Rabu, 16 September 2015


KEUTAMAAN 10 HARI AWAL BULAN DZULHIJJAH

“ Demi fajar dan malam yang sepuluh”. ( Q.S. Al Fajr 1-2 )
            
Pada 10 awal bulan Dzulhijjah merupakan saat istimewa, sebagaimana firman Nya diatas. Keutamaan malam malam itu juga disebutkan Ibnu Abbas, Ibnu Zubair, Mujahid, dan sejumlah ulama salaf.

KEUTAMAAN AWAL ( 10 HARI ) BULAN DZULHIJJAH :             

1.AMAL SHOLIH YANG DICINTAI ALLAH
Begitu istimewanya 10 awal bulan Dzulhijjah, sampai nilai beramal sholih diwaktu tersebut disetarakan dengan jihad :  
“ Tidak ada satu amal shaleh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal shaleh yang dilakukan pada hari hari ini ( 10 hari pertama bulan Dzulhijjah). ” Para sahabat bertanya : “ Tidak pula jihad di jalan Allah ? ”. Nabi s.a.w. menjawab : “ Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun ”. ( H.R. Abu Dawud dan Ibnu Majah. Hadits senada juga diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Ahmad )

2.MEMPERBANYAK  DZIKIR
Hendaknya mengaktifkan membaca kalimat tahlil, takbir dan tahmid
“ Tidak ada hari hari yang lebih agung di sisi Allah dan lebih disukai Nya untuk digunakan sebagai tempat beramal sebagaimana 10 hari ini (10 hari pertama bulan Dzulhijjah). Karenanya perbanyaklah pada hari hari itu bacaan tahlil, takbir, dan tahmid ”. ( H.R. Ahmad )                                                                             
3.PUASA  ARAFAH
Melaksanakan puasa Arafah pada 9 Dzulhijjah berdasar hadis :
Dari Abi Qatadah r.a. dia berkata Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Puasa hari Arafah itu dapat menghapuskan dosa dua tahun, satu tahun yang telah lalu dan satu tahun yang akan datang ”.
                           ( H.R. Jama’ah, kecuali Bukhari dan Tirmidzi )                                               
YANG BERIBADAH HAJI DILARANG PUASA AROFAH
Bagi yang beribadah haji tidak diperbolehkan puasa arofah :
Dari Abi Hurairah r.a. dia berkata : “ Rasulullah s.aw. telah melarang puasa pada hari Arafah di Padang Arafah ”. ( H.R Ahmad, Abu Dawud, Nasai dan Ibnu Majah )

4.PUASA TG 1 -9 DZULHIJJAH
Nabi biasa melaksanakan puasa 9 hari di awal Dzulhijjah sebagaimana disampaikan Hunaidah bin Kholid, dari istri ( Hafsah ) Nabi s.a.w. berkata :“ Rasulullah s.a.w. biasa berpuasa pada sembilan hari awal Dzulhijah, pada hari ‘Asyura’ (10 Muharram), berpuasa tiga hari setiap bulannya, …”. ( H.R. Abu Daud. Syaikh Al Albani menshohihkannya )
Dari Hafshah r.a. ia berkata : “ Ada empat macam yang tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah s.a.w. : Puasa Asyura ( 10 Muharram ), puasa sepuluh hari ( di bulan Dzulhijjah ), puasa tiga hari pada setiap bulan dan melakukan salat dua rakaat sebelum salat subuh ”.  ( H.R. Imam Ahmad dan An Nasai )
Di antara sahabat yang mengamalkan puasa 9 hari awal Dzulhijah adalah Ibnu ‘Umar, ulama Al Hasan Al Bashri, Ibnu Sirin dan Qotadah,  juga menyebut keutamaan puasa pada hari hari tersebut. Inilah yang menjadi pendapat mayoritas ulama. ( Latho if Al Ma’arif, hal. 459 )
Namun menurut  istri Nabi s.a.w. ‘Aisyah r.a. ada riwayat yang seolah berlawanan dengan hadits diatas. ‘Aisyah r.a. berkata :
Aku tidak pernah melihat Rasulullah s.a.w. berpuasa pada sepuluh hari bulan Dzulhijah sama sekali ”. ( H.R. Muslim )                                                                              
Tentang riwayat di atas ada beberapa pendapat :
Ibnu Hajar Al Asqolani mengatakan bahwa Nabi s.a.w. meninggalkan puasa, karena khawatir umatnya menganggap puasa tersebut wajib. ( Fathul Bari, 3: 390, Mawqi’ Al Islam ).
Imam Ahmad menjelaskan bahwa maksud riwayat ‘Aisyah adalah Nabi s.a.w. tidak berpuasa penuh selama sepuluh hari Dzulhijah.
Sedangkan maksud riwayat Hafshoh adalah Nabi s.a.w. berpuasa 9 hari penuh. Jadi hendaklah berpuasa di sebagian hari dan berbuka di sebagian hari lainnya. ( Latho if Al Ma’arif, hal. 459-460 )
Sebagian ulama berpendapat jika ada pertentangan antara perkataan ‘Aisyah yang menyatakan Nabi s.a.w. tidak pernah berpuasa sembilan hari Dzulhijah dan perkataan Hafshoh yang menyatakan bahwa beliau bahkan tidak pernah meninggalkan puasa sembilan hari Dzulhijah, maka yang diutamakan adalah “ perkataan yang menetapkan adanya puasa sembilan hari Dzulhijah “.
Dengan demikian bisa disimpulkan, boleh berpuasa penuh selama sembilan hari bulan Dzulhijah (dari tanggal 1 sampai 9 Dzulhijah) atau berpuasa pada sebagian harinya saja.

PUASA TARWIYYAH
Tentang puasa tarwiyah (8 dzulhijjah) banyak ulama mengatakan haditsnya lemah (dhaif) | hingga tidak bisa dijadikan dasar hukum.

5.YANG BERQURBAN TIDAK MEMOTONG RAMBUT / KUKU
“ Jika kalian telah menyaksikan hilal Dzul Hijah ( memasuki satu Dzulhijah ) dan kalian ingin berqurban, maka hendaklah shohibul qurban membiarkan ( tidak memotong ) rambut dan kukunya ”. ( H.R. Jama’ah kecuali Bukhari )

6.DILAKSANAKANNYA IBADAH HAJI
Sebagian besar rukun haji dilaksanakan pada 8, 9 dan 10 Dzulhijjah.1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar