INDAHNYA ETIKA PERANG DALAM AGAMA
“ Dan
perangilah di jalan Allah orang orang yang memerangi kamu, ( tetapi ) janganlah
kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang orang yang
melampaui batas “. (
Q.S. Al Baqarah 190 )
Karena tinggi dan mulianya ajaran
agama, Rasulullah s.a.w. tidak
pernah menjadikan perang sebagai satu satunya cara, perang hanya dilakukan sebagai
pilihan akhir dalam membela diri.
Karena berharganya nilai kemanusiaan dalam agama,
sehingga perang hanya dilakukan antar pasukan,
selain pasukan tidak ikut jadi sasaran. Sehingga perang dalam Islam tidak
menghancurkan bangunan, tanaman, hewan, apalagi rakyat sipil.
Bahkan para tawanan perang
diperlakukan sangat manusiawi dan sarat kesopanan, karena perang bukan sebagai
pelampiasan balas dendam.
TIDAK MERUSAK TIDAK MENGHALANGI HAK IBADAH
Walau perang diliputi emosi, namun
prajurit Islam tahu diri karena perang dilakukan dalam koridor ibadah, sehingga
bisa menahan diri.
Dengan demikian etika
sangat dijunjung tinggi, aturan dilarang membunuh para biarawan di biara biara
dan tidak membunuh mereka yang tengah beribadah, sangat dipegang teguh dan ditaati.
Dilarang menghancurkan desa dan
kota, tidak merusak ladang dan kebun dan tidak menyembelih sapi. (Sahih
Bukhari, Sunan Abu Dawud)
Nabi Muhammad s.a.w. juga memberikan perintah untuk tidak memaksa tawanan perang berpindah agama. Oleh karena Itu Nabi memberikan hak penyembah berhala Thamamah Al Hanafi yang tertangkap dalam pertempuran tidak berpindah agama. Nabi meminta para sahabat untuk berdialog bersama Al Hanafi sang penyembah berhala sehingga merasa terjamin keselamatannya.
Nabi Muhammad s.a.w. juga memberikan perintah untuk tidak memaksa tawanan perang berpindah agama. Oleh karena Itu Nabi memberikan hak penyembah berhala Thamamah Al Hanafi yang tertangkap dalam pertempuran tidak berpindah agama. Nabi meminta para sahabat untuk berdialog bersama Al Hanafi sang penyembah berhala sehingga merasa terjamin keselamatannya.
TAWANAN DIPERLAKUKAN SANGAT MANUSIAWI
Nabi s.a.w. juga mengeluarkan instruksi untuk
memberikan perawatan terhadap tawanan perang. Sejarah mencatat bagaimana umat
Islam saat itu menangani tawanan pertama selepas perang Badar pada 624 Masehi, sebanyak
70 orang tawanan Makkah yang ditangkap dalam perang dibebaskan dengan atau
tanpa tebusan.
BERBAGI MAKANAN
" Pagi dan Malam mereka memberikanku
roti, bahkan jika ada seorang Muslim yang memiliki sepotong roti dia akan berbagi
denganku," tulis Ibnu Ishaq seorang penulis biografi awal Nabi Muhammad s.a.w.
saat mengutip kisah seorang tawanan perang.
PAKAIAN TAWANAN DIPERHATIKAN
Dalam pertempuran Badar, Nabi Muhammad s.a.w. tidak membiarkan para
tawanan berpakaian lusuh. Nabi memerintahkan para sahabat untuk memberikan
pakaian yang layak.
" Setelah Perang Badar para tawanan perang dibawa, di antara mereka
adalah Al Abbas bin Abdul Muthalib. Karena dia tidak memiliki baju, kemudian Nabi s.a.w.
mencari kemeja untuknya. Ternyata kemeja Abdullah bin Ubay memiliki ukuran yang
sama, kemudian Nabi s.a.w. memberikannya kepada Al Abbas untuk dipakainya ". ( H.R. Bukhari )
MELINDUNGI YANG MINTA PERLINDUNGAN
"...Jika di antara orang orang
musyrikin meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah dia supaya dia sempat
mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ketempat yang aman baginya.
Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui ". ( Q.S. At Taubah 6 )
BERMACAM LARANGAN
" Dengarkan wahai orang orang,
karena aku akan memberitahukan kepadamu sepuluh peraturan untuk membimbingmu
dalam medan perang. Jangan melakukan pengkhianatan dan jangan menyimpang dari
jalan yang benar. Kalian tidak boleh memutilasi mayat musuh. Jangan membunuh
anak anak atau perempuan, atau orang tua. Jangan merusak pepohonan, dan jangan
pula membakarnya, terutama pepohonan yang subur. Jangan membunuh hewan ternak
musuh, kecuali untuk dijadikan makanan. Kalian harus mengampuni orang orang
yang mengabdikan diri mereka untuk urusan keagamaan; jangan ganggu mereka ". ( The
Rightly Guided Khalifas, Islamic Web )
Dari Buraidah r.a dia berkata : " Rasulullah s.a.w. bersabda : " Berperanglah fi
sabilillah dengan menyebut nama Allah, perangilah orang orang yang kafir kepada
Allah, berperanglah dan jangan mencuri harta rampasan perang, jangan
berkhianat, jangan mencincang mayat dan janganlah membunuh anak anak ". ( H.R. Muslim )
PERANG MUSTHALIQ
Pada Perang Bani Musthaliq, Allah memberi kemenangan untuk kaum
muslimin. 100 rumah dari Bani Musthaliq berhasil dikuasai, namun Rasulullah s.a.w. tidak membunuh mereka. Bahkan
Rasulullah s.a.w. membebaskan mereka dan mendudukkan tokoh mereka, Jauriyah
binti al Harits r.a. sebagai
wanita mulia di hadapan kaum muslimin.
DILARANG MEMBUNUH YANG BERSYAHADAT
Dalam suatu peperangan Usamah bin
Zaid mengangkat pedangnya, kemudian orang musyrik yang dihadapi mengucapkan syahadat,
namun Usamah tetap membunuhnya, kemudian datanglah seorang kepada Nabi s.a.w. bertanya dan mengabarkan kepada
beliau.
Kemudian Rasulullah s.a.w.
memanggil Usamah dan bertanya : “ Mengapa engkau lakukan itu ? ”. Usamah
menjawab : “ Wahai Rasulullah dia telah menyakiti umat Islam dan telah membunuh
fulan dan fulan. Usamah menyebutkan beberapa nama dan aku telah mengalahkannya,
ketika dia melihat pedangku, barulah dia mengucapkan laa ilaaha illallah ”.
NABI MARAH
Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Jadi engkau
membunuhnya ? ”, “ ya ”, jawab Usamah. Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Apa yang akan
engkau pertanggung jawabkan dengan kalimat laa ilaaha illallah pada hari kiamat
nanti ? ”. Usamah berkata : “ Wahai
Rasulullah, doakan ampunan untukku ”. Rasulullah tetap mengatakan : “ Apa yang
akan engkau pertanggung jawabkan dengan kalimat laa ilaaha illallah pada hari
kiamat nanti ? ”, dan beliau terus menerus mengulangi kalimat tersebut ”. ( H.R.. Muslim )
Inilah sikap Rasulullah s.a.w. terhadap orang yang memeranginya.
Namun beliau tetap bersikap adil, padahal Usamah bin Zaid adalah orang
kesayangan beliau. Begitu indah dan mulia ajaran Islam, sehingga walau dalam
peperangan hak azazi manusia tetap dihargai dan dijunjung tinggi. Allaahu
Akbar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar