WAHAI ANAK
" Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan Nya
dengan sesuatupun, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak ". ( Q.S.
An Nisaa 36 )
Hidup dan kehidupan penuh
variasi alias beraneka ragam. Ada yang hidup dalam keadaan susah dan suram,
seolah masa depan tiada harapan.
Ada pula yang hidup berlimpah harta berkat
ilmu yang telah ditekuninya ditambah pengalaman yang menempanya, sehingga dapat
memangku jabatan terhormat dan mulia.
Bahkan ada yang hidup dalam
kondisi biasa biasa saja alias sederhana, namun
terasa bahagia berkat rizqi yang diperoleh dengan cara barokah.
JASA
ORANGTUA
Dibalik ini semua, sadarkah
bahwa dulu sebelum dia hadir di dunia, ada sosok insan mulia yang sangat
berjasa, yakni seorang ibu yang sering dilupakan pengorbanannya.
Padahal si ibu dengan susah
payah dalam kondisi sangat lemah namun dengan tabahnya,
penuh rasa iba dan cintanya, dengan setia selalu menjaga janin dalam rahimnya.
Walau semakin hari kandungan terasa semakin
berat karena besarnya semakin bertambah.
Namun si ibu tak pernah mengeluh dan
nelangsa, berkat kasih sayang dan harapan demi kebahagiaan dan masa depan
bayinya, yang merupakan anugerah Yang Maha Kuasa.
ALLAH
MENGINGATKAN
" Dan
Kami perintahkan kepada manusia ( berbuat baik ) kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada Kulah kembalimu ". (Q.S. Luqman 14 )
Bayangkan
betapa berat si ibu menyangga beban kandungan dalam masa ±9 bulan. Dalam keadaan tidur
maupun jaga, kandungan nan berat selalu di sandangnya. Demi keselamatan bayi
sang ibu selalu bersikap hati hati, pola makan dan minumpun tidak sebebas dulu
lagi.
Sikap jiwapun diwaspadai harus tenang dan selalu berdo'a kepada Ilahi
Robbi, agar kelak sang bayi lahir sehat jasmani maupun rohani
Demikian besar pengorbananmu
wahai ibu, yang jarang dikenang oleh putra putrimu yang pernah terlahir dari
rahimmu. Semoga pengorbananmu dibalas oleh Yang Maha Tahu.
BERBUAT BAIK PADA
KEDUANYA
Berbuat baik pada kedua orangtua
merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan, bahkan Allahpun mengingatkan dalam
Al Qur'an :
" Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua duanya sampai
berumur lanjut dalam pemeliharaanmu. Maka sekali kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya Perkataan " ah " dan janganlah kamu membentak mereka
dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia ". ( Q.S. Al Israa 23 ).
Begitu santun Allah mengajarkan. Walau Allah jua
yang menciptakan, namun dengan sifatnya yang Maha Rahman, hambanya diingatkan
agar selalu bersikap santun dan sopan kepada dua ibu bapaknya yang telah
mengasuh dan membesarkan.
TERMASUK AMAL UTAMA
Betapa
tinggi Allah menghargai kepada anak yang menyantuni, sehingga amalnya punya
nilai lebih. Termasuk urutan utama seperti yang disampaikan Nabi :
Dari
'Abdullah bin Mas'ud ra, ia berkata : Aku
bertanya kepada Rasulullah s.a.w. : " Amalan yang manakah yang lebih dicintai
oleh Allah ? ". Beliau menjawab : " Mengerjakan sholat pada
waktunya ". Kemudian aku bertanya : " Kemudian apalagi ? ". Beliau
menjawab : " Berbakti kepada ibu bapak ". Kemudian aku bertanya : " Kemudian apalagi ? ". Beliau menjawab : " Berjuang pada jalan
Allah ". ( H.R. Bukhori dan
Muslim )
MULYAKAN WALAU MUSYRIK
Keyakinan
orangtua yang berbeda, tak menjadikan penghalang untuk tetap berbuat baik pada
keduanya. Begitu indah agama menata, ini berkat tingginya nilai pengorbanan
kedua orangtua.
Dari Asma' binti Abu Bakar ra, ia berkata : Ibuku
(biasa) datang kepadaku, sedang ia seorang musyrik pada zaman Rasulullah s.a.w. maka aku mohon fatwa kepada Rasulullah s.a.w. aku bertanya : " Ibuku (biasa)
datang kepadaku untuk memperoleh pertolonganku, sedangkan ia seorang yang benci
kepada islam, bolehkah aku memberi pertolongan kepada ibuku itu ? ". Kata beliau
s.a.w. : " Ya boleh berilah pertolongan kepada ibumu ! ". ( H.R. Bukhori dan Muslim )
LEBIH TINGGI DARI JIHAD DAN HIJRAH
Jihad
dan hijrah sangat utama di kala itu, diawal Nabi dan para sahabatnya sama
bersungguh sungguh menegakkan Kalimat Tauhid dengan dasar ilmu, memberantas
kemusyrikan yang membelenggu.
Dengan semangat jihad yang kokoh menyatu, umat
islampun ingin berhijrah guna membentuk masyarakat madani yang terpadu.
Datanglah
seorang sahabat ingin bergabung menjadi satu, namun karena masih memiliki
orangtua yang masih perlu di jaga dan dibantu, Nabipun memerintahkan untuk
kembali kepada sang bapak dan ibu.
Datanglah seorang laki laki menghadap
Rasulullah s.a.w. kemudian ia berkata : " Aku akan berbai'at kepadamu untuk menjalankan
hijrah serta jihad guna memperoleh pahala dari Allah". Kemudian beliau s.a.w. bersabda : " Apakah ibu bapkmu ada yang masih hidup ? ". " Ya,
kedua duanya masih hidup". Maka Nabi saw bersabda : " Kembalilah kepada
ibu bapakmu, dan perbaikilah pergaulanmu dengan kedua duanya ! ". ( H.R.
Muslim )
MASIH ADA JALAN BERBUAT BAIK
Karena begitu
luas dan sempurnanya tuntunan agama, sehingga masih ada kesempatan dan jalan
untuk berbuat baik pada keduanya. Walau sudah meninggal dunia, mengingat begitu
besar dan tinggi jasa orangtua.
Dari Abu Usaid Malik bin Rabi'ah r.a. dia berkata: " Pada
suatu hari kami duduk disisi Rasulullah s.a.w. tiba tiba datanglah seorang
laki laki dari suku Bani Salimah, lalu ia berkata : " Ya Rasulullah, masih
adakah sesuatu kebaikan yang dapat kuberikan kepada ibu bapakku setelah
kedua duanya meninggal dunia ? ". Kata Rasulullah s.a.w. : " Ya masih ada,
yaitu : 1). Mendo'akan keduanya, 2). Mohonkan ampun bagi keduanya 3). Menunaikan janji keduanya setelah keduanya
meninggal dunia (apabila mempunyai janji). 4). Shilaturrahim (menghubungkan
tali persaudaraan) yang tak dapat dihubungkan melain dengan perantaraan
keduanya dan 5). Memuliakan teman teman bagi keduanya ". ( HR.
Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya )
ABDULLAH BIN UMAR MENGAMALKAN
Abdullah
bin Umar ra adalah orang yang sangat rajin mendengarkan hadits-hadits Nabi saw,
sangat aktif menghafalkan dan mengamalkannya. Ketika ayahnya ( Umar Ibnul
Khaththab ) wafat selalu menyambung hubungan dengan teman teman ayahnya.
Suatu
hari, ia melewati sebuah jalan di Mekkah dengan mengendarai keledai dengan
mengenakan sorban yang mahal harganya.
Maka terlihat olehnya seorang Arab
Badui, iapun menyapanya : " Bukankah engkau fulan bin fulan ? ". Orang
itupun menjawabnya : " Ya benar, akulah orangnya ".
Dengan
spontan dan diluar dugaan Abdullah bin Umar memberikan keledai serta sorbannya.
Teman teman Abdullah bin Umar ra yang menyertainya berkata sambil
terheran heran : " Semoga Allah memperbaiki keadaanmu. Mereka adalah
orang orang badui. Sebenarnya mereka sudah cukup puas dengan pemberian ala
kadarnya. Tetapi engkau bahkan memberikan keledai tungganganmu dan sorban
kebanggaanmu ". Abdullah bin Umar r.a. menjawab, " Sesungguhnya aku mendengar
Rasulullah saw bersabda :
"Sesungguhnya bentuk berbakti
yang paling baik adalah seseorang yang menyambung hubungan dengan orang orang
yang di kasihi oleh ayahnya sesudah wafat. Dan sesungguhnya ayah dari lelaki
Arab ini adalah teman Umar ". ( H.R. Muslim )
Semoga Allah memberikan hidayah dan kesabaran kepada kita,
agar dapat selalu memulyakan kedua orang tua, hingga ahir hayat menjemput kita,
amin.
KISAH TAULADAN
RIDLO ALLAH
TERGANTUNG PADA ORANGTUA
Diriwayatkan dari Abdullah bin
Umar ra dari Nabi saw, beliau bersabda : " Ridlo Allah pada ridlo orang tua
dan kemarahan Allah tergantung pada kemarahan orangtua ".
Diriwayatkan dari Abdullah
bin Aufa ra, ia berkata : " Seorang lelaki datang menemui Nabi saw dan berkata : " Wahai Rasulullah, ada seorang lelaki yang sedang sekarat. Dikatakan
padanya : Ucapkanlah Laa ilaaha illallah !. Tetapi ia tidak bisa
mengucapkannya ".
Nabi bersabda : " Bukankah ia pernah mengucapkannya
semasa hidupnya? ". Mereka berkata : " Ya ". " Lalu apa
yang menghalanginya untuk mengucapkannya ketika hendak wafat ? ". Tanya
Nabi saw.
Maka Nabi saw pun beranjak dan
kamipun mengikuti beliau hingga kami mendatangi lelaki tersebut. Nabi saw
berkata kepadanya : " Hai nak, ucapkanlah Laa ilaaha illallah ! ".
Dia berkata : " Aku tidak sanggup mengucapkannya ".
Nabi bertanya : " Mengapa ? ", dia menjawab : " Karena aku durhaka terhadap ibuku ".
Nabi bertanya : " Apakah ia masih hidup ? ", dia menjawab : " Masih ".
Nabipun bersabda : " Panggillah ibunya ! ".
Maka ibunya dipanggil, Nabi berkata kepadanya : " Bukankah ini anakmu ? ", " Benar ! " jawabnya.
Nabi berkata : " Bagaimana kalau sekiranya
api dinyalakan lalu dikatakan kepadamu : " Kalau engkau tidak memaafkannya
maka kami akan melemparkannya ke dalam api ini ". Dia berkata : " Kalau begitu aku memaafkannya ". Nabi bersabda : " Bersaksilah
kepada Allah dan kepada kami bahwa engkau telah meridloinya ".
Maka
perempuan itu bersaksi : " Yaa Allah, aku bersaksi kepadamu dan bersaksi
kepada Rasul Mu bahwa aku telah meridloinya ".
Maka Nabi saw pun
bersabda kepada anak tersebut : " Hai nak, ucapkanlah laa ilaaha illallah ! ".
Maka iapun bisa mengucapkan : " Laa ilaaha illallah ". Nabi s.a.w. pun bersabda : " Segala puji
bagi Allah
yang telah menyelamatkannya melalui diriku dari api Naar".
Begitu mulia hati seorang ibu, walau hatinya merana lantaran disakiti anaknya, namun merasa iba dan tidak tega bila sang anak dibakar sebagai penebus agar kelak tidak diadzab di api neraka.
Subhaanallah betapa besar pengorbananmu demi kasih sayang terhadap anakmu
DO'A UNTUK KEDUA
ORANGTUA
Alloohummaghfirlii
wali waalidayya warhamhummaa kamaa robbayaanii shoghiiro
( Ya
Allah ampunilah dosaku dan dosa kedua orangtuaku, cintailah keduanya seperti
mencintaiku dikala masih kecil )
" Dan
rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah : " Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku waktu kecil ". (QS. Al Israa' : 24)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar