Sabtu, 19 September 2015


INDAHNYA ETIKA PERANG DALAM AGAMA

“ Dan perangilah di jalan Allah orang orang yang memerangi kamu, ( tetapi ) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang orang yang melampaui batas “.  ( Q.S. Al Baqarah 190 )
              
Karena tinggi dan mulianya ajaran agama, Rasulullah s.a.w. tidak pernah menjadikan perang sebagai satu satunya cara, perang hanya dilakukan sebagai pilihan akhir dalam  membela diri.
Karena berharganya nilai kemanusiaan dalam agama, sehingga perang hanya dilakukan antar pasukan, selain pasukan tidak ikut jadi sasaran. Sehingga perang dalam Islam tidak menghancurkan bangunan, tanaman, hewan, apalagi rakyat sipil.
Bahkan para tawanan perang diperlakukan sangat manusiawi dan sarat kesopanan, karena perang bukan sebagai pelampiasan balas dendam.

TIDAK MERUSAK TIDAK MENGHALANGI HAK IBADAH
Walau perang diliputi emosi, namun prajurit Islam tahu diri karena perang dilakukan dalam koridor ibadah, sehingga bisa menahan diri.               
Dengan demikian etika sangat dijunjung tinggi, aturan dilarang membunuh para biarawan di biara biara dan tidak membunuh mereka yang tengah beribadah, sangat dipegang teguh dan ditaati.
Dilarang menghancurkan desa dan kota, tidak merusak ladang dan kebun dan tidak menyembelih sapi. (Sahih Bukhari, Sunan Abu Dawud)
Nabi Muhammad s.a.w. juga memberikan perintah untuk tidak memaksa tawanan perang berpindah agama. Oleh karena Itu Nabi memberikan hak penyembah berhala Thamamah Al Hanafi yang tertangkap dalam pertempuran tidak berpindah agama. Nabi meminta para sahabat untuk berdialog bersama Al Hanafi sang penyembah berhala sehingga merasa terjamin keselamatannya.

TAWANAN DIPERLAKUKAN SANGAT MANUSIAWI
Nabi s.a.w. juga mengeluarkan instruksi untuk memberikan perawatan terhadap tawanan perang. Sejarah mencatat bagaimana umat Islam saat itu menangani tawanan pertama selepas perang Badar pada 624 Masehi, sebanyak 70 orang tawanan Makkah yang ditangkap dalam perang dibebaskan dengan atau tanpa tebusan.

BERBAGI MAKANAN        
" Pagi dan Malam mereka memberikanku roti, bahkan jika ada seorang Muslim yang memiliki sepotong roti dia akan berbagi denganku," tulis Ibnu Ishaq seorang penulis biografi awal Nabi Muhammad s.a.w. saat mengutip kisah seorang tawanan perang.            

PAKAIAN TAWANAN DIPERHATIKAN                
Dalam pertempuran Badar, Nabi Muhammad s.a.w. tidak membiarkan para tawanan berpakaian lusuh. Nabi memerintahkan para sahabat untuk memberikan pakaian yang layak. 
" Setelah Perang Badar para tawanan perang dibawa, di antara mereka adalah Al Abbas bin Abdul Muthalib. Karena dia tidak memiliki baju, kemudian Nabi s.a.w. mencari kemeja untuknya. Ternyata kemeja Abdullah bin Ubay memiliki ukuran yang sama, kemudian Nabi s.a.w. memberikannya kepada Al Abbas untuk dipakainya ". ( H.R. Bukhari )                                                                                           
MELINDUNGI YANG MINTA PERLINDUNGAN     
"...Jika di antara orang orang musyrikin meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah dia supaya dia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ketempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui ". ( Q.S. At Taubah 6 )

BERMACAM LARANGAN             
" Dengarkan wahai orang orang, karena aku akan memberitahukan kepadamu sepuluh peraturan untuk membimbingmu dalam medan perang. Jangan melakukan pengkhianatan dan jangan menyimpang dari jalan yang benar. Kalian tidak boleh memutilasi mayat musuh. Jangan membunuh anak anak atau perempuan, atau orang tua. Jangan merusak pepohonan, dan jangan pula membakarnya, terutama pepohonan yang subur. Jangan membunuh hewan ternak musuh, kecuali untuk dijadikan makanan. Kalian harus mengampuni orang orang yang mengabdikan diri mereka untuk urusan keagamaan; jangan ganggu mereka ". ( The Rightly Guided Khalifas, Islamic Web )     
Dari Buraidah r.a dia berkata : " Rasulullah s.a.w. bersabda : " Berperanglah fi sabilillah dengan menyebut nama Allah, perangilah orang orang yang kafir kepada Allah, berperanglah dan jangan mencuri harta rampasan perang, jangan berkhianat, jangan mencincang mayat dan janganlah membunuh anak anak ".                                        ( H.R. Muslim )
PERANG MUSTHALIQ
Pada Perang Bani Musthaliq, Allah memberi kemenangan untuk kaum muslimin. 100 rumah dari Bani Musthaliq berhasil dikuasai, namun Rasulullah s.a.w. tidak membunuh mereka. Bahkan Rasulullah s.a.w. membebaskan mereka dan mendudukkan tokoh mereka, Jauriyah binti al Harits r.a. sebagai wanita mulia di hadapan kaum muslimin.

DILARANG MEMBUNUH YANG BERSYAHADAT
Dalam suatu peperangan Usamah bin Zaid mengangkat pedangnya, kemudian orang musyrik yang dihadapi mengucapkan syahadat, namun Usamah tetap membunuhnya, kemudian datanglah seorang kepada Nabi s.a.w. bertanya dan mengabarkan kepada beliau.                  
Kemudian Rasulullah s.a.w. memanggil Usamah dan bertanya : “ Mengapa engkau lakukan itu ? ”. Usamah menjawab : “ Wahai Rasulullah dia telah menyakiti umat Islam dan telah membunuh fulan dan fulan. Usamah menyebutkan beberapa nama dan aku telah mengalahkannya, ketika dia melihat pedangku, barulah dia mengucapkan laa ilaaha illallah ”.

NABI MARAH
Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Jadi engkau membunuhnya ? ”, “ ya ”, jawab Usamah. Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Apa yang akan engkau pertanggung jawabkan dengan kalimat laa ilaaha illallah pada hari kiamat nanti ? ”.  Usamah berkata : “ Wahai Rasulullah, doakan ampunan untukku ”. Rasulullah tetap mengatakan : “ Apa yang akan engkau pertanggung jawabkan dengan kalimat laa ilaaha illallah pada hari kiamat nanti ? ”, dan beliau terus menerus mengulangi kalimat tersebut ”.            ( H.R.. Muslim )
Inilah sikap Rasulullah s.a.w. terhadap orang yang memeranginya. Namun beliau tetap bersikap adil, padahal Usamah bin Zaid adalah orang kesayangan beliau. Begitu indah dan mulia ajaran Islam, sehingga walau dalam peperangan hak azazi manusia tetap dihargai dan dijunjung tinggi. Allaahu Akbar.
                                                              

                KISAH TAULADAN

HAMZAH BIN ABDUL MUTHALIB “ SINGA ALLAAH “

Nama lengkap Hamzah bin Abdul Muthalib bin Hasyim, seorang paman Nabi dan saudara sepersusuannya. Memeluk Islam pada tahun kedua kenabian, ikut Hijrah bersama Rasulullah s.a.w. dan ikut dalam perang Badar, meninggal pada saat perang Uhud, Rasulullah s.a.w. memberi gelar Asadullah  ( Singa Allah ).

Ibnu Atsir berkata dalam kitab  “ Usud al Ghabah, dalam perang Uhud, Hamzah berhasil membunuh 31 orang kafir Quraisy, sampai pada suatu saat beliau tergelincir sehingga terjatuh kebelakang dan tersingkaplah baju besinya dan langsung ditombak.

Kemudian oleh Hindun karena rasa dendamnya tanpa memperdulikan rasa kemanusiaan, maka dirobek perutnya, hatinya dikeluarkan dan dikunyahnya hati Hamzah kemudian dimuntahkannya.

Ketika Rasulullah s.a.w. melihat keadaan tubuh pamannya Hamzah bin Abdul Muthalib, Beliau sangat marah kemudian Allah menurunkan firmannya :

” Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang orang yang sabar “. ( Q.S. An Nahl 126 )

Diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dalam kitab,” Sirah Ibnu Ishaq ” dari Abdurahman bin Auf bahwa Ummayyah bin Khalaf berkata kepadanya : “ Siapakah salah seorang pasukan kalian yang dadanya dihias dengan bulu bulu itu ? ”, aku menjawab : “ Dia adalah Hamzah bin Abdul Muthalib ”.

Kemudian Umayyah berkata : “ Dialah yang membuat kekalahan kepada kami ”.

Abdurahman bin Auf menyebutkan bahwa ketika perang Badar, Hamzah berperang disamping Rasulullah s.a.w. dengan memegang 2 bilah pedang.

Diriwayatkan dari Jabir bahwa ketika Rasulullah s.a.w. melihat Hamzah terbunuh, maka beliau menangis. Dia wafat pada tahun 3 H,  Rasulullah s.a.w. memberi gelar Sayidus Syuhada ”.




                       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar