Jumat, 28 November 2014



JANGAN PUTUS ASA BISA MELEMAHKAN JIWA

Hai anak anakku pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir ".  
( Q.S. Yusuf 87 )
            
Jiwa merupakan motor penggerak organ tubuh, ibarat mobil mesin adalah penggeraknya, bila mesin mobil dalam kondisi prima, mobil akan bergerak secara sempurna, lajunya cepat karena tidak ada kendala dalam mesinnya. 
Demikian pula dengan jiwa, bila jiwa sehat punya power untuk menggerakkan tubuh secara optimal, bukan sebaliknya.
Putus asa menunjukkan kondisi jiwa yang lemah, yang bisa membuat aktivitas tubuh kurang maksimal, aktivitas tubuh jadi ikut melemah pula.

PENYEBAB PUTUS ASA
Diantara penyebab yang menimbulkan rasa putus asa adalah : “ kondisi  jiwa yang lemah “, yang terbentuk karena faktor keturunan dan lingkungan.
Namun dengan pendidikan agama, dengan menanamkan keimanan yang kokoh dan benar akan bisa sangat membantu dari sikap keputus asaan !.

KEMBALI KE AGAMA
Agama merupakan tuntunan dan pegangan hidup yang bersumber dari Yang Maha Kuasa, Yang Maha Tahu rahasia hidup dan kehidupan, dengan berpegang teguh kepada agama, tidak akan salah arah, tidak akan mudah berputus asa, yang akan membuat kecewa.
Bukankah Allah dengan tegas memberikan dorongan dengan firman Nya : “ Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang orang yang beriman.  ( Q.S. Ali Imran 139 )
Begitu tepatnya Allah berfirman dengan memberi motivasi kepada orang yang beriman :
Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati ....”. Karena dari jiwa inilah berpangkal segalanya, dengan motivasi inilah jiwa akan bangkit bergerak dan beraktivitas, dan .....tidak akan bersedih hati, mengapa ?, karena orang beriman selalu beraktivitas dalam koridor kebaikan, dengan berbuat baik dalam kehidupan dalam hati akan terpuaskan, karena jiwa memang suka bila diajak kepada kebaikan.
Apalagi dalam berbuat kebaikan berakar dari keimanan, dengan demikian dalam jiwanya semakin kuat dan optimis, karena merasa nyaman dan aman karena prilakunya tidak merugikan bahkan bermanfaat bagi lingkungan : Suka memberi nasehat, senang menolong, senang mendamaikan, suka bersedekah, suka berjuang dalam menegakkan agama, mencari nafkah dengan jalan halal, tidak suka berbuat dzalim, jauh dari rasa dendam dan suka memaafkan.
Apalagi dengan beramal sholih akan dijamin pahalanya dan dijauhkan dari rasa takut dan khawatir. Maka akan membuat jiwa makin optimis, jauh dari sfat sikap putus asa.
Sesungguhnya orang orang yang beriman, mengerjakan amal sholih, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. ( Q.S. Al Baqarah 277 )     

DISERTAI ALLAH
Salah satu sikap guna menanggulangi rasa putus asa adalah merasa dekat dengan Allah, merasa disertai Allah. Sebagaimana Rasulullah s.a.w. tatkala beliau berada di dalam gua Tsur bersama sahabat Abu Bakr r.a. ketika beliau hijrah, dimana saat itu Abu Bakr sangat khawatir akan keselamatan Rasulullah s.a.w. 
Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) Maka Sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua. Di waktu dia berkata kepada temannya : " Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita ". Maka Allah menurunkan ketenangan Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al Quran menjadikan orang orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah Itulah yang tinggi, Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana( .Q.S. At Taubah 40 )

PUTUS ASA SANGAT BERBAHAYA
Sikap putus asa sangat berbahaya, disamping bisa menggagalkan rencananya, usahanya, cita citanya, akan membuat salah arah, karena keguncangan jiwanya yang lemah.
Dengan putus asa bisa mencelakakan jiwanya, karena jiwanya terasa gelap, lantaran kekecewaan yang di alaminya tidak dilawannya dengan sikap optimis, sehingga makin melemah.
Jika jiwa sudah dalam keadaan melemah, keresahan dan kekecewaan pasti akan terus dirasakannya, apalagi yang akan ditempuhnya ?, dengan peluang ini pasti setan akan membisikinya agar mencari jalan pintas yakni bunuh diri, atau paling tidak menjadi gila.

BISA BUNUH DIRI
Begini akibatnya bila jiwa dalam keadaan sempit, karena melupakan Tuhan Nya, sehingga Allah juga akan menjadikan lupa kepada dirinya, sehingga dengan mudahnya mengambil jalan pintas dengan membunuh dirinya.
“ Dan janganlah kamu seperti orang orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka Itulah orang orang yang fasik( Q.S. Al Hasyr 19 )

ORANG KAFIR BERPUTUS ASA
Begitu rendah sikap berputus asa karena merupakan sifat orang kafir.
Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir ".  ( Q.S. Yusuf 87 )
Apalagi orang kafir akan berputus asa pula ketika berada di alam kubur yang merupakan alam penantian, yang telah dinampakkan secara nyata keadaan neraka, sehingga merasa berputus asa, karena aktivitasnya di dunia terasa sia sia, tidak bermanfaat, sehingga tidak memiliki bekal untuk menghadap Yang Kuasa.
Hai orang orang yang beriman, janganlah kamu jadikan penolongmu kaum yang dimurkai Allah. Sesungguhnya mereka telah putus asa terhadap negeri akhirat sebagaimana orang orang kafir yang telah berada dalam kubur berputus asa. ( Q.S. Mumtahanah 13 )
Sebagai orang yang beriman haruslah bersikap optimis dan menjauhi keputus asaan, agar tidak hina dan selamat baik di dunia apalagi di hari kebangkitan !.


                                                                     KISAH TAULADAN
SA’AD BIN UBADAH

Nama lengkap Sa’ad bin Ubadah bin Dulaim bin Haritsah Al Khajrazi, biasa dipanggil Abu Tsabit. Di era jahiliyah bergelar Al Kamil karena pengetahuannya yang sempurna dalam bidang tulis menulis, berenang dan memanah.
Termasuk salah seorang amir terpandang di masa jahiliyah, termasuk salah seorang diantara 12 pemimpin Anshar yang terpilih dalam bai’at Aqabah 2. Termasuk pemimpin Bani Sa’adah dan pembawa panji dalam setiap peperangan.
Usai bai’at secara rahasia, orang kafir Quraisy mengetahuinya, mereka mengusir rombongan orang Anshar dan menangkap Saad bin Ubadah serta membawanya ke Mekkah dengan mengikat tangan sampai kelehernya denga tali kekang kendaraan.
Di masa jahiliyah nenek moyangnya memiliki sebuah benteng, dalam benteng tersebut diserukan : “ Siapa yang menginginkan minyak lemak dan daging, hendaklah datang ke benteng Dulaim bin Haritsah “.
Setiap hari Sa’ad selalu membawa semangkuk besar berisi tsarid dan daging kepada Nabi s.a.w.
Sa’ad pernah menemui Nabi s.a.w. dan bertanya : “ Sesungguhnya ibuku telah wafat, dan dia pernah nadzar yang belum sempat ditunaikannya, apakah ibuku mendapat pahala jika aku memerdekakan budak atas namanya ? “. Beliau menjawab : “ Merdekakan budak atas namanya ! “.
Kebiasaan waktu itu satu rumah orang Anshar didatangi satu dua orang tamu orang Muhajirin, tetapi rumah Sa’ad didatangi sampai 80 orang Anshar dan semua pada dijamunya.
Sa’ad tidak hanya memperjuangkan Islam dengan harta kekayaannya saja, namun dengan kekuatan dan kepandaiannya. Dia terkenal sebagai pemanah ulung. Dalam setiap peperangan bersama Nabi selalu berbai’at kepada Nabi bahwa dia akan selalu berjuang sampai titik darah penghabisan.
Pada saat pembebasan kota Mekkah Rasulullah s.a.w. menugaskan sebagai komandan pasukan garis depan.
Sa’ad bin Ubadah termasuk orang yang dicalonkan sebagai kholifah dari kalangan kaum Anshar, pasca wafatnya wafatnya Nabi s.a.w. Tatkala Abu Bakar, Umar dan Abu Ubaidah hadir di Saqifah Bani Sa’adah, orang orang Anshar membai’at Abu Bakar sebagai kholifah, saat itu Sa’ad bin Ubadah sedang sakit. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar