ISLAM DAN KESEHATAN
“ Dan
apabila aku sakit Dialah yang menyembuhkan aku".
( Q.S. Asy Syu’araa’ 80 )
Betapa nyaman
dan nikmat bila tubuh sehat, makan terasa nikmat dan lezat, sehingga
bekerja bisa giat, tak cepat penat, tidurpun terasa lelap.
Bayangkan
bila sakit menimpa badan, makanpun tak nyaman, apalagi tidur karena mata sulit dipejamkan, karena sekujur tubuh terasa
sakit sakitan, jika sudah demikian baru terasa betapa besar nilai karunia Tuhan
berupa kesehatan.
Oleh karena
itu menjaga kesehatan sangat diutamakan, lebih lebih agama sudah lama memberi
tuntunan, lewat ketauladanan Nabi akhir zaman.
Bukankah
Nabi sendiri berpenampilan prima : berdada bidang dan kuat, berperut tipis karena
pola makan yang tepat, sehingga jarang sakit alias sehat, karena dalam hal
makan tidak berlebihan alias cermat.
Justru kesehatan beliau karena sangat mengutamakan
kesehatan jiwanya : Iklash, sabar, syukur, qona’ah ( mencukupkan apa yang ada
), tidak berlebihan alias tamak dsb.
PENTINGNYA SEHAT
Begitu pentingnya sehat
sehingga Nabi s.a.w. sangat menekankan. Abu Bakar r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah s.a.w.
bersabda : “ Mohonlah kepada Allah keyakinan dan kesehatan, tidak ada pemberian
Allah yang terbaik setelah yakin selain kesehatan “. (
H.R. Bukhari )
ANJURAN
BEROBAT
Karena sifat
Murah Nya terhadap hamba Nya, sehingga setiap penyakit yang diciptakan diberikan
pula obatnya. Dan Nabi s.a.w. sendiri sangat menekankan untuk berobat, hanya
satu penyakit yang tiada obatnya yakni “ penyakit tua “ Hadits Ziyadah bin Alaqah dari Usamah bin Syuraik
menuturkan : “ Aku berada bersama Nabi s.a.w. kemudian datanglah sekelompok
orang Badui dan bertanya : “ Wahai Rasulullah apakah kita boleh berobat ? “,
Rasulullah s.a.w. menjawab : “ Ya wahai hamba Allah berobatlah, sesungguhnya
Allah tidak menciptakan penyakit kecuali Allah menciptakan obatnya, kecuali
satu macam penyakit “, mereka bertanya : “ Apa itu ? “, Rasulullah s.a.w.
menjawab : “ Penyakit tua “. ( H.R. Ahmad )
KE
DOKTER
Dalam sebuah riwayat dari Abu
Hurairah dikisahkan bahwa seorang Anshar terluka dalam perang Uhud, Rasulullah
s.a.w. memanggil dua orang dokter yang ada di kota Madinah, kemudian bersabda :
“ Obatilah dia ! “.
Dalam
riwayat lain ada seorang sahabat bertanya : “ Wahai Rasulullah apakah ada
kebaikan dalam ilmu kedokteran ? “, Rasulullah s.a.w. menjawab : “ Ya “.
Begitu
pula yang diriwayatkan dari Hilal bin Yasaf bahwa seorang lelaki menderita
sakit di zaman Rasulullah s.a.w. mengetahui hal itu beliau bersabda : “
Panggillah dokter ! “, kemudian Hilal bertanya : “ Wahai Rasulullah apakah dokter
bisa melakukan sesuatu untuknya ? “, “ Ya “ jawab beliau.
Hilal
meriwayatkan bahwa Rasulullah s.a.w. menjenguk orang sakit kemudian bersabda :
“ Panggillah dokter ! “, kemudian dia bertanya : “ Bahkan engkau mengatakan hal
itu wahai Rasulullah “. “ Ya “, jawab beliau.
ALTERNATIF
Dalam beberapa kasus ada yang
tidak berobat ke dokter, tetapi berusaha ke pengobatan alternatif, bolehkah
usaha ini ?. Karena
Kemurahan Nya, berbagai bidang ilmu pengobatan diberikan Allah kepada hamba Nya
dalam rangka penyembuhan ( tabib, sinshe, ahli pijat ) yang ahli dibidang :
Tusuk jarum ( akupunktur ), pijak urat, pijat refleksi, pengobatan herbal (
ramuan daun / akar / biji bijian ), jamu dan sebagainya.
Berobat
ke selain dokter boleh dilakukan, selama cara pengobatan dilakukan secara
rational ( masuk akal ), tetapi jauhi pengobatan yang bersifat klenik dan
musyrik ( irrasionil / tidak masuk akal dan bertentangan dengan keyakinan ) :
Minum air bunga tujuh rupa, merendam di waktu malam dalam sendang yang dianggap
keramat, diciprati air dari rendaman batu ajaib, diolesi keris yang katanya
bertuah ( maupun tidak bertuah ) dan sebangsanya, yang jelas jelas tidak masuk
akal !. Karena jelas bisa terjerumus kedalam kemusyrikan !.
LEBIH DICINTAI
Menjaga
kondisi tubuh agar sehat dan kuat sangat ditekankan dalam agama, sebab dengan
kondisi sehat dan kuat dapat beribadah dengan baik, dapat memperbanyak dan
meningkatkan amal sholih.
Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Seorang mukmin yang kuat
lebih baik dan lebih dicintai Allah dari pada mukmin yang lemah “. ( H.R. Muslim )
SEIZIN
ALLAH
Ketika
sakit hendaklah berikhtiar ke ahlinya dan jangan putus asa dalam berusaha
mencari kesembuhan, lebih lebih sekarang banyak dokter spesialis, dengan
demikian harapan sembuh akan lebih cepat.
Bukankah
dokter spesialis lebih khusus dan spesifik dalam menangani penyakit, karena
ilmu yang ditekuni lebih mendalam dan lebih khusus. Sehingga dalam mendiagnosis
( menyimpulkan jenis penyakit ) dan menerapi ( mengobati ) akan lebih tepat,
dengan demikian insyaa Allah kesembuhan akan lebih cepat pula.
SABAR
Ingat !,
dalam mencari kesembuhan tidak semudah membalik telapak tangan, “ maka niati dalam mencari kesembuhan dalam
rangka beribadah “. Dengan demikian dalam berobat akan terhindar dari rasa
putus asa, karena dilandasi ketekunan, kesabaran, dan kepasrahan ( tawakkal ), jika
diagnose dan terapi dokter tepat, Insyaa Allah penyakit akan sembuh dengan izin
Allah.
Nabi s.a.w. bersabda : “ Setiap penyakit pasti ada
obatnya, jika obat tepat pada penyakitnya maka ia akan sembuh dengan izin Allah
“. ( H.R. Muslim )
KISAH NYATA
Adalah seorang pasien berwatak keras alias tidak sabaran, dia menderita penyakit kencing manis, selalu mengeluh merasakan sakitnya, sehingga yang menjaga merasa lelah dan ikut menderita karena sikapnya.
Suatu saat dokter terpaksa harus memotong ujung jari kakinya, lantaran sikap tidak sabarnya, beberapa minggu kemudian menyusul diamputasi pula kakinya sampai sebatas lututnya.
Karena ketidak sabarannya apa yang terjadi ?, bukannya kesembuhan namun ......dalam hitungan bulan menyusul kematian, kasihan memang begini akibat bila penyakit dihadapi dengan ketidak sabaran.
JAUHI
YANG HARAM
Karena sikap paniknya terhadap
penyakit yang dideritanya, ditambah lagi karena sifat tidak sabar terhadap penyakit
yang dideritanya, sampai ada yang nekat berobat dengan jalan pintas, sampai
nekat meminum dzat kharom ( minuman keras, darah / dideh dsb ), na’udzu
billaahi mindzaalik !.
Hal ini sangat dilarang dalam agama, karena Nabi s.a.w.
melarang berobat dengan yang harom, bahkan beliau menekankan tetap berobat
dengan yang halal.
Abu Hurairah r.a. meriwayatkan, Nabi s.a.w.
bersabda : “ Siapa yang berobat dengan benda yang dihalalkan oleh Allah maka
itu akan menjadi kesembuhan baginya “. (
H.R. Abu Nuaim )
MENCEGAH LEBIH BAIK
Berkat keluasan dan kesempurnaan ajaran agama, prinsip
mencegah ( sebelum sakit ) sudah diajarkan sejak lama dari pada berobat (
sesudah terserang penyakit ), dengan sabdanya :
“ Jika kalian mendengar
tha’un ( wabah ) melanda disuatu daerah, jangan kalian masuk ke negeri itu, dan
jika sudah melanda disuatu daerah dan kalian berada didalamnya, maka jangan
keluar dari daerah itu ! “. ( H.R. Tirmidzi )
Imam Bukhari juga meriwayatkan bahwa Nabi s.a.w. bersabda : “ Pemilik unta
yang sakit jangan berkunjung ke pemilik unta yang sehat “. ( H.R. Bukhari dan Muslim )
Proses mencegah ini sejalan
dengan konsep kedokteran modern yang melarang orang sehat berkumpul dengan penderita
penyakit menular.
Selain itu juga mengawasi penderita penyakit menular di dalam
negeri atupun di luar negeri, terutama pada fase inkubasi ( masa berlangsung
proses masuknya bibit penyakit sampai timbulnya penyakit ), jika para dokter
mampu mencegah penderita penyakit menular masuk ke negeri mereka, mereka pasti
akan melakukannya, namun hal ini dalam pelaksanaanya tidak mudah.
Nabi
s.a.w. mempunyai pandangan jauh kedepan, bayangkan 14 abad yang lalu beliau
sudah mengajarkan yang sangat bersesuaian dengan dunia kedokteran saat ini, ini
menunjukkan bahwa beliau benar benar seorang utusan yang selalu dibimbing oleh
Allah.
DZAT
PENYEMBUH
Yang perlu diperhatikan
adalah “ sumber kesembuhan mutlak
hak Allah “. Dokter, tabib, sinshe, tukang pijat adalah manusia biasa yang hanya
berusaha “ mengobati “ agar sembuh
!.
“ Dan apabila aku sakit
Dialah yang menyembuhkan aku “. ( Q.S. As Syu’araa’ 80 )
KISAH TAULADAN
ADI BIN HATIM
Nama lengkap ‘Adiy bin Hatim bin Abdullah bin Sa’ad bin Hasyraj Ath Thai, biasa
dipanggil Abu Tharif, sebelum memeluk Islam beragama Nasrani.
Termasuk
sosok dikenal dermawan, mulia dan terpandang dikalangan kaumnya dan bangsa
Arab. Ayahnya, Hatim Ath Tha‘i terkenal dermawan dikalangan bangsa Arab. Pernah
datang berkunjung Kepada Nabi s.a.w. tahun 9 H. guna mengikrarkan diri memeluk
Islam, Rasulullah s.a.w. sangat
menghormati bila dia datang berkunjung.
Pernah
juga datang ke Madinah menemui Abu Bakar, dengan membawa hasil pungutan zakat
dari kaumnya, pasca wafatnya Nabi s.a.w. atau pasca perang menumpas orang orang
murtad.
Suatu hari
dia menemui Umar bin Al Khaththab dan bertanya : “ Wahai Amirul Mukminin apakah
anda masih mengenalku ? “, Umar menjawab : “ Tentu aku masih mengenalmu dengan
baik, anda memeluk Islam disaat kaummu masih kafir, anda mengenal Islam disaat
mereka mengingkarinya, anda menunaikan amanah disaat mereka mengkhianatinya,
dan anda maju di barisan depan disaat mereka melarikan diri dari medan tempur
“.
“ Cukup cukup wahai Amirul Mukminin “, selanya sambil merendah. Pernah ikut
dalam expedisi untuk membebaskan wilayah Irak, perang Al Qadisiyah dan perang
Al Jisr.
Asy’at bin
Qais pernah mengirim seorang utusan untuk menemui Adi bin Hatim dalam rangka
meminjam beberapa kantong air minum milik Adi, Adi mengisi semua kantong air
minum tersebut. Setelah sampai Asy’at mengutus seorang kepada Adi guna memberi
tahu bahwa dia hanya menginginkan kantong dalam keadaan kosong.
Kemudian Adi
mengirim utusan dan memberi tahu bahwa mereka tidak akan meminjamkan kantong
air dalam keadaan kosong.
Mengikuti
perang Shiffin dan bergabung dengan pasukan Ali bin Abi Thalib. Menetap di
Kuffah, sempat meriwayatkan 66 hadits dari nabi s.a.w., wafat pada 67 H.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar