AMAL SHOLIH PENYEJUK JIWA
“ Sesungguhnya
orang orang
yang beriman, mengerjakan amal sholih, mendirikan shalat
dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati “.
(Q.S. Al Baqarah 277)
Kesehatan
atau kebugaran tubuh bisa diusahakan dengan pola makan yang baik dan gerak
badan. Karena tubuh bisa dilihat secara nyata. Kesehatan tidak hanya meliputi
jasmani saja namun jiwa juga, betapa sulit untuk mencapainya karena jiwa
bersifat abstrak, tidak bisa dilihat.
AKIBAT BILA JIWA TIDAK SEHAT
Padahal kesehatan
jiwa tidak kalah pentingnya, karena dari jiwa inilah segalanya dirasakan,
apabila tidak dirawat akan berbahaya. Karena hanya akan mengutamakan kepentingan
dirinya tanpa perduli kepentingan orang lain, sehingga mudah bersikap dzalim yang
akan merugikan orang lain.
Karena
ingin meraup kekayaan, bahan bakar ditimbunnya, sehingga para nelayan tidak
bisa melaut mencari ikan. Antrian bahan bakar pada memanjang. Lantaran tergiur banyaknya
uang sogokan, keputusan pengadilan jadi timpang, sehingga timbul perkelahian
akibat kecewa putusan pengadilan.
Karena
rasa cemburu berlebihan, berakibat alat vital sang suami dipotongnya. Karena
cintanya ditolak dengan nekatnya meloncat dari lantai maal sehingga menemui
kematian yang mengerikan. Karena sakit yang dideritanya tak kunjung sembuh, diambilnya
jalan pintas dengan bunuh diri.
Begitu
tragis bila jiwa sakit, sehingga mudah memutuskan jalan keluar dengan cara fatal,
itu baru didunia, belum urusan akherat yang akan diterimanya, kasihan yang tidak
bisa memahami cara merawat kesehatan jiwanya.
SEHAT JASMANI, RUHANI DAN LINGKUNGAN
Profesor Doctor
Zakiyah Darojat dalam bukunya Islam dan kesehatan mental memaparkan, bahwa
pengertian sehat menurut W.H.O. ( Badan kesehatan dunia dibawah naungan P.B.B. )
meliputi tiga aspek : sehat jasmani, sehat ruhani dan sehat lingkungan.
Betapa
beruntungnya yang beriman, karena dalam hidupnya punya pedoman, yakni Al Quran
yang bersumber dari Yang Maha Esa dan Maha Rahman, yang Maha Tahu rahasia hidup
dan kehidupan.
IMAN
Dengan
berpedoman kepada Al Quran, jiwa memiliki landasan yang kokoh. ibarat bangunan punya
fondasi yang kuat sehingga tidak mudah roboh.
Iman
artinya percaya adanya Allah Yang Maha Esa, Yang Maha Kuasa, Maha Melihat, Maha
Mengetahui yang kelak akan meminta pertanggung jawaban dan akan membalas
perbuatannya di hari kebangkitan. Dengan keimanan perbuatannya akan terkendali,
akan hati hati. Dengan demikian prilakunya
selalu selektif, selalu memilih yang baik baik, suka beramal sholih.
Bukankah Nabi s.a.w. bersabda : “ Setiap perbuatan baik adalah shodaqah “.
SHODAQAH DAN AMAL SHOLIH
Dengan
demikian shodaqoh merupakan aktivitas dan kesenangannya.
Dari
Abu Musa r.a. dari Nabi s.a.w. beliau bersabda : “ Setiap Muslim itu wajib
bershodaqoh “. Ada seorang sahabat bertanya : “ Bagaimana seandainya ia tidak
mempunyai apa apa ? “. Beliau menjawab : ” Hendaknya berbuat dengan kedua
tangannya sehingga hasilnya dapat dimanfaatkan untuk dirinya dan dapat untuk
dishodaqohkan “. Ia bertanya : “ Bagaimana seandainya ia tidak bisa berbuat
seperti itu ?. Beliau menjawab : “ Hendaknya ia membantu orang yang sangat
membutuhkan bantuan itu “. Ia bertanya : “ Bagaimana seandainya ia tidak mampu
untuk memberi bantuan ? “. Beliau menjawab : “ Hendaknya ia memerintah orang
lain untuk berbuat baik “. Ia bertanya lagi : “ Bagaimana seandainya ia tidak
mampu untuk berbuat seperti itu ? “. Beliau menjawab : “ Hendaknya ia mencegah
dirinya dari perbuatan keji, karena mencegah dirinya dari perbuatan keji itu
termasuk shodaqoh “. ( H.R Bukhari Muslim )
Dari
hadits tersebut urutan berbuat baik yang merupakan shodaqah adalah : 1. Berbuat
dengan kedua tangannya kemudian hasilnya dimanfaatkan untuk dirinya dan
disedekahkan untuk orang lain. 2. Memerintah berbuat baik. 3. Membantu orang
lain. 4. Mencegah berbuat keji.
Begitu
luas bidang shodaqah, bahkan di hadits yang lain meminggirkan halangan di jalan
juga termasuk bidang shodaqah.
KESEHATAN JIWA MENURUT W.H.O.
Para pakar kesehatan
dunia ( W.H.O. ) pada tahun 1959,
merumuskan bahwa orang yang memiliki sehat mental atau ruhani memiliki ciri : 1.Dapat menyesuaikan
secara konstruktif pada kenyataan meskipun kenyataan itu buruk. 2. Dapat memperoleh
kepuasan dari perjuangan. 3. Merasa lebih puas untuk memberi daripada menerima. 4. Secara relatif bebas
dari rasa tegang dan cemas. 5. Dapat berhubungan dengan orang orang lain secara
tolong menolong dan saling memuaskan.6. Dapat menerima
kekecewaan untuk pelajaran di hari kemudian. 7. Dapat menjuruskan
rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif. 8. Mempunyai daya kasih
sayang yang besar dan mempunyai keinginan untuk disayangi. Ternyata
rumusan tersebut sangat sesuai dengan tuntunan shodaqah yang disampaikan
Rasulullah s.a.w. 14 abad yang lalu. Bila rumusan W.H.O. hanya bersifat keduniaan, amal sholih justru menjangkau sampai kehidupan akherat, begitu luasnya
ajaran Islam.
KESEHATAN JIWA MENURUT W.H.O. DAN AGAMA
1.Dapat menyesuaikan walau kenyataan itu buruk. Bukankah agama mengajarkan sikap sabar yang dapat meredam terhadap kenyataan
yang buruk.
2.Memperoleh kepuasan
dari perjuangan. Dengan sikap ikhlas bukankah
akan membuahkan sikap puas, karena balasan pahala yang bakal diterimanya kelak.
3.Lebih puas memberi dari pada
menerima. Bukankah Nabi s.a.w.
mengajarkan “ Tangan di atas ( memberi ) lebih mulia dari yang dibawah ( menerima ) “.
4. Bebas dari rasa
tegang dan cemas. Bukankah dengan beramal sholih
akan terbebas dari rasa takut dan khawatir ( S. Al Baqarah 277 )
5. Saling tolong menolong dan saling memuaskan. Bukankah dalam surat Al Maidah 2 Allah berfirman : “ .... Dan tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan taqwa..... “.
5. Saling tolong menolong dan saling memuaskan. Bukankah dalam surat Al Maidah 2 Allah berfirman : “ .... Dan tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan taqwa..... “.
6.Dapat menerima kekecewaan. Dengan sikap sabar bukankah kekecewaan akan bisa dihadapinya, bahkan
Allah akan menyertainya ( S. Al Baqarah 153 ).
7.Dapat menjuruskan rasa permusuhan. Bukankah Al Quran menunjukkan ciri orang yang bertaqwa : “ Memaafkan
kesalahan orang “ ( Q.S. Ali Imran 134 ), dengan memaafkan bukankah rasa dendam
bisa diredam.
8. Mempunyai daya kasih sayang. Dalam surat Al Fath ayat 29 Allah berfirman : “ ... tetapi berkasih
sayang sesama mereka, kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah
dan keridloan Nya.... “.
Maka lengkap dan sempurna
sudah, ajaran agama yang demikan indah. Karena pada hakekatnya fithrah jiwa suka bila diajak kepada kebaikan.
Tinggal mau melaksanakan amal sholih yang dapat menyejukkan jiwa, atau meninggalkannya yang bisa merugikan kesehatan dan perkembangan jiwa.
Tinggal mau melaksanakan amal sholih yang dapat menyejukkan jiwa, atau meninggalkannya yang bisa merugikan kesehatan dan perkembangan jiwa.
KISAH TAULADAN
SABAR MEMANG BERAT NAMUN SELAMAT
Suatu saat diawal bulan Ramadlan
dihari Jumat, dipanas matahari nan menyengat. Seorang hamba Allah sedang
berangkat, akan menunaikan khutbah jumat, dengan mengendarai mobil sambil
berdoa dengan penuh hidmat agar selamat sampai ditempat.
Tiba tiba……..du.u.uaaag,
terdengar suara di arah belakang
mobilnya, terbesitlah dalam benak sang muballigh : “ Wah pesok nih, kena
seruduk becak lagi, becak lagi “.
Dalam
dada sang muballigh secara manusiawi terasa w e e t, tanda emosi, emosi
karena mobilnya jelas ciri, luapan amarahpun ikut mengiringi, luapan emosi
secara bertubi tubi terus mendesak agar bertindak melampiaskan amarah agar puas
dan terobati, apalagi perut terasa lapar tak terisi, dahaga lagi.
Namun dibalik dorongan suara
hati yang bergejolak ingin melampiaskan nafsu nan tak terpuji, imannya tampil
menasehati sebagai kendali, agar menahan diri jangan mengumbar emosi, karena emosi
takkan dapat memberi solusi, lebih lebih dalam kondisi berpuasa lagi, “ sayangkan “
kata imannya seraya membisiki, “ Apalagi
anda kan seorang muballigh yang suka menasehati !“.
Sang muballighpun akhirnya dengan selamat dapat menahan diri
dari luapan emosi, lolos dari kungkungan nafsu syaithoni.
Setelah emosi terkuasai sang
muballighpun menoleh kebelakang dengan maksud melihat keadaan, namun lagi lagi
datang ujian, si abang becak bukannya meminta maaf atas kesalahan, namun justru
mengacungkan genggaman tangan, sambil melotot dan mengatakan : “ Terus jalan
!!! “, seolah tak merasa bersalah secara meyakinkan, bayangkan !!! sudah jelas mobil dipesokkan,
mata dipelototkan, sambil pula mengacungan genggaman tangan .
Ibarat pertandingan score antara si abang becak dan
muballigh = 3 : 0, secara fisik sang muballigh kalah telak, betapa tidak, mobil
jelas pesok, orangnya memarahi sambil membentak, padahal jelas salah secara
mutlak.
Sang muballigh mau membalas sangat menyayangkan ibadah puasanya, dan
juga profesinya yang haq. Secara fisik seakan sang muballigh kalah telak, namun
secara psikis justru menang K.O. secara telak.
Bayangkan jika
ketika sang abang becak emosi, dan mubalighpun ikut meladeni, jadi lucu sekali
!, masa seorang muballigh, seorang kyai berkelahi dengan abang becak yang tak
mengerti !, salah salah bisa masuk berita dikoran pagi.
Jadi benar juga kata orang : “ sing
waras ngalah “.
Ini hikmah sabar, wibawa dan harga diri tetap terjaga, jiwa
terasa tenang dan segar, badan terasa nyaman dan bugar, lebih lebih Allah akan
selalu menyertai orang yang sabar, begitu menurut firman Allah yang Maha Besar.
Sabar dan
pemaaf memang berat dalam mengamalkannya, namun bila bisa melaksanakannya akan
terasa nikmat dan nyaman rasanya, Alhamdulillah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar