Selasa, 15 September 2015




            MENCINTAI ALLAH LEBIH DARI SEGALANYA

Katakanlah: "Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA". dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik “. ( Q.S. At Taubah 24)
           
Manusia memiliki fitrah mencintai dunia, harta, sawah ladang, wanita, anak dsb, karena Allah memang  telah menetapkannya, sesuai dengan sifat-Nya yang Maha Kasih dan Pemurah.
“ Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik (surga) . ( Q.S. Ali Imron 14 )
Mencintai dunia pertanda normal adanya, tanpa menyenangi dunia dan isinya hidup tak akan sempurna, karena tidak akan bisa memenuhi hajat hidupnya. Berkat Kebesaran dan Kemurahan-Nya dunia diciptakan untuk kepentingan hajat manusia semata. 
 “ Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikanNya tujuh langit. dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu ". ( Q.S. Al Baqarah 29 )

KEHIDUPAN PERLU DINIKMATI
Pada surat Ali Imran ayat 14 tersebut di akhiri dengan kalimat: Itulah kesenangan hidup didunia dan disisi Allah tempat kembali yang baik. Ciptaan dan pemberian Allah perlu dinikmati, perlu disyukuri  karena Allah menciptakannya memang untuk manusia, untuk kepentingan hajat manusia. Perlu diingat bahwa walau kehidupan dunia perlu dikejar dan dinikmati, namun perlu disadari bahwa kehidupan dunia hanya bersifat sementara tidak abadi, nanti akan ada kehidupan yang lebih kekal dan hakiki, kehidupan setelah dibangkitkan dari mati.

JANGAN TERKECOH
Dalam menggapai kesejahteraan hidup dunia jangan sampai terkecoh dan terlena, hidup didunia merupakan batu loncatan guna mencapai kehidupan akhirat yang kekal dan abadi, kehidupan didunia tak akan bisa diulang lagi, jika hari kebangkitan sudah terjadi. Menyesali diri sudah tidak berguna lagi, apalagi ingin memperbaiki kekurangan diri dengan hidup kembali kedunia ini, untuk merefisi sudah tidak mungkin lagi.
Untuk itu dalam menikmati kehidupan dunia, harus selalu berada dalam aturan yang telah diajarkan oleh agama, diantaranya Utamakan mencintai Allah semata. Boleh mencintai wanita, anak, harta, ternak, perhiasan dan sebagainya. 
Namun batasi kecintaannya, jangan sampai melebihi kecintaan pada Allah yang Menciptakannya. Utamakan dan nomor satukan mencintai Allah, sebab bila tidak kehidupan akan menjadi berantakan : Penuh penderitaan,penyesalan dan kekecewaan.

MENCINTAI HARTA
Harta memang perlu dimiliki dan didapatkan, karena dengan memiliki harta kehidupan akan menjadi lebih mudah, dengan memiliki kendaraan : Perjalanan akan mudah dan cepat sampai tujuan, bayangkan bagi yang tak memiliki kendaraan, akan terasa capek, panas, lama dan kelelahan.
Dengan memiliki telephon atau handphone : akan mempermudah komunikasi tak perlu membuang energi, waktu dan biaya lebih, jarak menjadi semakin dekat terlampaui.
Dengan memiliki TV : dapat mengetahui hal-hal yang terjadi tanpa susah kesana kemari, dapat menikmati hiburan yang disenangi, bisa mendapatkan informasi keagamaan pada acara kuliah subuh dipagi hari.
Rumah yang baik merupakan idaman semua orang, akan terasa sejuk nyaman dan aman, betapa tidak dengan memiliki kediaman, bisa berteduh dan istirahat dengan tenang terlindung dari kepanasan.
Bayangkan dengan yang tak punya kediaman, apalagi rumah masih berstatus kontrakan, tiap menjelang akhir bulan, hati selalu berdebar karena ingat uang sewaan, selalu berangan-angan kapan dapat mengumpulkan uang, agar dapat punya rumah idaman, agar tak selalu kepikiran.
Harta memang perlu dicari sebagai pelengkap hidup bukan tujuan, kaya memang perlu, namun dalam mencari jangan lupa daratan, ukuran kaya memang sulit diukur karena tidak ada patokan dan ukuran, semuanya akan jelas bila kembali pada tuntunan. 
Maka bersyukurlah bagi yang memiliki rasa syukur terhadap karunia Allah, ukuran kaya bukan pada nilai nominalnya namun pada posisi jiwa dalam menyikapinyaNabi S.A.W. bersabda :
“ Bukan dikatakan kaya itu orang kaya harta benda tetapi yang dikatakan kaya ialah orang yang kaya jiwanya (tenteram) ”. ( H.R. Bukhari dan Muslim )
Begitu tandas dan jelas Nabi menyampaikan parameter kaya, ternyata bukan terpancang pada deretan jumlah harta dan angka, namun justru pada posisi jiwa dalam menyikapinya, jiwa yang pandai bersukur terhadap karuniaNya akan merasa puas dan lega, sehingga jiwa akan terasa tenang dibuatnya, terasa nikmat dan bahagia.

SIKAPI HARTA DENGAN WASPADA
Apapun yang dimiliki bersifat tidak kekal : Bisa rusak, bisa hilang, bisa disita, bisa dirampok, bisa terbakar, bisa sakit, bisa mati. Oleh karena itu perlu disadari semua keadaan ini, sehingga apabila terjadi hal yang tak diingini, tidak akan menyesal dikemudian hari !!!.
Penulis punya kenalan, suatu ketika ia pergi kekantor kelurahan, betapa kagetnya ketika pulang, melihat rumah beserta tokonya ludes habis karena kebakaran, penyebabnya bensin yang ia jual eceran. Ia sempat shock dan kaget gemetaran, betapa tidak harta yang dikumpulkannya bertahun-tahun guna membangun rumah dan toko beserta isinya lenyap total dalam sekejap hitungan. Namun berkat kecintaan dan ridlonya pada ketentuan Allah yang sedang mengujinya, ia sadar dan berkata : “ Alhamdulillah saya sekeluarga masih selamat, harta adalah titipan Yang Maha Kuasa “

TEGAR
Dengan didasari sikap sabar dan tabah, begitu tegar ia menghadapi musibah yang datang dengan tiba-tiba, ia sangat beruntung memiliki keimanan dan kecintaan pada Allah sang Pencipta yang telah mengujinya, sehingga jiwanya tidak terguncang menjadi stress atau gila. Bayangkan bila ia tidak mengutamakan cinta pada Allah sang  Pencipta, pasti akan terus menyesal dan kecewa berat dibuatnya. Sehingga berakibat terguncang jiwanya, akibat mengalami depresi yang sangat berat karena tak tahan menyangganya. Itulah harta yang merupakan titipan bersifat tidak kekal, yang kekal hanya Allah Yang Maha Kuasa.

MENCINTAI ISTERI
Kehadiran isteri sangat diperlukan, karena dengan keberadaan isteri hidup menjadi lengkap dan tenang, betapa tidak seorang suami yang didampingi isteri akan terasa romantis, asyik dan nyaman. Ibarat bermain sepak bola suami sebagai penyerang, isteri sebagai penjaga gawang, ibarat kapal suami sebagai kapten isteri sebagai nahkoda. Betapa lengkap hidup ini, bila sudah didampingi sang istri. Namun perlu disadari bahwa istri adalah makhluk ciptaan Allah juga yang bersifat tidak kekal dan abadi, pada saatnya nanti bisa sakit dan bisa juga meninggal alias mati, suatu saat bila si istri dipanggil Yang Maha Memiliki….?!, maka harus siap menyikapi. Jangan terlampau larut dalam sedih, segera sadari dan batasi, kembalikan pada kecintaan kepada yang Maha Memiliki, kita hanya dititipi, dipinjami istri. Bila tidak segera disadari sangat berbahaya sekali. Boleh menangis namun Jangan melampaui. Nabi s.a.w. sendiri juga menangis ketika beliau sedih, menangis pertanda memiliki kelembutan hati, bukan menangis karena menyesali, toh istri tetap dialam kubur dan tak akan bisa hidup kembali !!!.
Ada seorang Jamaah yang sudah lama tak berjumpa, namun alangkah kagetnya ketika bersua keadaannya jauh berbeda, badannya sudah tidak setegap dan segagah seperti dulu kala. Ternyata ia berkisah bahwa istrinya telah wafat tiga tahun lamanya, ia berjanji tidak akan menikah saking sayangnya pada almarhumah, karena istrinya sangat baik menurutnya. 

SHOK DAN LUMPUH
Namun apa yang terjadi selanjutnya, kami menjumpai sudah tidak bisa bangun lagi, berjalan perlu dibantu dan disandingi, makanpun disuapi. Sehingga anaknya perlu diatur untuk dijadwal bergilir mendampingi. Ini akibat bila terlampau mencintai istri. Mestinya ia harus sadar dan bangkit kembali jangan larut dalam sedih, alam sang istri lain dengan sang suami. Ia hanya butuh kiriman doa sang suami.
Ini akibat bila terlampau mencintai istri, mestinya hanya Allah yang harus lebih dicintai, Allah Yang Maha Kekal yang Abadi, yang telah Mencipta dan menitipkan istri, mestinya ia harus ridlo pada takdir yang telah ditetapkan sang Ilahi Rabbi.

MENCINTAI ALLAH SEPENUHNYA
Maka dalam meniti hidup jangan lupa pada prinsip ini, prinsip mengutamakan mencintai Allah, Dzat Yang Maha Mencipta, Yang Memelihara, Yang Memiliki dan Menguasai. Insya Allah jika berpegang pada prinsip ini, hidup akan tenang dan bahagia, tak akan bimbang dan guncang dalam menghadapi kehidupan, hidupnya akan selalu optimis dan tegar tanpa rasa ragu dan bimbang, karena ia yakin dan faham atas misteri kehidupan, yang telah ditentukan oleh Dzat yang Maha Bijak yakni Allah yang menjadi kecintaan.

                                                                             
                                KISAH TAULADAN
                    PERDAGANGAN MENGUNTUNGKAN

Diriwayatkan dari Tsabit bin al-Bunani dari Anas bahwasannya seorang lelaki berkata :  “ Wahai Rasulullah, Fulan mengakui kurma sebagai miliknya, padahal pohon itu ada dalam kebun saya.” Kemudian Rasulullah s.a.w. memerintahkan agar dia memberikan pohon itu kepadanya. Nabi bersabda s.a.w. : “ Berikan kepadanya, kamu akan mendapatkan ganti pohon kurma di Surga.” Sayang sekali, lelaki itu tidak mau mengikuti saran Nabi.
Tiba-tiba Abu Dahdah datang dia berkata : “ Juallah pohon kurmamu kepadaku, aku tukar dengan kebunku.”  Dia menyetujuinya. Lalu Abu Dahdah menemui Nabi s.a.w. dan berkata : “ wahai Rasulullah, aku telah membeli pohon kurma itu, aku bayar dengan kebunku. Sekarang pohon kurma itu aku berikan kepadamu. “ Rasulullah bersabda : ” Alangkah banyaknya tandan kurma yang harum baunya milik Abu Dahdah di Surga kelak.” Rasulullah s.a.w. mengucapkan kata-kata tersebut berulang kali.
Abu Dahdah kemudian menemui isterinya, dia berkata : “ Wahai Ummu Dahdah infakkan hartaku, aku telah membelinya dengan pohon kurma di Surga.” Isterinya menjawab : ” Alangkah beruntungnya jual beli ( perniagaan ) itu ”  Abu dahdah dan isterinya begitu faham makna memiliki harta, sehingga dimanfaatkan untuk kemuliaan akherat, demi cintanya pada Allah.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar