TAWA CANDA DAN TANGIS RASULULLAH
“ Sesungguhnya
telah ada pada ( diri ) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu, ( yaitu )
bagi orang yang mengharap ( rahmat ) Allah dan ( kedatangan ) hari qiamat dan
banyak mengingat Allah “.
( Q.S. Al Ahzab 21 )
Walau Muhammad
s.a.w. sebagai seorang Nabi, beliau adalah manusia biasa yang tak lepas dari
fithrah kemanusiaannya, namun beliau memiliki kelebihan akhlak luar biasa mulyanya : “ Dan sesungguhnya engkau benar benar berbudi pekerti yang
agung “. ( Q.S. Al Qalam 4 ). Lebih
lebih beliau selalu dibimbing dengan wahyu, sehingga benar benar terjaga dari
kekhilafan.
“ Dan tidaklah
yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain
hanyalah wahyu yang diwahyukan ( kepadanya ) “. ( Q.S. An Najm 3-4
)
Dalam
keseharian beliau sangat akrab dengan sahabatnya, diantara sifat khas beliau
adalah : Cara tertawa, canda dan tangisnya, ini menunjukkan bahwa beliau adalah
manusia biasa, namun caranya sangat beda dengan manusia pada umumnya.
Maka
tawa, canda dan tangisnya kiranya perlu menjadi suri tauladan, agar dapat
memiliki ciri kepribadian Muslim yang berpenampilan beda dari yang lain.
TAWA
NABI
Senyum merupakan perekat dalam pergaulan,
dengan senyum membuat orang jadi suka dan simpati, demikian pula dengan Rasulullah
s.a.w. beliau selalu menghiasi tutur katanya dengan senyuman.
Abu Darda’ berkata : “ Rasulullah s.a.w. itu tidak bertutur kata melainkan
dengan tersenyum “. ( H.R. Ahmad )
Namun beda
dengan ketika beliau sedang menerima wahyu atau sedang berkhu
tbah, beliau
nampak serius tanpa ada senyum apalagi tertawa.
Al Qadhi Iyadh dalam As Syifaa’ meriwayatkan bahwa : “ Nabi s.a.w. adalah manusia yang paling
banyak tersenyum dan yang paling banyak bagus dirinya, selama tidak
diturunkannya Al Quran atau beliau sedang memberi pengajaran atau sedang
berkhutbah “.
Walau
beliau seorang yang ramah namun cara beliau tertawa tidak sebagaimana pada
umumnya, beliau tertawa hanya dengan tersenyum ( mesem ), mulut tidak sampai
terbuka lebar, sehingga terkesan indah dan berwibawa.
DENGAN SENYUM
Jabir r.a. berkata : “ Rasulullah s.a.w. tidak tertawa
melainkan tersenyum “. ( H.R. Tirmidzi ) Abdullah bin Harits r.a. berkata : “ Saya
belum pernah melihat seseorang yang lebih banyak tersenyumnya dari pada
Rasulullah s.a.w. “. ( H.R.
Tirmidzi )
Nabi
s.a.w. tersenyum tidak hanya untuk sahabatnya saja, namun juga dikalangan para
isterinya, artinya senyum beliau benar benar tulus bukan sandiwara.
Dari ‘Aisyah r.a. bahwa ia berkata : “ Apabila bergaul
dengan para isterinya, Rasulullah s.a.w. adalah manusia yang paling lembut dan
murah senyum “. (
H.R. Ibnu Sa’ad dan Ibnu Asakir )
Begitu
hati hatinya beliau dalam tersenyum, sehingga apabila menghadapi hal hal yang
lucu, beliau tertawa sambil menutup mulut dengan tangannya.
Walid Murrah r.a. berkata : “ Rasulullah s.a.w. apabila
telanjur tertawa beliau menutup mulut dengan tangannya “. ( H.R. Al
Baghawi )
Dalam
tertawa beliau sangat jarang membuka mulutnya, kecuali dalam hal hal tertentu
mungkin karena saking lucunya mendengar canda para sahabatnya.
Abu Dzar r.a. berkata : “ Saya pernah melihat Rasulullah
s.a.w. tertawa sehingga nampak gerahamnya “. ( H.R. Tirmidzi )
CANDANYA
At Tirmidzi dalam Asy
Syamaa’il dengan sanad yang mursal ( riwayat tanpa melalui sahabat ) dari Hasan
Al Bishri bahwa ia berkata : “ Pada suatu hari ada seorang wanita tua datang
menghadap Nabi s.a.w. kemudian berkata : “ Ya Rasulullah mohonkanlah kepada
Allah supaya Dia memasukkan aku ke dalam syurga “. Kemudian beliau bersabda : “
Hai Ummu Fulan, sesungguhnya syurga itu
tidak dimasuki oleh seorang wanita tua “.
Kemudian
wanita tadi pergi sambil menangis, karena Nabi s.a.w. mengerti bahwa wanita tadi
salah faham, maka beliau memerintahkan kepada para sahabat : “ Beritahukan olehmu kepada wanita itu,
sesungguhnya ia tidak akan masuk syurga karena ia seorang wanita tua, karena
Allah berfirman : “ Kami menjadikan mereka ( wanita wanita ) itu dengan
kejadian yang baru. Maka Kami jadikan mereka itu gadis gadis remaja putri,
mereka berkasih kasihan dengan suami dan sama usianya “.
DIMATA ADA PUTIHNYA
Zaid bin
Aslam meriwayatkan, suatu hari Nabi s.a.w. kedatangan seorang wanita bernama
Ummu Aiman dan berkata : “ Ya Rasulullah sesungguhnya suami saya meminta
kedatanganmu “. Kemudian Nabi s.a.w. bertanya : “ Siapa dia apakah dia yang
matanya ada putihnya ? “. Wanita tadi menjawab : “ Tidak di matanya tidak ada
putihnya “. Nabi s.a.w. bersabda : “ Ya tentu di matanya ada putihnya “.
Wanita
tadi berkata : “ Demi Allah tidak ada ya Rasulullah “. Nabi s.a.w. bersabda : “
Tidak seorangpun melainkan di matanya pasti ada putihnya “. Kemudian wanita
tadi barulah mengerti bahwa beliau sedang mencandainya.
BERCANDA
DENGAN BENAR
Walau
Nabi s.a.w. kadang bercanda namun tak pernah berdusta.
Dari Abu Hurairah r.a. pada suatu hari
diantara para sahabat ada yang bertanya kepada Nabi s.a.w. : “ Ya Rasulullah
sesungguhnya engkau suka bersenda gurau dengan kami bukan ? “. Nabi s.a.w.
menjawab : “ Sekalipun aku suka bersenda gurau dengan anda, tetapi aku tidak
akan berkata melainkan yang benar “. ( H.R.
Tirmidzi )
MEMBERI
ANAK UNTA
Dari Anas bin Malik r.a.
ia berkata : “ Pada suatu hari ada seorang laki laki datang kepada Nabi s.a.w.
kemudian minta diberi kendaraan yang hendak dipakai untuk pulang ke negerinya,
maka beliau bersabda : “ Aku akan memberikan anak unta untuk menjadi
tungganganmu “. Laki laki tadi salah faham kemudian ia berkata : “ Ya
Rasulullah apa yang akan saya perbuat dengan anak unta itu ? “, kemudian beliau
bersabda : “ Bukankah setiap unta dilahirkan oleh unta betina ? “. (
H.R. Tirmidzi )
TANGISNYA
Ketika sahabat Utsman bin
Mazh’un wafat beliau menangis, ketika putera puteri dan cucunya meninggal
beliau juga menangis bahkan air matanya sampai berlinang.
Saat seorang
puteranya bernama Ibrahim meninggal beliau menangis tersedu sedu.
Tatkala ibu
yang pernah menyusui beliau datang, beliau menangis karena senang bercampur
sedih dan kasihan melihatnya, karena halus dan lembutnya hati beliau.
Nabi s.a.w. pernah bersabda : “ Mata itu mengalirkan air mata dan hati itu
berduka, tetapi kami tidak akan mengatakan, melainkan apa yang diridloi oleh
Tuhan Kami “. ( H.R. Bukhari Muslim )
Tangis Nabi
bukan karena kecil hati atau pesimis, sebagaimana kebiasaan pada umumnya,
tetapi karena sifat beliau yang lemah lembut dan penuh kasih sayang.
Begitu
santun dan indahnya akhlak beliau, semoga kita dapat menauladaninya.
KISAH TAULADAN
PASUKAN BERANI MATI
Kaum Muslimin dikenal lemah
lembut dalam keseharian lantaran agama mengajarkan demikian, namun bila
genderang perang telah dikumandangkan, semangat jihadnya spontan berkobar, mereka
bagai singa kelaparan, karena mereka lebih sudi memilih dan mengejar mati
syahid, demi mengejar syurga yang dijanjikan.
Demikian pula halnya dengan Sa’ad yang telah memutuskan
niatnya guna menyeberangi sungai dengan menaiki kuda dan mengerahkan seluruh
kekuatannya untuk menaklukkan wilayah Madain, ia harus mempersiapkan pasukannya
agar dapat menguasai jembatan yang terletak di seberang sungai tersebut.
Dengan demikian sebagian besar pasukan Muslimin yang
menyeberang akan terlindungi, kemudian Sa’ad berkata : “ Siapakah yang akan
memulai dan menjamin keselamatan kami semua dari serangan yang dilancarkan dari
arah Al Furadh ( nama tempat di seberang
sungai ), sehingga kita bisa bertemu dengan musuh, agar mereka tidak dapat
menghadangnya ? ”.
Dengan suka rela Ashim mengajukan diri diikuti 600 orang
pasukan, atas kesediaan Ashim Sa’ad menunjuknya sebagai pemimpin mereka. Kemudian
pasukan tersebut bergerak, sehingga tiba di tepi sungai Dajlah ( Tigris ).
Ashim berkata kepada pasukannya : ” Siapa yang merasa
tertantang bersamaku untuk menjadi orang pertama yang menaklukkan laut ini,
sehingga kita mampu menyelamatkan Al Furadh dari seberang sana ? ”.
Dengan serentak 60 pasukan berkuda bangkit dengan
tangkasnya, mereka inilah yang diberi nama pasukan berani mati. Ashim
membagi pasukan berkuda menjadi dua bagian, pasukan berkuda betina dan pasukan
berkuda jantan.
Ashim memulai menuju ke pinggir sungai, sambil menyeru kepada mereka yang
masih ragu menyeberang : “ Apakah kalian merasa takut menyeberangi air yang
setetes ini ? ”. Dia mengobarkan semangat dengan membaca firman Allah Ta’la.
Ashim dengan ksatrianya memacu kuda dan menerobos sungai diikuti pasukannya.
Tatkala melihat pasukan berkuda musuh menerobos ke dalam sungai, maka dia
dengan sigap menyambutnya, mereka bertanding di tengah arus sungai melawan
musuh dengan semangat berkobar.
Ashim menyeru dengan lantangnya : “ Pasukan tombak majulah bidiklah matanya
! ”. Mereka bertempur dengan heroiknya, sehingga pasukan berkudanya dapat menguasai
wilayah Persia.
Kemudian pasukan kaum Muslimin mengikuti mereka sehingga berhasil
membunuh sebagian besar pasukan musuh, mereka berhasil melumpuhkan musuh berkat
keberanian dan semangat tempur pasukan berani mati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar