Kamis, 20 November 2014

AMAL SHOLIH PENYEJUK JIWA



AMAL SHOLIH PENYEJUK JIWA

Sesungguhnya orang orang yang beriman, mengerjakan amal sholih, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. 
(Q.S. Al Baqarah 277) 

Kesehatan atau kebugaran tubuh bisa diusahakan dengan pola makan yang baik dan gerak badan. Karena tubuh bisa dilihat secara nyata. Kesehatan tidak hanya meliputi jasmani saja namun jiwa juga, betapa sulit untuk mencapainya karena jiwa bersifat abstrak, tidak bisa dilihat.

AKIBAT BILA JIWA TIDAK SEHAT
Padahal kesehatan jiwa tidak kalah pentingnya, karena dari jiwa inilah segalanya dirasakan, apabila tidak dirawat akan berbahaya. Karena hanya akan mengutamakan kepentingan dirinya tanpa perduli kepentingan orang lain, sehingga mudah bersikap dzalim yang akan merugikan orang lain.
Karena ingin meraup kekayaan, bahan bakar ditimbunnya, sehingga para nelayan tidak bisa melaut mencari ikan. Antrian bahan bakar pada memanjang. Lantaran tergiur banyaknya uang sogokan, keputusan pengadilan jadi timpang, sehingga timbul perkelahian akibat kecewa putusan pengadilan.
Karena rasa cemburu berlebihan, berakibat alat vital sang suami dipotongnya. Karena cintanya ditolak dengan nekatnya meloncat dari lantai maal sehingga menemui kematian yang mengerikan. Karena sakit yang dideritanya tak kunjung sembuh, diambilnya jalan pintas dengan bunuh diri.
Begitu tragis bila jiwa sakit, sehingga mudah memutuskan jalan keluar dengan cara fatal, itu baru didunia, belum urusan akherat yang akan diterimanya, kasihan yang tidak bisa memahami cara merawat kesehatan jiwanya.

SEHAT JASMANI, RUHANI DAN LINGKUNGAN
Profesor Doctor Zakiyah Darojat dalam bukunya Islam dan kesehatan mental memaparkan, bahwa pengertian sehat menurut W.H.O. ( Badan kesehatan dunia dibawah naungan P.B.B. ) meliputi tiga aspek : sehat jasmani, sehat ruhani dan sehat lingkungan.
Betapa beruntungnya yang beriman, karena dalam hidupnya punya pedoman, yakni Al Quran yang bersumber dari Yang Maha Esa dan Maha Rahman, yang Maha Tahu rahasia hidup dan kehidupan.  

IMAN
Dengan berpedoman kepada Al Quran, jiwa memiliki landasan yang kokoh. ibarat bangunan punya fondasi yang kuat sehingga tidak mudah roboh.
Iman artinya percaya adanya Allah Yang Maha Esa, Yang Maha Kuasa, Maha Melihat, Maha Mengetahui yang kelak akan meminta pertanggung jawaban dan akan membalas perbuatannya di hari kebangkitan. Dengan keimanan perbuatannya akan terkendali, akan hati hati. Dengan demikian prilakunya  selalu selektif, selalu memilih yang baik baik, suka beramal sholih. Bukankah Nabi s.a.w. bersabda : “ Setiap perbuatan baik adalah shodaqah “.    

SHODAQAH DAN AMAL SHOLIH
Dengan demikian shodaqoh merupakan aktivitas dan kesenangannya.
Dari Abu Musa r.a. dari Nabi s.a.w. beliau bersabda : “ Setiap Muslim itu wajib bershodaqoh “. Ada seorang sahabat bertanya : “ Bagaimana seandainya ia tidak mempunyai apa apa ? “. Beliau menjawab : ” Hendaknya berbuat dengan kedua tangannya sehingga hasilnya dapat dimanfaatkan untuk dirinya dan dapat untuk dishodaqohkan “. Ia bertanya : “ Bagaimana seandainya ia tidak bisa berbuat seperti itu ?. Beliau menjawab : “ Hendaknya ia membantu orang yang sangat membutuhkan bantuan itu “. Ia bertanya : “ Bagaimana seandainya ia tidak mampu untuk memberi bantuan ? “. Beliau menjawab : “ Hendaknya ia memerintah orang lain untuk berbuat baik “. Ia bertanya lagi : “ Bagaimana seandainya ia tidak mampu untuk berbuat seperti itu ? “. Beliau menjawab : “ Hendaknya ia mencegah dirinya dari perbuatan keji, karena mencegah dirinya dari perbuatan keji itu termasuk shodaqoh “. ( H.R Bukhari Muslim )
Dari hadits tersebut urutan berbuat baik yang merupakan shodaqah adalah : 1. Berbuat dengan kedua tangannya kemudian hasilnya dimanfaatkan untuk dirinya dan disedekahkan untuk orang lain. 2. Memerintah berbuat baik. 3. Membantu orang lain. 4. Mencegah berbuat keji.
Begitu luas bidang shodaqah, bahkan di hadits yang lain meminggirkan halangan di jalan juga termasuk bidang shodaqah.   

KESEHATAN JIWA MENURUT W.H.O.
Para pakar kesehatan dunia ( W.H.O. ) pada tahun 1959, merumuskan bahwa orang yang memiliki sehat mental atau ruhani memiliki ciri : 1.Dapat menyesuaikan secara konstruktif pada kenyataan meskipun kenyataan itu buruk. 2. Dapat memperoleh kepuasan dari perjuangan. 3. Merasa lebih puas untuk memberi daripada  menerima. 4. Secara relatif bebas dari rasa tegang dan cemas. 5. Dapat berhubungan dengan orang orang lain secara tolong menolong dan saling memuaskan.6. Dapat menerima kekecewaan untuk pelajaran di hari kemudian. 7. Dapat menjuruskan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif. 8. Mempunyai daya kasih sayang yang besar dan mempunyai keinginan untuk disayangi. Ternyata rumusan tersebut sangat sesuai dengan tuntunan shodaqah yang disampaikan Rasulullah s.a.w. 14 abad yang lalu. Bila rumusan W.H.O. hanya bersifat keduniaan, amal sholih justru menjangkau sampai kehidupan akherat, begitu luasnya ajaran Islam.                            

KESEHATAN JIWA MENURUT W.H.O. DAN AGAMA
1.Dapat menyesuaikan walau kenyataan itu buruk. Bukankah agama mengajarkan sikap sabar yang dapat meredam terhadap kenyataan yang buruk.
2.Memperoleh kepuasan dari perjuangan. Dengan sikap ikhlas bukankah akan membuahkan sikap puas, karena balasan pahala yang bakal diterimanya kelak.
3.Lebih puas memberi dari pada menerima. Bukankah Nabi s.a.w. mengajarkan “ Tangan di atas ( memberi ) lebih mulia dari yang dibawah  ( menerima ) “.  
4. Bebas dari rasa tegang dan cemas. Bukankah dengan beramal sholih akan terbebas dari rasa takut dan khawatir ( S. Al Baqarah 277 ) 
5. Saling tolong menolong dan saling memuaskan. Bukankah dalam surat Al Maidah 2 Allah berfirman : “ .... Dan tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan taqwa..... “.  
6.Dapat menerima kekecewaan. Dengan sikap sabar bukankah kekecewaan akan bisa dihadapinya, bahkan Allah akan menyertainya ( S. Al Baqarah 153 ).
7.Dapat menjuruskan rasa permusuhan. Bukankah Al Quran menunjukkan ciri orang yang bertaqwa : “ Memaafkan kesalahan orang “ ( Q.S. Ali Imran 134 ), dengan memaafkan bukankah rasa dendam bisa diredam.
8. Mempunyai daya kasih sayang. Dalam surat Al Fath ayat 29 Allah berfirman : “ ... tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridloan Nya.... “.
Maka lengkap dan sempurna sudah, ajaran agama yang demikan indah. Karena pada hakekatnya fithrah jiwa suka bila diajak kepada kebaikan. 
Tinggal mau melaksanakan amal sholih yang dapat menyejukkan jiwa, atau meninggalkannya yang bisa merugikan kesehatan dan perkembangan jiwa.


   KISAH TAULADAN
     SABAR MEMANG BERAT NAMUN SELAMAT
                
Suatu saat diawal bulan Ramadlan dihari Jumat, dipanas matahari nan menyengat. Seorang hamba Allah sedang berangkat, akan menunaikan khutbah jumat, dengan mengendarai mobil sambil berdoa dengan penuh hidmat agar selamat sampai ditempat.
Tiba tiba……..du.u.uaaag, terdengar suara di arah belakang mobilnya, terbesitlah dalam benak sang muballigh : “ Wah pesok nih, kena seruduk becak lagi, becak lagi “. 
Dalam dada sang muballigh secara manusiawi terasa w e e t, tanda emosi, emosi karena mobilnya jelas ciri, luapan amarahpun ikut mengiringi, luapan emosi secara bertubi tubi terus mendesak agar bertindak melampiaskan amarah agar puas dan terobati, apalagi perut terasa lapar tak terisi, dahaga lagi.              
Namun dibalik dorongan suara hati yang bergejolak ingin melampiaskan nafsu nan tak terpuji, imannya tampil menasehati sebagai kendali, agar menahan diri jangan mengumbar emosi, karena emosi takkan dapat memberi solusi, lebih lebih dalam kondisi berpuasa lagi, “ sayangkan “ kata imannya seraya membisiki, “ Apalagi anda kan seorang muballigh yang suka menasehati !. Sang muballighpun akhirnya dengan selamat dapat menahan diri dari luapan emosi, lolos dari kungkungan nafsu syaithoni.   
Setelah emosi terkuasai sang muballighpun menoleh kebelakang dengan maksud melihat keadaan, namun lagi lagi datang ujian, si abang becak bukannya meminta maaf atas kesalahan, namun justru mengacungkan genggaman tangan, sambil melotot dan mengatakan : “ Terus jalan !!! “, seolah tak merasa bersalah secara meyakinkan,  bayangkan !!! sudah jelas mobil dipesokkan, mata dipelototkan, sambil pula mengacungan genggaman tangan . 
Ibarat pertandingan score antara si abang becak dan muballigh = 3 : 0, secara fisik sang muballigh kalah telak, betapa tidak, mobil jelas pesok, orangnya memarahi sambil membentak, padahal jelas salah secara mutlak. 
Sang muballigh mau membalas sangat menyayangkan ibadah puasanya, dan juga profesinya yang haq. Secara fisik seakan sang muballigh kalah telak, namun secara psikis justru menang K.O. secara telak.
Bayangkan jika ketika sang abang becak emosi, dan mubalighpun ikut meladeni, jadi lucu sekali !, masa seorang muballigh, seorang kyai berkelahi dengan abang becak yang tak mengerti !, salah salah bisa masuk berita dikoran pagi.
Jadi benar juga kata orang :  “ sing waras ngalah “. 
Ini hikmah sabar, wibawa dan harga diri tetap terjaga, jiwa terasa tenang dan segar, badan terasa nyaman dan bugar, lebih lebih Allah akan selalu menyertai orang yang sabar, begitu menurut firman Allah yang Maha Besar.
Sabar dan pemaaf memang berat dalam mengamalkannya, namun bila bisa melaksanakannya akan terasa nikmat dan nyaman rasanya, Alhamdulillah. 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar