburukannya, tetapi jiwanya tidak puas sehingga ia dirajam seperti anjing . Walau ucapannya pelan, tetapi Nabi s.a.w. mendengar apa yang mereka katakan. 
Beliau turun dari mimbar, dan berjalan keluar diikuti para sahabat lainnya. Ketika beliau menemukan bangkai keledai, beliau bersabda : Wahai Fulan dan Fulan , Kami disini, ya Rasulullah , kata dua orang sahabat yang tadi membicarakan Ma’iz. 
Kemarilah dan makanlah bangkai keledai ini ! , sabda beliau. Dua orang sahabat tersebut mendekat kepada Nabi s.a.w. sambil gemetar ketakutan, dan berkata : Semoga Allah mengampuni kesalahan engkau, ya Rasulullah, siapakah orang yang mau makan bangkai seperti ini ? .

DI SYURGA
Nabi s.a.w. bersabda : Ketahuilah, sesungguhnya menyinggung kehormatan saudara kalian tadi ( yakni mengghibah Ma’iz yang telah wafat ), jauh lebih buruk dari pada memakan bangkai seperti ini. Demi Allah, sungguh ia sedang berenang di sungai sungai di syurga .



KISAH TAULADAN
            JIN BERDAKWAH PADA RAFI BIN UMAIR AT TAMIMI R.A.
           
Rafi bin Umair at Tamimi adalah sahabat dari kabilah Bani Tamim. Kisah keislamannya termasuk unik, karena berawal dari sebuah mimpi. 
Suatu ketika dalam  melakukan perjalanan, ketika di lembah Ramal ‘Alij, ia mengantuk dan tidur sambil berdoa : Aku berlindung kepada penunggu penguasa lembah ini dari gangguan jin .
Dalam tidurnya bermimpi melihat laki laki membawa tombak akan ditusukkan ke untanya. Dia kaget dan terbangun, dilihatnya untanya keadaannya baik baik saja. Kemudian meneruskan tidurnya. Kemudian bermimpi lagi seperti semula, ia tersentak bangun. Kali ini  untanya berontak, dan seorang lelaki membawa tombak seperti yang terlihat pada mimpinya sedang berusaha menyerang untanya, tetapi seorang lelaki tua berusaha menghalangi niatnya.            
Tiba tiba datang tiga ekor banteng (sapi liar) menghampiri. Orang tua  berkata : Ambillah salah satu banteng sebagai pengganti unta yang kau inginkan, sesungguhnya dia dalam perlindunganku .
Lelaki bertombak memilih banteng kemudian pergi dan berkata kepada Rafi :  “ Hai manusia, jika engkau beristirahat di suatu lembah, dan merasa ngeri, maka katakanlah :  “ Aku berlindung kepada Tuhannya Muhammad dari seramnya lembah ini . Janganlah engkau meminta perlindungan kepada jin atau siapapun dari penghuni lembah itu, sesungguhnya hal itu adalah perkara yang bathil .
Rafi berkata, “ Siapakah Muhammad itu . Orang tua berkata : Dia adalah seorang Nabi berbangsa Arab, dia bukan dari timur ( Persia ) dan bukan dari barat ( Romawi ), dan diutus sebagai Rasul pada hari senin . Dimana tempat tinggalnya ? . Tanya Rafi,   Di kota Yatsrib, yang banyak pohon kurmanya . Kata lelaki tua. Rafi membatalkan tujuan perjalanannya, kemudian menuju Yatsrib yang namanya telah berubah menjadi Madinah.
Setiba di Madinah, dia menjumpai Nabi s.a.w. yang sedang berada di masjid melihat kedatangannya, Nabi s.a.w. menyambutnya dengan gembira. Sebelum sempat menceritakan pengalamannya, beliau terlebih dahulu menceritakan apa yang dialaminya, dan menyatakan kalau dua orang yang dilihatnya itu adalah bangsa jin. Lelaki tua yang melindunginya adalah jin yang telah memeluk Islam. Nabi s.a.w. menceritakan risalah Islam, dan menyeru Rafi untuk mengikutinya, tanpa banyak pertimbangan lagi ia memenuhi ajakan beliau  memeluk Islam. Sungguh keislamannya merupakan berkah dari dakwah tidak langsung dari jin penghuni lembah Ramal ‘Alij.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar