JANGAN BIARKAN JIWA TERSIKSA
“ Muhammad itu adalah utusan Allah dan
orang orang yang bersama dengan dia adalah tegas terhadap orang orang kafir,
tetapi berkasih sayang terhadap sesama mereka, kamu lihat mereka ruku’ dan
sujud mencari karunia Allah dan keridhoan Nya. Tanda tanda mereka tampak pada
muka mereka dari bekas sujud ( air mukanya menampakkan keimanan, kesucian dan
keramahan ).….”.
( Q.S. Al Fath 28 )
Islam bisa berkembang luas
diseluruh dunia, berkat pendekatan, berkat sentuhan, berkat kehalusan budi,
bukan dengan kekasaran, kekerasan, apalagi pemaksaan.
Dengan kelembutan dan kehalusan akhlak, akan mudah tersentuh untuk
menerima kebenaran, karena jiwa pada hakekatnya suka pada kelembutan dan
kehalusan, maka Nabi s.a.w. mengajarkan bahwa Allah suka pada segala
sesuatu yang dilakukan dengan kelembutan.
Dengan kelembutan, kehalusan jiwa akan terasa nyaman, tenang dan bahagia, bahkan jiwa akan tersiksa bila diajak sebaliknya, karena memang demikian fithrahnya.
Agar jiwa tidak tersiksa, hal hal dibawah ini perlu diperhatikan dan diwaspadai.
Agar jiwa tidak tersiksa, hal hal dibawah ini perlu diperhatikan dan diwaspadai.
IBADAH MEMBENTUK AKHLAKUL KARIMAH
Agama Islam sangat menekankan pada nilai nilai akhlak, pada perilaku yang santun dan
terpuji. Sehingga sepak terjang umat Islam dapat dikenal berkat perilakunya
yang mulia, yang bermanfaat, sehingga membuat orang lain selamat.
Ibadah pada hakekatnya membentuk akhlakul karimah ( akhlak mulia ), sebagaimana pada firman Allah tersebut diatas : " tandanya nampak pada
wajah mereka karena bekas sujud ( sholat ) ".
Berkat ibadahnya pula akan menjadikan tercegah dari kekeji an dan kemunkaran.
" ..... Dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan ". ( Q.S. Al Ankabut 45 )
" ..... Dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan ". ( Q.S. Al Ankabut 45 )
BAGAI KUMBANG, SELAMAT DAN
MENYELAMATKAN
Rasulullah s.a.w. ribuan tahun silam
sudah memberikan gambaran identitas seorang muslim, sebagai satu figur yang
sejuk, aman dan menyelamatkan, sehingga membuat orang lain terhindar dari gangguan lidah dan tangannya.
Dari ‘Abdullah
bin ‘Amr bin Al ‘Ash r.a. berkata,
Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Orang
Islam adalah orang yang mana kaum muslimin terhindar dari gangguan lidah dan
tangannya, sedangkan orang yang hijrah adalah orang yang meninggalkan segala
apa yang dilarang Allah “. (
Riwayat Bukhari dan Muslim )
Kehadiran seorang muslim bak
seekor kumbang, bila datang takkan merusak dan menyerang, justru mengambil dzat
gula yang ada di bunga dan memindahkan serbuknya guna dikawinkan, bahkan diperutnya mengandung madu yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Akankah manusia yang lebih mulia dari kumbang, kalah dengan kumbang ?.
Akankah manusia yang lebih mulia dari kumbang, kalah dengan kumbang ?.
BERMANFAAT
Seorang muslim akan bermanfaat bila jiwanya dijaga dan dipelihara, bukan dibiarkan menuruti nafsu yang cenderung kepada kefasikan.
Maka sejak awal Nabi s.a.w. sudah memberikan rambu rambu larangan jangan sampai dilanggar, karena akan merusak pada perkembangan jiwa.
Maka sejak awal Nabi s.a.w. sudah memberikan rambu rambu larangan jangan sampai dilanggar, karena akan merusak pada perkembangan jiwa.
JANGAN MENGEJEK
Agama Islam akan tegak dan
berkembang bila akhlak dijunjung tinggi para pemeluknya, tanpa akhlak jangan
diharap islam akan berkembang, sikap para pemeluknya akan ikut menentukan pandangan orang pada nilai agama yang dipeluknya.
Maka hal hal yang harus dihindari adalah sikap suka mengejek, karena termasuk kejahatan.
Dari Abu
Hurairah r.a bahwasannya Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Seseorang itu cukup
dianggap jahat bila ia mengejek saudaranya sesama muslim “. ( Riwayat Muslim )
Sifat mengejek dilakukan karena dirinya merasa lebih pintar, merasa lebih sempurna, sifat ini sangat berbahaya karena akan sulit menerima masukan dan nasehat, sehingga jiwanya terumbar tak terkontrol.
Jika sifat suka mengejek ini diumbar terus menerus, akan membuat jiwanya sakit, artinya jiwanya tidak akan berkembang sehat, karena merasa benar sendiri, sehingga membuatnya sikap suka mengejek orang lain.
Dengan demikian akan membuat orang makin tidak suka kepadanya, orang sama menjauhi, karena takut diejek, dihina, disepelehkan, bahaya dan rugi kan !.
Dengan demikian akan membuat orang makin tidak suka kepadanya, orang sama menjauhi, karena takut diejek, dihina, disepelehkan, bahaya dan rugi kan !.
JANGAN MENYAKITI
Lantaran terlampau cintanya kepada dunia dan memperturutkan hawa nafsunya, sehingga lupa kepada kebenaran. Berakibat sikap dzalim jadi langganan, jika sudah demikian orang lain jelas jadi korban, buat dia yang penting menghasilkan.
Bukankah sikap menyakiti termasuk memikul kebohongan dan termasuk melakukan dosa yang nyata !.
“ Dan orang orang yang menyakiti orang orang yang beriman baik laki laki maupun perempuan tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata ”. ( Q.S. Al Ahzab 58 )
Bukankah sikap menyakiti termasuk memikul kebohongan dan termasuk melakukan dosa yang nyata !.
“ Dan orang orang yang menyakiti orang orang yang beriman baik laki laki maupun perempuan tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata ”. ( Q.S. Al Ahzab 58 )
Akibat tidak biasa memelihara jiwanya, prilakunya tidak terkontrol, berbuat dzalim jadi langganan. Padahal termasuk dosa besar, betapa bahayanya akibat tidak bisa memelihara keluhuran jiwa !.
JAUHI PRASANGKA DAN HASUD
Bila jiwa ingin tenang dan bahagia, jauhi pula sikap suka berprasangka, suka mencari cari kesalahan orang lain, suka berdebat, saling hasud, saling benci, namun tanamkan rasa persaudaraan.
Sehingga akan jauh dari sifat menganiaya, menghina dan mengejek. Begitu detail Nabi s.a.w. mengajarkan tentang memelihara keluhuran jiwa.
Sehingga akan jauh dari sifat menganiaya, menghina dan mengejek. Begitu detail Nabi s.a.w. mengajarkan tentang memelihara keluhuran jiwa.
Dari Abu
Hurairah r.a. bahwasannya Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Jauhilah olehmu
sekalian berprasangka itu karena sesungguhnya prasangka itu adalah
sedusta dusta pembicaraan, serta janganlah kamu sekalian meraba raba dan
mencari cari kesalahan orang lain, janganlah kamu sekalian saling berdebat,
saling hasud menghasud, saling benci membenci dan belakang membelakangi, tetapi
jadilah kamu sekalian hamba Allah yang bersaudara sebagaimana yang
diperintahkan kepadamu. Orang Islam yang satu adalah saudara Islam yang lain,
ia tidak boleh menganiayanya, menghinanya dan mengejeknya. Takwa itu berada
disini, takwa itu berada di sini…”. ( H.R. Muslim )
Hati jangan dikotori dengan prasanggka, hasud, benci membenci, karena akan sangat menyakitkan.
Jika sifat ini tidak dijauhi akan membuat jiwa makin sakit, jiwa kecewa, merana, karena jiwa pada dasarnya tidak suka dan akan menderita bila diajak kepada sifat sifat tersebut.
Maka biasakan melatih hati kembali kepada tuntunan yang diajarkan Nabi s.a.w., pasti akan nyaman, akan tenang !.
HATI JADI PATOKAN
Begitu berharganya kehormatan seorang Muslim, sehingga harus dijaga jangan sampai diejek, karena dianggap jahat, bahkan haram mengganggu darahnya.
dikatakan Nabi s.a.w. dianggap sebagai kejahatan bila mengejek saudaranya sesama muslim, apalagi sampai melukai atau membunuhnya hukumnya haram.
dikatakan Nabi s.a.w. dianggap sebagai kejahatan bila mengejek saudaranya sesama muslim, apalagi sampai melukai atau membunuhnya hukumnya haram.
Beliau menunjuk ke arah
dadanya, lantas bersabda : “……. Seorang itu cukup dianggap jahat bila ia
mengejek saudaranya sesama muslim. Setiap muslim terhadap muslim yang lain itu
haram mengganggu darahnya, kehormatan dirinya dan harta bendanya. Sesungguhnya
Allah tidak memandang kepada keadaan tubuhmu dan tidak memandang kepada
bentukmu serta juga tidak memandang kepada amal amal perbuatanmu tetapi Allah
memandang kepada hatimu ”. (
H.R.Muslim )
Oleh karena itu mari sama merenung,
sudahkah kita kembali kehati atau jiwa, jiwa sebagai penentu sikap atau
prilaku, sebab dari jiwa inilah segalanya akan ditentukan.
Maka jiwa harus benar benar dijaga, dipelihara, sudahkah kembali kepada tuntunan yang mengajarkan kehalusan budi ?, ketinggian ahlak ?, ahlak yang mulia ?.
Saling menghormati, menyayangi, memulyakan sesama muslim, menjauhi prasangka, jauh dari hasud dan sebangsanya jika belum mumpung jiwa masih dikandung badan, mari segera memperbaiki, untuk bekal kelak dikemudian hari.
Maka jiwa harus benar benar dijaga, dipelihara, sudahkah kembali kepada tuntunan yang mengajarkan kehalusan budi ?, ketinggian ahlak ?, ahlak yang mulia ?.
Saling menghormati, menyayangi, memulyakan sesama muslim, menjauhi prasangka, jauh dari hasud dan sebangsanya jika belum mumpung jiwa masih dikandung badan, mari segera memperbaiki, untuk bekal kelak dikemudian hari.
Camkan akhir kalimat hadits tersebut diatas :
"....Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada keadaan tubuhmu dan tidak memandang kepada bentukmu serta juga tidak memandang kepada amal amal perbuatanmu tetapi Allah memandang kepada hatimu ”.
"....Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada keadaan tubuhmu dan tidak memandang kepada bentukmu serta juga tidak memandang kepada amal amal perbuatanmu tetapi Allah memandang kepada hatimu ”.
Begitu tinggi nilai hati atau jiwa, yang akan menentukan nilainya disisi Allah !.
LEBIH UTAMA DARI PUASA SHOLAT DAN SHODAQAH
Sifat yang tak kalah pentingnya adalah menjaga perdamaian, artinya menjauhi sikap permusuhan, oleh karena itu jiwa yang suka damai derajatnya sangat tinggi disisi Allah !.
Jiwa yang tidak suka damai menunjukkan jiwa yang sakit pula, karena cenderung kepada keonaran, ketidak tentraman, ketidak nyamanan, ini kelainan jiwa namanya.
Karena pentingnya rasa damai, sampai dinilai lebih utama dari ibadah puasa, sholat dan shodaqoh.
Nabi s.a.w. bersabda : “ Maukah aku beritahukan kepadamu perkara yang lebih utama dari puasa, shalat dan sodakoh ? “, sahabat menjawab : “ Tentu mau “, Sabda Nabi s.a.w. : “ Yaitu mendamaikan diantara kamu, karena rusaknya perdamaian diantara kamu adalah menjadi pencukur, yakni perusak agama “. ( H, R. Abu Dawud dan Turmudzi )
LEBIH UTAMA DARI PUASA SHOLAT DAN SHODAQAH
Sifat yang tak kalah pentingnya adalah menjaga perdamaian, artinya menjauhi sikap permusuhan, oleh karena itu jiwa yang suka damai derajatnya sangat tinggi disisi Allah !.
Jiwa yang tidak suka damai menunjukkan jiwa yang sakit pula, karena cenderung kepada keonaran, ketidak tentraman, ketidak nyamanan, ini kelainan jiwa namanya.
Karena pentingnya rasa damai, sampai dinilai lebih utama dari ibadah puasa, sholat dan shodaqoh.
Nabi s.a.w. bersabda : “ Maukah aku beritahukan kepadamu perkara yang lebih utama dari puasa, shalat dan sodakoh ? “, sahabat menjawab : “ Tentu mau “, Sabda Nabi s.a.w. : “ Yaitu mendamaikan diantara kamu, karena rusaknya perdamaian diantara kamu adalah menjadi pencukur, yakni perusak agama “. ( H, R. Abu Dawud dan Turmudzi )
“ Sesungguhnya orang orang mukmin itu adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat ”. ( Q.S. Al Hujurat 10 )
Namun sayang banyak umat Islam yang lalai dan mengesampingkannya, semoga Allah memberi hidayah kepada kita semua agar sadar dan mau kembali kepada tuntunan agama, tidak memperturutkan hawa nafsu yang dikendalikan setan yang terkutuk, amin.
Namun sayang banyak umat Islam yang lalai dan mengesampingkannya, semoga Allah memberi hidayah kepada kita semua agar sadar dan mau kembali kepada tuntunan agama, tidak memperturutkan hawa nafsu yang dikendalikan setan yang terkutuk, amin.
KISAH TELADAN
MALAIKAT MENDENGAR BACAAN QUR’ANNYA
Diriwayatkan dari Abdullah bin Khabbab
bahwasannya Abu Said al Khudri meriwayatkan hadits kepadanya bahwa Usaid bin
al Hudhair ketika suatu malam membaca Al Qur’an ditempat penambatan, tiba tiba
kudanya melompat. Kemudian ia membaca lagi, lalu kudanya melompat, Ia
meneruskan bacaannya maka kudanya meloncat lagi.
Usaid berkata : “ Aku khawatir jika kuda ini
akan menginjak Yahya, anaku. Maka aku bangkit mendekati kuda tersebut.
Tiba tiba aku merasa berada di bawah naungan, seolah olah diatas kepalaku
terdapat pelana yang melindungiku kemudian naik ke udara sehingga bayangan itu
tidak nampak olehku “.
Usaid berkata, “ Kemudian pada pagi hari
aku menemui Rasulullah s.a.w. untuk memberitahukannya : “ Wahai Rasulullah, tadi
malam aku berada di penambatan sambil membaca Al Qur’an, tanpa aku duga kudaku
melompat “.
Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Itu malaikat yang
sedang mendengarkan bacaanmu, sekiranya engkau terus membacanya niscaya pada
pagi hari orang orang dapat melihat malaikat itu yang tidak pernah menampakkan
dirinya “.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar