SURO BULAN SAKRAL ?
“ Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji mereka
berkata : " Kami mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu
dan Allah menyuruh kami mengerjakannya. " Katakanlah : " Sesungguhnya
Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji mengapa kamu
mengada adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui ? ".
( Q.S. Al A’raaf 28 )
Hadirnya bulan Muharam sebagai tahun baru Islam, disebut sebagai salah satu
bulan yang baik. Tetapi mengapa tradisi Jawa menyambut bulan yang dikenal
dengan sebutan bulan Suro ini dengan penuh kekhawatiran dan ketakutan ?, bahkan
banyak pula umat islam yang ikut ikutan !.
Bulan Muharam adalah bulan pertama dalam sistem kalender islam sebagai
bulan pembuka, kehadirannya menjadi momentum penting bagai umat Islam
sebagai sarana untuk muhasabah ( introspeksi ) terhadap langkah langkah yang
telah dilakukan guna melangkah kedepan yang lebih baik.
KEUTAMAAN BULAN SURO
Ada beberapa keutamaan bulan Muharam. Pertama, dalam Al Qur’an Allah s.w.t.
menegaskan bahwa bulan Muharam termasuk salah satu dari empat bulan yang
disucikan, tiga yang lain adalah Dzulqa’dah, Dzuhijjah, dan Rajab. Sebagaimana
firman Allah : “ Sesungguhnya jumlah
bulan pada sisi Allah itu ialah 12 bulan, sejak Allah menciptakan langit dan
bumi, diantaranya empat bulan haram “. ( Q.S. At Taubah 36 )
Kedua, pada bulan ini tepatnya pada tanggal 10 Muharam, Allah menyelamatkan
Nabi Musa dari kejaran Firaun. Rasulullah s.a.w. menetapkan puasa pada tanggal
10 Muharam sebagai kesyukuran atas pertolongan Allah. Dalam Hadits yang
diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a. Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Sebaik baiknya puasa setelah
Ramadlan adalah puasa pada bulan Muharam. Dan sebaik baik ibadah setelah ibadah
wajib adalah shalat malam “. ( H.R. Muslim )
Ketiga, Bulan Muharam disebut juga bulan suci, karena pada zaman
dahulu segala peperangan dihentikan mengingat umat islam sedang fokus
melaksanakan ibadah haji. “ Zaman dahulu memang ada semacam perjanjian yang
menyebut tidak ada peperangan di bulan Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan Muharam,
karena di bulan itu umat Islam sedang beribadah Haji “.
PUASA ASYURA
Saking kurangnya pemaham umat Islam terhadap ajaran
agamanya, yang seharusnya ditonton justru dijadikan tuntunan, demikian pula
sebaliknya, yang seharusnya tuntunan justru dijadikan tontonan.
Diantaranya ialah tuntunan ibadah puasa yang jarang
diketahui apalagi diamalkan kaum muslimin, yakni puasa Tasyu’a dan Asyura ( 9
& 10 Muharam ).
Dari Ibnu Abbas r.a. berkata : “ Nabi saw datang ke Madinah, dan
dilihatnya orang-orang yang yahudi berpuasa pada hari Asyuro ( Kesepuluh ).
Maka Nabi bertanya : “ Ada apa ini ? “. mereka menjawab : “ Ini hari baik,
disaat mana Allah menyelamatkan Nabi Musa dan Bani Israil dari musuh mereka,
hingga dipuasakan oleh Nabi Musa “. Maka sabda Nabi saw : “ Maka saya
lebih berhak terhadap Musa daripada kamu “. Kemudian beliau berpuasa pada hari
itu dan memerintahkan kaum muslim berpuasa. ( H.R. Bukhari dan Muslim )
Dari Ibnu Abbas r.a. : “ Tatkala Rasulullah saw berpuasa pada hari Asyuro ( kesepuluh ) dan beliau
memerintahkan berpuasa, mereka ( para sahabat ) berkata : “ Ya Rasulullah, itu
adalah hari yang dibesarkan oleh orang Yahudi dan Nasrani !”. Maka Nabi
bersabda : “ Jika datang tahun depan Insya Allah kita berpuasa pada hari
kesembilan ( Tasyu’a )”. Kata Ibnu Abbas : “ Maka belum lagi datang tahun
depan, Rasulullah saw wafat “. ( H.R. Bukhari dan Muslim ).
Walaupun Nabi tidak sempat melaksanakan puasa pada 9 Muharam ( karena wafat
), tetapi karena beliau sudah menyabdakan, berarti sudah menjadi ketetapan,
dengan demikian puasa Muharam menjadi 2 hari ( 9 & 10 Muharom ). Untuk
itulah mari diamalkan, sampaikan dan anjurkan pada teman, sanak dan family dan
keluarga agar melaksanakan puasa tersebut agar tuntunan Nabi semakin hidup dan
tersiar.
BANYAK PERISTIWA PENTING
Dibulan Suro terjadi beberapa peristiwa penting, disamping hijrahnya
Rasulullah ke Madinah, Nabi Musa juga diselamatkan Allah dari kejaran
Firaun. Nabi Nuh diselamatkan Allah dari banjir. Nabi Yunus dikeluarkan dari
perut ikan. Termasuk disyariatkannya Ibadah puasa tasyu’a dan ‘asyura.
Ironisnya dibulan yang demikian mulia disisi agama ini justru banyak umat
Islam yang takut dan hawatir melaksanakan kegiatan yang baik, innaa lillaahi wa
innaa ilaihi rooji’un.
BUDAYA HINDU
K.H. Makruf Amin ( Ketua Komisi Fatwa MUI ), bahkan
meminta agar umat islam tidak lagi mempercayai adanya larangan menikah di bulan
Suro, karena budaya itu lahir dari nenek moyang yang berasal dari budaya Hindu.
Apalagi, Al Qur’an tidak pernah menjelaskan larangan tersebut. “ Islam melarang
umatnya berbuat syirik ( mempercayai sesuatu di luar ajaran islam ) ”.
ADAT JAWA
Prof. Din Syamsudin, selaku ketua PP Muhammadiyah mengatakan, kepercayaan
adanya larangan larangan menikah di bula Suro berakar dari budaya masyarakat
muslim Jawa. Para orang tua melarang anaknya agar tidak menikah di bulan Suro
karena menghadirkan musibah.
KEPERCAYAAN YAHUDI DAN JAHILIYAH
Ketua Komisi Fatwa MUI, KH Makruf Amin, menyatakan tidak benar jika umat
Islam dilarang menikah di bulan Muharam. Pasalnya, Islam tidak melarang,
apalagi dalam hadits Rasulullah tidak ada penjelasan.
“ Saya belum menemukan hadits Rasul yang melarang menikah di bulan Muharam.
Yang ada hanya kepercayaan orang Jawa bahwa menikah di bulan Suro akan
mendatangkan musibah “, kata Makruf Amin.
DARI BUDAYA JAHILIYAH
Sebenarnya kepercayaan tersebut berawal dari budaya jahiliyah. Di mana
sebelum Islam datang, orang Yahudi melarang ada peperangan, persengketaan, dan
hajatan di bulan Suro. Mereka beralasab bulan Suro mendatangkan bahaya. Namun
sejak Rasulullah lahir dan membawa Islam, budaya tersebut telah dihapus Rasul
dengan anjuran untuk berpuasa pada 10 Muharam. “ Rasulullah menganjurkan umat
Islam untuk puasa, sementara larangan menikah tidak ada “, katanya.
KEYAKINAN SALAH
Sementara itu, pakar antropolgi budaya Dr Ismail Muzakki mengatakan,
kepercayaan menikah di bulan Suro mendatangkan musibah adalah kepercayaan yang
salah.
Alasannya, kepercayaan tersebut berdasarkan pengalaman semata tanpa ada
penelitian dan kaitan sejarahnya. Apalagi ada sebagian orang justru menikah di
bulan Suro. “ Saya melihat orang yang tinggal di kota besar ada yang menikah di
bulan Suro. Kenyataannya, keluarga mereka baik baik saja “, jelasnya.
Ditambahkan Ismail, kepercayaan semacam itu seharusnya bisa dibuktikan
secara kasat mata, atau jika tidak, harus diubah. Karena pada jaman Jahiliyah,
umat Yahudi percaya bahwa bulan Suro adalah bulan sial.
Alasannya, banyak peristiwa peperangan yang tewas di bulan Suro. Atas
peristiwa tersebut, orang Yahudi percaya dan melarang anak anaknya untuk melakukan
peperangan karena khawatir kalah.
“ Saya kira larangan menikah di bulan Suro dikaitkan dengan peristiwa zaman
jahiliyah. Umat Islam harus mengubah image itu dengan merujuk pada Al Qur’an “.
KISAH NYATA
Pada tahun 1995 kami diserahi melamar oleh salah
seorang jama'ah ( seorang muallaf ), ketika itu bertepatan bulan syuro.
" Bapak kami berniat meminang putri bapak untuk
jama'ah kami ini ( sambil memperkenalkan kepada sang muallaf ), bila diterima
kami juga mohon agar pernikahan dilangsungkan dengan segera ", pinta kami.
DITOLAK
Diluar dugaan si bapak menjawab : " Tidak bisa
". Kami bertanya : " Mengapa bapak ? ", " Karena tidak
baik ! ", jawab beliau.
Sebenarnya
kami tahu alasan penolakannya, karena saat itu bulan syuro. Namun kami dengan
rendah hati terus mengejarnya dengan pertanyaan alasan penolakannya.
Akhirnya
beliau menjawab : " Tidak baik karena bulan syuro ". Nah ternyata
dugaan kami benar kan.
Kemudian
kami melanjutkan dengan pertanyaan : " Jika demikian mengapa dengan bulan
syuro ? ", dengan pertanyaan ini rupanya beliau tidak bisa menjawab.
DAPAT
HIDAYAH
Akhirnya
dengan rendah hati kami bertanya : " Bapak beragama Islam kan ? ",
beliau menganggukkan kepala. " Bapak, bukankah hidup mati, rizki Allah
yang menentukan ? ", beliau menganggukkan kepala.
Alhamdulillah
rupanya hidayah Allah masuk, sehingga beliau berkata : " Ya sudah saya
setuju ".
PERKAWINAN
DI BULAN SYURO
Akhirnya
terjadilah pernikahan sekaligus acara resepsi berlangsung di rumah makan
Handayani di jalan Kertajaya Surabaya di bulan syuro.
BAHAGIA
Apa yang
terjadi kemudian ?, ternyata sampai sekarang hidupnya bahagia dikaruniai 3 anak
putri, rumahnya indah, mobilnya dua, punya perusahaan expedisi pula.
Dari
kisah nyata diatas ternyata bahwa bulan syuro ternyata tidak membawa sial,
bahkan Allah menata kehidupan hamba Nya makin bahagia.
TINGGALKAN KEPERCAYAAN TIDAK BERDASAR
Atas dasar kepercayaan yang tidak berdasar inilah banyak orang yang tidak
berani mantu pada bulan Suro ini, na’udzu billahi mindzalik ( kami berlindung
kepada Allah dari yang demikian itu).
Bahkan pada bulan Suro banyak dilakukan acara yang sangat bertentangan
dengan ajaran Islam : menjamas gaman ( memandikan keris ), membuat bubur suro,
ruwatan masal ( acara menolak balak ) dengan ritual mengadakan pagelaran wayang
kulit, pemotongan rambut dan selamatan agar dihindarkan dari bencana ?!.
Masya Allah, ini jelas bertentangan dengan ajaran Islam. Kaum muslimin
hendaklah waspada terhadap jebakan-jebakan setan, pada hakekatnya mereka hanya
melakukan ritual yang tidak berdasar, hanya menurut sangkaan, hanya mengikuti
adat para nenek moyang mereka yang tidak punya dasar, sebagaimana firman Allah
tersebut diatas.
Bagi yang pernah melakukan segeralah istighfar ( minta ampun) kepada Allah.
WASPADAI JEBAKAN SETAN
Rupanya tipu daya setan sekarang semakin berhasil,
lebih lebih ditunjang dan disemarakkan dengan adanya tayangan TV, media pers
dan lain lain.
Mari senantiasa berpegang teguh pada sunnah Nabi dan
firman Allah, agar tidak terjebak ke dalam jebakannya, karena setan punya misi
yang licik dan canggih.
“ Iblis berkata : " Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau
telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang
baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka
semuanya “. ( Q.S. Al Hijr : 39 )
Semoga Allah selalu memberikan hidayah Nya, agar mereka kembali ke jalan
yang benar. Dan me lindungi kita dari godaan godaan setan yang terkutuk, Amin.
KISAH TAULADAN
BERKAT TAAT PADA IBUNDA BERHASIL
MERAIH SPESIALIS BEDAH
MERAIH SPESIALIS BEDAH
Adalah seorang anak sholih hidup di Surabaya, sangat taat pada kedua orang
tuanya, ketika S.D. sang ayah meninggal dunia. Kematian sang ayah tak
menyurutkan tekadnya untuk tetap sekolah, dengan cara berjualan kurma di Ampel
Gubah di ujung kampungnya.
Karena sayangnya kepada sang bunda, berjualan kurma tetap dilakukan guna
memenuhi kebutuhan sekolah sampai di tingkat S.M.P hingga S.M.A. Ketika tamat
S.M.A bercita cita kuliah ke I.T.B., karena dia suka tehnologi dan tidak suka
pelajaran yang bersifat hafalan. Namun ketika meminta izin, sang ibu justru
berkata : “ Saya ingin punya anak seorang dokter “.
Berkat keinginan sang bunda yang selalu terngiang ditelinganya, takut pula
bila sang ibu kecewa. Maka seketika keinginannya dirubah, padahal dia sangat
takut bila melihat darah, akhirnya dia mendaftar di fakultas
kedokteran Universitas Airlangga Surabaya.
Berkat ketaatannya pada sang ibunda, dengan izin Allah akhirnya titel
dokter berhasil disandangnya, walau semula fakultas kedokteran justru tidak
diingininya.
Setelah lulus kuliah di Universitas Airlangga Surabaya, ada pendaftaran
untuk mengikuti bea siswa program S.2., khusunya bagi yang berprestasi dan
tidak punya, fikirnya apa salahnya bila ikut guna meringankan beban
ibunya.
Namun diluar dugaan, ketika meminta izin justru sang bunda menasehati
dengan tegasnya, sekaligus merupakan cambuk bagi kehidupan masa depannya : “
Afif biasakan dirimu jadi manusia suka memberi jangan suka meminta, jangan
jadikan dirimu merasa tak punya, jangan menanamkan pada dirimu rasa rendah
diri, jadilah manusia optimis ! “.
Begitu mulia petuah sang bunda dengan memberikan motifasi bernuansa agama,
nuansa sebagai manusia muslim yang suka berusaha, suka memberi tidak suka
meminta, dan bermanfaat bagi sesama, begitu tinggi dan mulia nasehat sang
bunda. Sehingga membuat dr. Afif benar benar termotifasi, untuk selalu berjuang
dan berusaha.
Akhirnya dr. Afif meneruskan kuliah di program S.2. di bagian specialis
bedah dengan biaya dari sang bunda. Dan Alhamdulillah sekarang berhasil menjadi
dokter specialis bedah.
Begitu mulia bila seorang anak patuh pada orang tua, sehingga bisa meraih
apa yang dicita citakannya. Sebagai Dzat Yang Maha Segalanya, Allah Maha Kuasa
pula menetapkan Ketentuan Nya.
DO’A UNTUK KELUARGA
“ Ya Tuhan kami anugrahkanlah kepada kami isteri isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami) dan jadikanlah kami imam bagi orang orang yang taqwa “.
( Q.S.Al Furqan 74 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar