Sabtu, 18 Oktober 2014

WAHAI ANAK



WAHAI ANAK

" Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan Nya dengan sesuatupun, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak ". ( Q.S. An Nisaa 36 )
                
Hidup dan kehidupan penuh variasi alias beraneka ragam. Ada yang hidup dalam keadaan susah dan suram, seolah masa depan tiada harapan. 
Ada pula yang hidup berlimpah harta berkat ilmu yang telah ditekuninya ditambah pengalaman yang menempanya, sehingga dapat memangku jabatan terhormat dan mulia.
Bahkan ada yang hidup dalam kondisi biasa biasa saja alias sederhana, namun terasa bahagia berkat rizqi yang diperoleh dengan cara barokah.

JASA ORANGTUA
Dibalik ini semua, sadarkah bahwa dulu sebelum dia hadir di dunia, ada sosok insan mulia yang sangat berjasa, yakni seorang ibu yang sering dilupakan pengorbanannya.
Padahal si ibu dengan susah payah dalam kondisi sangat lemah namun dengan tabahnya, penuh rasa iba dan cintanya, dengan setia selalu menjaga janin dalam rahimnya. Walau semakin hari kandungan terasa semakin berat karena besarnya semakin bertambah.
Namun si ibu tak pernah mengeluh dan nelangsa, berkat kasih sayang dan harapan demi kebahagiaan dan masa depan bayinya, yang merupakan anugerah Yang Maha Kuasa.

ALLAH MENGINGATKAN
" Dan Kami perintahkan kepada manusia ( berbuat baik ) kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada Kulah kembalimu ". (Q.S. Luqman 14 )

Bayangkan betapa berat si ibu menyangga beban kandungan dalam masa ±9 bulan. Dalam keadaan tidur maupun jaga, kandungan nan berat selalu di sandangnya. Demi keselamatan bayi sang ibu selalu bersikap hati hati, pola makan dan minumpun tidak sebebas dulu lagi. 
Sikap jiwapun diwaspadai harus tenang dan selalu berdo'a kepada Ilahi Robbi, agar kelak sang bayi lahir sehat jasmani maupun rohani
      Demikian besar pengorbananmu wahai ibu, yang jarang dikenang oleh putra putrimu yang pernah terlahir dari rahimmu. Semoga pengorbananmu dibalas oleh Yang Maha Tahu.

BERBUAT BAIK PADA KEDUANYA
Berbuat baik pada kedua orangtua merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan, bahkan Allahpun mengingatkan dalam Al Qur'an :
" Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu. Maka sekali kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan " ah " dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia ". ( Q.S. Al Israa 23 ).              
Begitu santun Allah mengajarkan. Walau Allah jua yang menciptakan, namun dengan sifatnya yang Maha Rahman, hambanya diingatkan agar selalu bersikap santun dan sopan kepada dua ibu bapaknya yang telah mengasuh dan membesarkan.

TERMASUK AMAL UTAMA
Betapa tinggi Allah menghargai kepada anak yang menyantuni, sehingga amalnya punya nilai lebih. Termasuk urutan utama seperti yang disampaikan Nabi :
Dari 'Abdullah bin Mas'ud ra, ia berkata : Aku bertanya kepada Rasulullah s.a.w. : " Amalan yang manakah yang lebih dicintai oleh Allah ? ". Beliau menjawab : " Mengerjakan sholat pada waktunya ". Kemudian aku bertanya : " Kemudian apalagi ? ". Beliau menjawab : " Berbakti kepada ibu bapak ". Kemudian aku bertanya : " Kemudian apalagi ? ". Beliau menjawab : " Berjuang pada jalan Allah ". ( H.R. Bukhori dan Muslim )

MULYAKAN WALAU MUSYRIK
Keyakinan orangtua yang berbeda, tak menjadikan penghalang untuk tetap berbuat baik pada keduanya. Begitu indah agama menata, ini berkat tingginya nilai pengorbanan kedua orangtua.
Dari Asma' binti Abu Bakar ra, ia berkata : Ibuku (biasa) datang kepadaku, sedang ia seorang musyrik pada zaman Rasulullah s.a.w. maka aku mohon fatwa kepada Rasulullah s.a.w. aku bertanya : " Ibuku (biasa) datang kepadaku untuk memperoleh pertolonganku, sedangkan ia seorang yang benci kepada islam, bolehkah aku memberi pertolongan kepada ibuku itu ? ". Kata beliau s.a.w. : " Ya boleh berilah pertolongan kepada ibumu ! ". ( H.R. Bukhori dan Muslim )

LEBIH TINGGI DARI JIHAD DAN HIJRAH
Jihad dan hijrah sangat utama di kala itu, diawal Nabi dan para sahabatnya sama bersungguh sungguh menegakkan Kalimat Tauhid dengan dasar ilmu, memberantas kemusyrikan yang membelenggu. 
Dengan semangat jihad yang kokoh menyatu, umat islampun ingin berhijrah guna membentuk masyarakat madani yang terpadu. 
Datanglah seorang sahabat ingin bergabung menjadi satu, namun karena masih memiliki orangtua yang masih perlu di jaga dan dibantu, Nabipun memerintahkan untuk kembali kepada sang bapak dan ibu.
Datanglah seorang laki laki menghadap Rasulullah s.a.w. kemudian ia berkata : " Aku akan berbai'at kepadamu untuk menjalankan hijrah serta jihad guna memperoleh pahala dari Allah". Kemudian beliau s.a.w. bersabda : " Apakah ibu bapkmu ada yang masih hidup ? ". " Ya, kedua duanya masih hidup". Maka Nabi saw bersabda : " Kembalilah kepada ibu bapakmu, dan perbaikilah pergaulanmu dengan kedua duanya ! ". ( H.R. Muslim )

MASIH ADA JALAN BERBUAT BAIK
Karena begitu luas dan sempurnanya tuntunan agama, sehingga masih ada kesempatan dan jalan untuk berbuat baik pada keduanya. Walau sudah meninggal dunia, mengingat begitu besar dan tinggi jasa orangtua.
Dari Abu Usaid Malik bin Rabi'ah r.a. dia berkata:  " Pada suatu hari kami duduk disisi Rasulullah s.a.w. tiba tiba datanglah seorang laki laki dari suku Bani Salimah, lalu ia berkata : " Ya Rasulullah, masih adakah sesuatu kebaikan yang dapat kuberikan kepada ibu bapakku setelah kedua duanya meninggal dunia ? ". Kata Rasulullah s.a.w. : " Ya masih ada, yaitu : 1). Mendo'akan keduanya, 2). Mohonkan ampun bagi keduanya 3). Menunaikan janji keduanya setelah keduanya meninggal dunia (apabila mempunyai janji). 4). Shilaturrahim (menghubungkan tali persaudaraan) yang tak dapat dihubungkan melain dengan perantaraan keduanya dan 5). Memuliakan teman teman bagi keduanya ". ( HR. Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya )

ABDULLAH BIN UMAR MENGAMALKAN
Abdullah bin Umar ra adalah orang yang sangat rajin mendengarkan hadits-hadits Nabi saw, sangat aktif menghafalkan dan mengamalkannya. Ketika ayahnya ( Umar Ibnul Khaththab ) wafat selalu menyambung hubungan dengan teman teman ayahnya.
Suatu hari, ia melewati sebuah jalan di Mekkah dengan mengendarai keledai dengan mengenakan sorban yang mahal harganya. 
Maka terlihat olehnya seorang Arab Badui, iapun menyapanya : " Bukankah engkau fulan bin fulan ? ". Orang itupun menjawabnya : " Ya benar, akulah orangnya ".
Dengan spontan dan diluar dugaan Abdullah bin Umar memberikan keledai serta sorbannya. Teman teman Abdullah bin Umar ra yang menyertainya berkata sambil terheran heran : " Semoga Allah memperbaiki keadaanmu. Mereka adalah orang orang badui. Sebenarnya mereka sudah cukup puas dengan pemberian ala kadarnya. Tetapi engkau bahkan memberikan keledai tungganganmu dan sorban kebanggaanmu  ". Abdullah bin Umar r.a. menjawab, " Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah saw bersabda : 
"Sesungguhnya bentuk berbakti yang paling baik adalah seseorang yang menyambung hubungan dengan orang orang yang di kasihi oleh ayahnya sesudah wafat. Dan sesungguhnya ayah dari lelaki Arab ini adalah teman Umar ". ( H.R. Muslim )    
 Semoga Allah  memberikan hidayah dan kesabaran kepada kita, agar dapat selalu memulyakan kedua orang tua, hingga ahir hayat menjemput kita, amin.
    
KISAH TAULADAN
RIDLO ALLAH TERGANTUNG PADA ORANGTUA
                       
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra dari Nabi saw, beliau bersabda : " Ridlo Allah pada ridlo orang tua dan kemarahan Allah tergantung pada kemarahan orangtua ". 
Diriwayatkan dari Abdullah bin Aufa ra, ia berkata : " Seorang lelaki datang menemui Nabi saw dan berkata : " Wahai Rasulullah, ada seorang lelaki yang sedang sekarat. Dikatakan padanya : Ucapkanlah Laa ilaaha illallah !. Tetapi ia tidak bisa mengucapkannya ". 
Nabi bersabda : " Bukankah ia pernah mengucapkannya semasa hidupnya? ". Mereka berkata : " Ya ". " Lalu apa yang menghalanginya untuk mengucapkannya ketika hendak wafat ? ". Tanya Nabi saw.
Maka Nabi saw pun beranjak dan kamipun mengikuti beliau hingga kami mendatangi lelaki tersebut. Nabi saw berkata kepadanya : " Hai nak, ucapkanlah Laa ilaaha illallah ! ".
Dia berkata : " Aku tidak sanggup mengucapkannya ". 
Nabi bertanya : " Mengapa ? ", dia menjawab : " Karena aku durhaka terhadap ibuku ". 
Nabi bertanya : " Apakah ia masih hidup ? ", dia menjawab : " Masih ". Nabipun bersabda : " Panggillah ibunya ! ".
Maka ibunya dipanggil, Nabi berkata kepadanya : " Bukankah ini anakmu ? ", " Benar ! " jawabnya. 
Nabi berkata : " Bagaimana kalau sekiranya api dinyalakan lalu dikatakan kepadamu : " Kalau engkau tidak memaafkannya maka kami akan melemparkannya ke dalam api ini ". Dia berkata : " Kalau begitu aku memaafkannya ". Nabi bersabda : " Bersaksilah kepada Allah dan kepada kami bahwa engkau telah meridloinya ". 
Maka perempuan itu bersaksi : "  Yaa Allah, aku bersaksi kepadamu dan bersaksi kepada Rasul Mu bahwa aku telah meridloinya ". 
Maka Nabi saw pun bersabda kepada anak tersebut : " Hai nak, ucapkanlah laa ilaaha illallah ! ".
Maka iapun bisa mengucapkan : " Laa ilaaha illallah ". Nabi s.a.w. pun bersabda : " Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkannya melalui diriku dari api Naar".
Begitu mulia hati seorang ibu, walau hatinya merana lantaran disakiti anaknya, namun merasa iba dan tidak tega bila sang anak dibakar sebagai penebus agar kelak  tidak diadzab di api neraka. 
Subhaanallah betapa besar pengorbananmu demi kasih sayang terhadap anakmu 

                                        
                                       DO'A UNTUK KEDUA ORANGTUA

Alloohummaghfirlii wali waalidayya warhamhummaa kamaa robbayaanii shoghiiro
( Ya Allah ampunilah dosaku dan dosa kedua orangtuaku, cintailah keduanya seperti mencintaiku dikala masih kecil )

" Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah : " Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil ". (QS. Al Israa' : 24)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar