RAJA HABASYAH MELINDUNGI MUHAJIRIN
“ .........Maka orang orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku hapuskan kesalahan kesalahan mereka dan pastilah aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah ......”. ( Q.S. Ali Imran 195 )
Dari keturunan bani Abdi Manaf, ada lima orang yang mirip sekali dengan Rasulullah. Diantaranya Ja’far bin Abdul Muthalib, saudara Ali bin Abi Thalib. Ja’far bin Abi Thalib memeluk Islam bersama istrinya Asma’ binti Umais sejak pertama Rasulullah diutus. Keduanya memeluk Islam lewat perantara Abu Bakar as Shiddiq sebelum Rasulullah masuk ke Darul Arqam.
HIJRAH
Karena
gangguan kaum quraisy, Ja’far bin Abi Thalib serta istrinya minta izin kepada
Rasulullah hijrah ke Habasyah bersama beberapa sahabat, Rasulpun mengizinkan. Rombongan pertama di bawah pimpinan
Ja’far bin Abi Thalib r.a.
KAUM
QURAISY MENGIRIM UTUSAN
Ketika
kaum Quraisy mengetahui keadaan tersebut mereka mengirim dua juru runding ke
raja Najasyi yakni : Amr bin Ash dan Abdullah bin Abi Rabi’ah. Keduanya membawa
hadiah dari negeri Hijaz untuk raja Najasyi dan pendetanya. Mereka dipesan agar
keduanya memberikan hadiah kepada semua pendeta, sebelum mereka berbicara
dengan raja Najasyi mengenai kaum muslimin.
MEMBAGI
HADIAH PADA PARA PENDETA
Sesampainya
di Habasyah keduanya langsung membagikan hadiah kepada para pendeta dan
berpesan : “ Ada beberapa orang kaumku yang bodoh tinggal di negeri raja.
Mereka keluar dari agama nenek moyangnya dan memecah belah persatuan negeri
kami. Jika nanti kami merundingkan masalah ini dengan raja, maka bantulah kami
mendesaknya agar menyerahkan kaum kami tanpa bertanya tentang agama mereka.
Karena tokoh mereka lebih mengetahui agama mereka dan lebih mengetahui
keyakinan mereka ”. Para pendeta menjetujuinya.
UTUSAN
MENGHADAP RAJA
Kemudian
kedua utusan menghadap raja Najasyi dan memberikan hadiah. Raja sangat senang
dan kagum. Kemudian kedua utusan berkata : “ Wahai Raja, ada beberapa orang
jahat dari kaum kami berlindung ke
negerimu. Mereka membawa agama yang tidak kami kenal dan kalianpun tidak
mengenalnya. Mereka meninggalkan agama kami dan tidak masuk ke dalam agamamu.
Kami diutus agar engkau mengembalikan mereka pada kami. Mereka adalah manusia
yang paling pandai melakukan fitnah “. Para pendeta berkata : “ Keduanya benar,
tokoh mereka lebih mengetahui tentang mereka. Kembalikan orang tersebut ke
negerinya, biarkan pemuka mereka mengambil tindakan ”.
RAJA
MURKA
Raja
marah dengan perkataan pendetanya dan berkata : “ Demi Allah, aku tidak akan
menyerahkan mereka sebelum aku memanggilnya. Aku akan bertanya tentang yang
kalian sampaikan. Jika mereka seperti yang dikatakan kedua utusan, aku akan
menyerahkan mereka. Tetapi jika tidak aku tetap melindunginya dan berbuat baik dengannya jika mereka mau tinggal disini ”.
DIPANGGIL
RAJA
Kemudian dengan didampingi para
pendetanya, raja memanggil rombongan Ja’far Kemudian
rombongan Ja’far menghadap raja sambil mengucapkan salam tanpa sujud, pengawal
raja bertanya : “ Mengapa kalian tidak sujud ? “. Ja’far menjawab : “ Sesungguhnya kami tidak
sujud kepada siapun kecuali hanya kepada Allah “.
Kemudian
Raja Najasyi bertanya : “ Apa agama yang kalian sering bincangkan hingga kalian
berpisah dengan kaum kalian. Kalian juga tidak memeluk agamaku dan juga tidak
memeluk agama manapun ”.
JA’FAR
BIN ABI THALIB TAMPIL
Ja’far bin Abi Thalib berkata : “ Wahai raja, dulu kami adalah kaum jahili
yah
(bodoh). Kami menyembah berhala dan makan bangkai, kami melakukan perbuatan
keji dan memutuskan tali persudaraan dan kami berbuat jahat dengan tetangga.
Orang orang yang kuat di antara kami menindas yang lemah. Kami terus menerus
dalam kondisi seperti itu hingga Allah mengutus seorang Rasul dari kalangan
kami. Kami mengetahui nasabnya, kejujurannya, amanatnya, dan kehati hatiannya
dalam menjaga diri. Rasul tersebut menyeru kami menyembah Allah saja dan tidak
menyekutukan dengan siapapun. Dia juga memerintahkan kami meninggalkan
sesembahan yang dulu kami sembah selain Dia baik itu berupa patung maupun
berhala dari batu ”.
MEMAPARKAN
DENGAN GAMBLANG
“
Rasulullah memerintahkan kami berkata jujur, menunaikan amanat, menyambung tali
silaturrahim dan bertetangga dengan baik, dia menyuruh kami menghindari hal hal
haram dan pertumpahan darah. Rasulullah juga melarang dari perbuatan keji,
dusta, memakan harta anak yatim, dan menuduh wanita baik baik berzina, Rasulullah
memerintah kami untuk meng Esakan Allah, menegakkan shalat, membayar zakat, dan
berpuasa di bulan Ramadlan. Kami membenarkannya dan beriman dengannya. Kami
mengikuti semua yang turun dari Allah. Kami menghalalkan yang Allah halalkan
dan mengharamkan yang Allah haramkan untuk kami ”.
MINTA
PERLINDUNGAN
“
Wahai Raja, sedangkan kaum kami memusuhi kami menyiksa kami dengan siksaan yang
sangat pedih agar kami keluar dari agama kami agar kami kembali menyembah patung. Ketika mereka
terus mendzalimi, memaksa, menyudutkan, dan menghalang dari agama kami,
akhirnya kami pergi ke negerimu. Kami lebih menyukaimu, kami lebih senang hidup
berdampingan denganmu, dengan harapan agar engkau tidak berbuat dzalim pada
kami ”.
RAJA
BERTANYA
Kemudian
Raja Najasyi bertanya : “ Apakah engkau membawa sesuatu yang dibawa Nabimu ? ”,
Ja’far menjawab : “ ya “, raja Najasyi berkata : “ Bacakanlah padaku ! ”.
Kemudian Ja’far bin Abi Thalib membaca : “ Kaaf Haa Yaa ‘Ain Shaad.(yang
dibacakan Ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada hamba Nya
Zakaria, yaitu tatkala dia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut “. (
Q.S. Maryam 1-3 ). Ja’far membaca hingga selesai.
RAJA
DAN PENDETA MENANGIS TERHARU
Mendengar ayat tersebut raja Najasyi
menangis hingga air matanya mem
basahi jenggotnya. Para
pendetapun turut menangis. Kemudian raja
berkata : “ Inilah yang dibawa Nabi kalian dan Nabi Isa
dari satu cahaya ”. Kemudian raja menoleh ke Amr bin Ash dan Abdullah bin Abi
Rabi’ah sambil berkata : “ Pergilah demi Allah, selamanya kami tidak akan
menyerahkan mereka kepadamu ! ”.
MENGANCAM
Karena
tidak puas, kedua utusan bermaksud menghadap raja untuk menfitnah kaum Muslimin
agar Raja membenci dan mengusirnya, namun raja tidak begitu saja percaya
sehingga memanggil kembali kaum Muslimin.
MENJELASKAN
AJARAN ISLAM
Raja
bertanya : “ Apa yang kalian ketahui tentang Isa bin Maryam? ”, Ja’far menjawab
: “ Kami mengatakan sesuai dengan yang dikatakan Nabi kami ”. Raja Najasyi
bertanya : “ Apa yang dikatakan Nabi kalian ? ”. Ja’far menjawab : “ Nabi kami
mengatakan Isa adalah hamba Allah dan Rasul Nya. Isa adalah kalimat Nya yang Dia
titipkan dalam janin Maryam, wanita yang suci dan masih gadis ”.
RAJA
PUAS
Ketika
raja mendengar jawaban Ja’far, dia memukulkan tangannya ke atas tanah seraya
berkata : “ Demi Allah, tidaklah Isa bin Maryam keluar seujung rambutpun dari
yang kalian sampaikan dari Nabi kalian ”. Terdengar suara berisik para pendeta
sebagai bentuk ketidak setujuannya terhadap perkataan raja Najasyi. Raja
Najasyi berkata : “ Meskipun kalian tidak setuju ”.
RAJA
MENJAMIN DAN MELINDUNGI
Kemudian
raja berkata : “ Pergilah kalian akan kujamin keselamatanmu. Barangsiapa
mencela kalian dia akan celaka. Siapa yang melawan kalian maka akan mendapat
hukuman. Demi Allah aku tidak senang memiliki segunung emas, sedangkan salah
seorang dari kalian tertimpa perbuatan yang tidak diinginkan ”.
UTUSAN
DIUSIR
Kemudian
raja Najasyi berkata : “ Kembalikan semua hadiah kepada kedua orang ini !, aku
tidak membutuhkannya ! ”. Maka keluarlah Amr bin Ash dan sahabatnya dalam
keadaan malu, sedangkan kaum Muslimin tetap tinggal di rumah yang paling mulia
dan tetangga yang paling baik. Ja’far bin Abi Thalib serta istrinya tinggal di
Habasyah dengan penghormatan dari raja Najasyah selama 10 tahun dalam keadaan
tenang dan tenteram. Pada tahun 7 H keduanya pergi meninggalkan Habasyah
bersama kaum muslimin menuju Madinah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar