DENGAN BeRSYUKUR TERASA NIKMAT !
“ Dan (ingatlah juga) tatkala Tuhanmu memaklumkan :
" Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat)
kepadamu dan jika kamu mengingkari (nikmat Ku), maka sesungguhnya azab Ku
sangat pedih ". ( Q.S. Ibrahim 7 )
Menginjak pergantian
tahun banyak yang pada mengatur strategi usahanya agar kehidupan di masa depan
lebih baik, lebih sejahtera dari tahun sebelumnya. Namun di sisi lain sayang
banyak yang pada lupa karunia Tuhan Nya.
Maka
dari sini pentingnya bagaiman mengatur jiwa, agar jiwa bisa merasa tenang,
tentram dan bahagia. Bukankhah harta tidak mutlak bisa membuat jiwa bahagia ?.
Yang jelas jiwa akan merasa nikmat dan bahagia hanya bila pandai mensyukuri
karunia Nya.
Sebagai
perbandingan agar bisa membantu menyemangati jiwa agar pandai mensyukuri Nya,
kami tampilkan sebuah kisah seorang hamba walau tidak sempurna penampilan
fisiknya, namun didalam tubuhnya terdapat
jiwanya yang segar dan sehat, sehingga hidup bisa dijalani dengan tabah,
semangat, jauh dari kekecewaan apalagi kesusahan, karena tingginya rasa syukur
kepada Tuhan Nya.
TERSESAT
Abu Ibrahim bercerita : " Suatu ketika aku dalam
perjalanan di padang pasir kemudian tersesat, kemudian kutemukan sebuah kemah tua di dalamnya ada seorang tua duduk di atas tanah, kedua tangannya buntung,
matanya buta, hidup sebatang kara pula. Namun yang kukagumi dari
bibirnya selalu mengucapkan : “ Segala puji bagi Allah
yg melebihkanku di atas banyak manusia, segala
puji bagi Allah yg melebihkanku di atas banyak manusia “
Kemudian aku mendekatinya, rupanya dia merasakan kehadiranku lalu bertanya : “ Siapa? Siapa ? ”. “ Assalaamu’alaikum aku seorang yang tersesat ”, jawabku “ Anda siapa, mengapa kau tinggal seorang diri di tempat ini ?, di mana isterimu, anakmu, dan kerabatmu ? “, tanyaku. “ Aku sakit semua orang meninggalkanku, dan keluargaku telah
meninggal “, jawabnya.
SELALU MEMUJI
“ Namun kudengar kau mengucapkan
kalimat : “ Segala
puji bagi Allah yg melebihkanku di atas banyak manusia ! “. “ Demi Allah, apa kelebihan yang
diberikan Nya kepadamu, sedangkan engkau buta, faqir, buntung kedua tangan
dan sebatang kara ? ”. ucapku.
“ Aku akan menceritakannya kepadamu tapi aku
punya satu permintaan, maukah kamu mengabulkannya ? ” pintanya. “ Jawab dulu pertanyaanku, baru aku akan mengabulkan
permintaanmu ”, kataku.
DIKARUNIAI AKAL SEHAT
Kemudian dia menjawab : “ Engkau telah melihat sendiri betapa banyak cobaan Allah
atasku, akan tetapi segala puji bagi Allah yang melebihkanku di atas banyak
manusia, bukankah Allah memberiku akal sehat, yang dengannya aku bisa
memahami dan berfikir ? “.
“ Betul ”, jawabku, lalu katanya : “ Berapa banyak orang yang gila ? ”. “ Banyak juga ”, jawabku. “ Maka
segala puji bagi Allah yang melebihkanku di atas banyak manusia ”, jawabnya.
DIKARUNIAI PENDENGARAN
“ Bukankah Allah memberiku pendengaran, yang dengannya aku
bisa mendengar adzan, memahami ucapan, dan mengetahui apa yang terjadi di
sekelilingku ? ”, tanyanya. “ Iya benar ”, jawabku. “ Maka segala puji bagi Allah yang melebihkanku di atas
orang banyak tersebut ”., sahutnya. “ Bukankah banyak orang yang tuli tak bisa mendengar ? ”, katanya. “ Banyak juga ”, jawabku. “ Maka
segala puji bagi Allah yg melebihkanku di atas orang banyak tersebut ”, katanya pula.
DIKARUNIAI LISAN
“ Bukankah Allah memberiku lisan yg dengannya aku bisa
berdzikir dan menjelaskan keinginanku ? ”, tanyanya. “ Iya benar ”, jawabku. “ Lantas berapa banyak orang yg bisu
tidak bisa bicara ? ”, tanyanya. “ Wah banyak ”, jawabku. “ Maka segala puji bagi Allah yg melebihkanku di atas orang
banyak tersebut ”, jawabnya. “ Bukankah Allah telah menjadikanku seorang muslim yang
menyembah Nya mengharap pahala dari Nya dan
bersabar atas musibahku ? ”, tanyanya. “ Iya benar ”,jawabku.
RUGI DUNIA AKHERAT
Kemudian dia berkata : “ Padahal berapa banyak orang yg menyembah berhala, salib,
dan sebagainya dan mereka juga sakit ? mereka rugi di dunia dan akhirat ”. “ Banyak sekali.” Jawabku. “ Maka
segala puji bagi Allah yang melebihkanku di atas orang banyak tersebut ”, katanya.
Pak tua terus menyebut kenikmatan Allah atas dirinya satu persatu dan aku semakin takjub dengan kekuatan imannya. dia begitu mantap keyakinannya dan begitu rela terhadap pemberian
Allah.
Betapa banyak orang sakit selain beliau, yg musibahnya
tidak sampai separah beliau tapi bila dibandingkan dengan tua orang ini, maka mereka masih bukan apa
apa, namun mereka pada mengeluh, kecewa dan menangis sejadi jadinya, karena mereka tidak sabar dan tipis keimanannya.
MINTA TOLONG
Aku pun merenung mawas diri makin dalam,hingga akhirnya khayalanku terputus saat pak tua berkata : “ Bolehkah kusebutkan permintaanku sekarang, maukah
kamu mengabulkannya ? ”, “ Ya.. apa permintaanmu ? ”, kataku.
Maka dia menundukkan kepalanya sejenak seraya menahan tangis, dia berkata : “ Tidak ada lagi yang tersisa dari keluargaku melainkan seorang
bocah berumur 14 tahun dialah yang memberiku makan dan minum, serta mewudhukan
aku dan mengurus segala keperluanku, sejak tadi malam dia keluar mencari makanan untukku dan belum kembali. Aku
tak tahu apakah dia masih hidup atau tidak, dan kamu tahu sendiri keadaanku yang tua renta dan buta,
yang tidak bisa mencarinya “
MEMBANTU MENCARI
Maka kutanya ciri ciri anak tersebut dan berjanji mencarikannya, aku pun meninggalkannya. Namun tatkala aku berjalan dan bertanya tanya kepada orang sekitar, nampaklah di atas
bukit sekawanan burung gagak mengerumuni sesuatu, maka terbetik di benakku bahwa burung
tersebut tidaklah berkerumun kecuali pada bangkai atau sisa makanan.
Aku pun mendaki bukit dan mendatangi kawanan gagak tadi hingga
mereka berhamburan terbang. Ketika dekat, ternyata si bocah telah tewas dengan badan terpotong potong rupanya serigala telah menerkam dan memakannya, lalu meninggalkan sisanya untuk burung burung.
Aku berjalan menujuk kemah pak Tua aku bingung harus mengatakan apa dan mulai
dari mana?. Pak Tua kemudian bertanya : “ Di mana si bocah ? ”. Namun kataku sambil membesarkan hatinya : “ Jawablah lebih dahulu siapakah yang lebih dicintai Allah, engkau
atau Nabi Ayyub a.s.? ”. “ Tentu Ayyub a.s. lebih dicintai Allah ”, jawabnya.
“ Kemudian siapakah di antara kalian yg lebih berat ujiannya ? ”, tanyaku. “ Tentu Ayyub ”. jawabnya dengan tegas.
MENINGGAL
“ Kalau begitu berharaplah pahala kepada Allah karena aku mendapati anakmu telah tewas di lereng gunun dia
diterkam oleh serigala dan dikoyak koyak tubuhnya ”, jawabku. Maka pak Tua pun tersedak sedak
seraya berkata : “ Laa ilaaha illallaaah ” dan aku berusaha meringankan musibahnya dan
menyabarkannya, namun sedakannya semakin keras hingga aku mulai menalqinkan
kalimat syahadat kepadanya hingga akhirnya ia meninggal dunia.
Dia wafat
di hadapanku, lalu kututupi jasadnya dengan selimut yg ada di bawahnya, lalu aku
keluar untuk mencari orang yang membantuku mengurus jenazahnya.
Maka
kudapati tiga orang yg mengendarai unta mereka nampaknya para musafir, maka
kupanggil dan aku berkata : “ Maukah kalian menerima pahala disini ada
seorang muslim yang wafat dan dia tidak punya siapa siapa yg
mengurusinya, maukah kalian menolongku memandikan, mengafani dan menguburkannya ? ”. “ Iya ”, jawabnya.
Mereka pun masuk ke dalam kemah menghampiri mayat pak tua untuk
memindahkannya namun ketika mereka menyingkap wajahnya, mereka saling berteriak : “ Abu Qilabah, Abu
Qilabah ”.
SEORANG ULAMA ABI QILABAH
Ternyata Abu Qilabah adalah salah seorang ulamanya, namun karena waktu silih berganti dia dirundung berbagai musibah hingga
menyendiri dari masyarakat dalam sebuah kemah lusuh. Kami pun
menunaikan kewajiban atasnya dan
menguburkannya, kemudian aku kembali bersama mereka ke Madinah.
MIMPI
Malamnya aku bermimpi melihat Abu Qilabah
dengan penampilan indah dia mengenakan gamis putih dengan badan yang sempurna berjalan jalan di tanah hijau maka aku bertanya kepadanya : “ Hai Abu Qilabah apa yg menjadikanmu seperti yang kulihat
ini ? ”. Jawabnya : “ Allah telah memasukkanku ke dalam Jannah dan dikatakan
kepadaku di dalamnya : “ Salam sejahtera atasmu sebagai balasan atas kesabaranmu maka
(inilah syurga) sebaik baik
tempat kembali “. ( H.R.
Imam Ibnu Hibban ) dalam kitabnya Ats Tsiqaat.
Ternyata betapa nikmat yang memahami hakekat hidup
sebenarnya, sehingga kekurangan yang dialami tak membebaninya, lantaran
tertutupi rasa syukurnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar