Kamis, 20 November 2014

ISLAM DAN KESEHATAN



 ISLAM DAN KESEHATAN

“ Dan apabila aku sakit Dialah yang menyembuhkan aku". 
( Q.S. Asy Syu’araa’ 80 )
                
Betapa nyaman dan nikmat bila tubuh sehat, makan terasa nikmat dan lezat, sehingga bekerja bisa giat, tak cepat penat, tidurpun terasa lelap.
Bayangkan bila sakit menimpa badan, makanpun tak nyaman, apalagi tidur karena mata  sulit dipejamkan, karena sekujur tubuh terasa sakit sakitan, jika sudah demikian baru terasa betapa besar nilai karunia Tuhan berupa kesehatan.
Oleh karena itu menjaga kesehatan sangat diutamakan, lebih lebih agama sudah lama memberi tuntunan, lewat ketauladanan Nabi akhir zaman.
Bukankah Nabi sendiri berpenampilan prima : berdada bidang dan kuat, berperut tipis karena pola makan yang tepat, sehingga jarang sakit alias sehat, karena dalam hal makan tidak berlebihan alias cermat. 
Justru kesehatan beliau karena sangat mengutamakan kesehatan jiwanya : Iklash, sabar, syukur, qona’ah ( mencukupkan apa yang ada ), tidak berlebihan alias tamak dsb.

PENTINGNYA SEHAT
Begitu pentingnya sehat sehingga Nabi s.a.w. sangat menekankan. Abu Bakar r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Mohonlah kepada Allah keyakinan dan kesehatan, tidak ada pemberian Allah yang terbaik setelah yakin selain kesehatan “. ( H.R. Bukhari )

ANJURAN BEROBAT
Karena sifat Murah Nya terhadap hamba Nya, sehingga setiap penyakit yang diciptakan diberikan pula obatnya. Dan Nabi s.a.w. sendiri sangat menekankan untuk berobat, hanya satu penyakit yang tiada obatnya yakni “ penyakit tua “ Hadits Ziyadah bin Alaqah dari Usamah bin Syuraik menuturkan : “ Aku berada bersama Nabi s.a.w. kemudian datanglah sekelompok orang Badui dan bertanya : “ Wahai Rasulullah apakah kita boleh berobat ? “, Rasulullah s.a.w. menjawab : “ Ya wahai hamba Allah berobatlah, sesungguhnya Allah tidak menciptakan penyakit kecuali Allah menciptakan obatnya, kecuali satu macam penyakit “, mereka bertanya : “ Apa itu ? “, Rasulullah s.a.w. menjawab : “ Penyakit tua “. ( H.R. Ahmad )

KE DOKTER
Dalam sebuah riwayat dari Abu Hurairah dikisahkan bahwa seorang Anshar terluka dalam perang Uhud, Rasulullah s.a.w. memanggil dua orang dokter yang ada di kota Madinah, kemudian bersabda : “ Obatilah dia ! “.
Dalam riwayat lain ada seorang sahabat bertanya : “ Wahai Rasulullah apakah ada kebaikan dalam ilmu kedokteran ? “, Rasulullah s.a.w. menjawab : “ Ya “.
Begitu pula yang diriwayatkan dari Hilal bin Yasaf bahwa seorang lelaki menderita sakit di zaman Rasulullah s.a.w. mengetahui hal itu beliau bersabda : “ Panggillah dokter ! “, kemudian Hilal bertanya : “ Wahai Rasulullah apakah dokter bisa melakukan sesuatu untuknya ? “, “ Ya “ jawab beliau.
Hilal meriwayatkan bahwa Rasulullah s.a.w. menjenguk orang sakit kemudian bersabda : “ Panggillah dokter ! “, kemudian dia bertanya : “ Bahkan engkau mengatakan hal itu wahai Rasulullah “. “ Ya “, jawab beliau.

ALTERNATIF
Dalam beberapa kasus ada yang tidak berobat ke dokter, tetapi berusaha ke pengobatan alternatif, bolehkah usaha ini ?. Karena Kemurahan Nya, berbagai bidang ilmu pengobatan diberikan Allah kepada hamba Nya dalam rangka penyembuhan ( tabib, sinshe, ahli pijat ) yang ahli dibidang : Tusuk jarum ( akupunktur ), pijak urat, pijat refleksi, pengobatan herbal ( ramuan daun / akar / biji bijian ), jamu dan sebagainya.
Berobat ke selain dokter boleh dilakukan, selama cara pengobatan dilakukan secara rational ( masuk akal ), tetapi jauhi pengobatan yang bersifat klenik dan musyrik ( irrasionil / tidak masuk akal dan bertentangan dengan keyakinan ) : Minum air bunga tujuh rupa, merendam di waktu malam dalam sendang yang dianggap keramat, diciprati air dari rendaman batu ajaib, diolesi keris yang katanya bertuah ( maupun tidak bertuah ) dan sebangsanya, yang jelas jelas tidak masuk akal !. Karena jelas bisa terjerumus kedalam kemusyrikan !.   

LEBIH DICINTAI
Menjaga kondisi tubuh agar sehat dan kuat sangat ditekankan dalam agama, sebab dengan kondisi sehat dan kuat dapat beribadah dengan baik, dapat memperbanyak dan meningkatkan amal sholih.
Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah dari pada mukmin yang lemah “. ( H.R. Muslim )      

SEIZIN ALLAH
Ketika sakit hendaklah berikhtiar ke ahlinya dan jangan putus asa dalam berusaha mencari kesembuhan, lebih lebih sekarang banyak dokter spesialis, dengan demikian harapan sembuh akan lebih cepat.
Bukankah dokter spesialis lebih khusus dan spesifik dalam menangani penyakit, karena ilmu yang ditekuni lebih mendalam dan lebih khusus. Sehingga dalam mendiagnosis ( menyimpulkan jenis penyakit ) dan menerapi ( mengobati ) akan lebih tepat, dengan demikian insyaa Allah kesembuhan akan lebih cepat pula.  

SABAR
Ingat !, dalam mencari kesembuhan tidak semudah membalik telapak tangan, “ maka niati dalam mencari kesembuhan dalam rangka beribadah “. Dengan demikian dalam berobat akan terhindar dari rasa putus asa, karena dilandasi ketekunan, kesabaran, dan kepasrahan ( tawakkal ), jika diagnose dan terapi dokter tepat, Insyaa Allah penyakit akan sembuh dengan izin Allah.
Nabi s.a.w. bersabda : “ Setiap penyakit pasti ada obatnya, jika obat tepat pada penyakitnya maka ia akan sembuh dengan izin Allah “. ( H.R. Muslim )

KISAH NYATA
Adalah seorang pasien berwatak keras alias tidak sabaran, dia menderita penyakit kencing manis, selalu mengeluh merasakan sakitnya, sehingga yang menjaga merasa lelah dan ikut menderita karena sikapnya.
Suatu saat dokter terpaksa harus memotong ujung jari kakinya, lantaran sikap tidak sabarnya, beberapa minggu kemudian menyusul diamputasi pula kakinya sampai sebatas lututnya. 
Karena ketidak sabarannya apa yang terjadi ?, bukannya kesembuhan namun ......dalam hitungan bulan menyusul kematian, kasihan memang begini akibat bila penyakit dihadapi dengan ketidak sabaran.    

JAUHI YANG HARAM
Karena sikap paniknya terhadap penyakit yang dideritanya, ditambah lagi karena sifat tidak sabar terhadap penyakit yang dideritanya, sampai ada yang nekat berobat dengan jalan pintas, sampai nekat meminum dzat kharom ( minuman keras, darah / dideh dsb ), na’udzu billaahi mindzaalik !. 
Hal ini sangat dilarang dalam agama, karena Nabi s.a.w. melarang berobat dengan yang harom, bahkan beliau menekankan tetap berobat dengan yang halal.
Abu Hurairah r.a. meriwayatkan, Nabi s.a.w. bersabda : “ Siapa yang berobat dengan benda yang dihalalkan oleh Allah maka itu akan menjadi kesembuhan baginya “. ( H.R. Abu Nuaim ) 

MENCEGAH LEBIH BAIK
Berkat keluasan dan kesempurnaan ajaran agama, prinsip mencegah ( sebelum sakit ) sudah diajarkan sejak lama dari pada berobat ( sesudah terserang penyakit ), dengan sabdanya :
“ Jika kalian mendengar tha’un ( wabah ) melanda disuatu daerah, jangan kalian masuk ke negeri itu, dan jika sudah melanda disuatu daerah dan kalian berada didalamnya, maka jangan keluar dari daerah itu ! “. ( H.R. Tirmidzi ) 
Imam Bukhari juga meriwayatkan bahwa Nabi s.a.w. bersabda : “ Pemilik unta yang sakit jangan berkunjung ke pemilik unta yang sehat “. ( H.R. Bukhari dan Muslim ) 
Proses mencegah ini sejalan dengan konsep kedokteran modern yang melarang orang sehat berkumpul dengan penderita penyakit menular. 
Selain itu juga mengawasi penderita penyakit menular di dalam negeri atupun di luar negeri, terutama pada fase inkubasi ( masa berlangsung proses masuknya bibit penyakit sampai timbulnya penyakit ), jika para dokter mampu mencegah penderita penyakit menular masuk ke negeri mereka, mereka pasti akan melakukannya, namun hal ini dalam pelaksanaanya tidak mudah.
Nabi s.a.w. mempunyai pandangan jauh kedepan, bayangkan 14 abad yang lalu beliau sudah mengajarkan yang sangat bersesuaian dengan dunia kedokteran saat ini, ini menunjukkan bahwa beliau benar benar seorang utusan yang selalu dibimbing oleh Allah.

DZAT PENYEMBUH
Yang perlu diperhatikan adalah  “ sumber kesembuhan mutlak hak Allah “. Dokter, tabib, sinshe, tukang pijat adalah manusia biasa yang hanya berusaha “ mengobati “ agar sembuh !.  
“ Dan apabila aku sakit Dialah yang menyembuhkan aku “.  ( Q.S. As Syu’araa’ 80 )


KISAH TAULADAN
                                                    ADI BIN HATIM

Nama lengkap ‘Adiy bin Hatim bin Abdullah bin Sa’ad bin Hasyraj Ath Thai, biasa dipanggil Abu Tharif, sebelum memeluk Islam beragama Nasrani.
Termasuk sosok dikenal dermawan, mulia dan terpandang dikalangan kaumnya dan bangsa Arab. Ayahnya, Hatim Ath Tha‘i terkenal dermawan dikalangan bangsa Arab. Pernah datang berkunjung Kepada Nabi s.a.w. tahun 9 H. guna mengikrarkan diri memeluk Islam, Rasulullah s.a.w. sangat menghormati bila dia datang berkunjung.
Pernah juga datang ke Madinah menemui Abu Bakar, dengan membawa hasil pungutan zakat dari kaumnya, pasca wafatnya Nabi s.a.w. atau pasca perang menumpas orang orang murtad.
Suatu hari dia menemui Umar bin Al Khaththab dan bertanya : “ Wahai Amirul Mukminin apakah anda masih mengenalku ? “, Umar menjawab : “ Tentu aku masih mengenalmu dengan baik, anda memeluk Islam disaat kaummu masih kafir, anda mengenal Islam disaat mereka mengingkarinya, anda menunaikan amanah disaat mereka mengkhianatinya, dan anda maju di barisan depan disaat mereka melarikan diri dari medan tempur “. 
“ Cukup cukup wahai Amirul Mukminin “, selanya sambil merendah. Pernah ikut dalam expedisi untuk membebaskan wilayah Irak, perang Al Qadisiyah dan perang Al Jisr.
Asy’at bin Qais pernah mengirim seorang utusan untuk menemui Adi bin Hatim dalam rangka meminjam beberapa kantong air minum milik Adi, Adi mengisi semua kantong air minum tersebut. Setelah sampai Asy’at mengutus seorang kepada Adi guna memberi tahu bahwa dia hanya menginginkan kantong dalam keadaan kosong. 
Kemudian Adi mengirim utusan dan memberi tahu bahwa mereka tidak akan meminjamkan kantong air dalam keadaan kosong.
Mengikuti perang Shiffin dan bergabung dengan pasukan Ali bin Abi Thalib. Menetap di Kuffah, sempat meriwayatkan 66 hadits dari nabi s.a.w., wafat pada 67 H.
                               


    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar