Jumat, 17 Oktober 2014

TAWA CANDA DAN TANGIS RASULULLAH




TAWA CANDA DAN TANGIS RASULULLAH

“  Sesungguhnya telah ada pada ( diri ) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu, ( yaitu ) bagi orang yang mengharap ( rahmat ) Allah dan ( kedatangan ) hari qiamat dan banyak mengingat Allah “.
( Q.S. Al Ahzab 21 )
            
Walau Muhammad s.a.w. sebagai seorang Nabi, beliau adalah manusia biasa yang tak lepas dari fithrah kemanusiaannya, namun beliau memiliki kelebihan akhlak luar biasa mulyanya : “ Dan sesungguhnya engkau benar benar berbudi pekerti yang agung “. ( Q.S. Al Qalam 4 ). Lebih lebih beliau selalu dibimbing dengan wahyu, sehingga benar benar terjaga dari kekhilafan.
“ Dan tidaklah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan ( kepadanya ) “. ( Q.S. An Najm 3-4 )
Dalam keseharian beliau sangat akrab dengan sahabatnya, diantara sifat khas beliau adalah : Cara tertawa, canda dan tangisnya, ini menunjukkan bahwa beliau adalah manusia biasa, namun caranya sangat beda dengan manusia pada umumnya. 
Maka tawa, canda dan tangisnya kiranya perlu menjadi suri tauladan, agar dapat memiliki ciri kepribadian Muslim yang berpenampilan beda dari yang lain.      

TAWA NABI
Senyum merupakan perekat dalam pergaulan, dengan senyum membuat orang jadi suka dan simpati, demikian pula dengan Rasulullah s.a.w. beliau selalu menghiasi tutur katanya dengan senyuman.
Abu Darda’ berkata : “ Rasulullah s.a.w. itu tidak bertutur kata melainkan dengan tersenyum “.  ( H.R. Ahmad )
Namun beda dengan ketika beliau sedang menerima wahyu atau sedang berkhu
tbah, beliau nampak serius tanpa ada senyum apalagi tertawa. 
Al Qadhi Iyadh dalam As Syifaa’ meriwayatkan bahwa  : “ Nabi s.a.w. adalah manusia yang paling banyak tersenyum dan yang paling banyak bagus dirinya, selama tidak diturunkannya Al Quran atau beliau sedang memberi pengajaran atau sedang berkhutbah “.
Walau beliau seorang yang ramah namun cara beliau tertawa tidak sebagaimana pada umumnya, beliau tertawa hanya dengan tersenyum ( mesem ), mulut tidak sampai terbuka lebar, sehingga terkesan indah dan berwibawa.

DENGAN SENYUM         
Jabir r.a. berkata : “ Rasulullah s.a.w. tidak tertawa melainkan tersenyum “. ( H.R. Tirmidzi )                                   Abdullah bin Harits r.a. berkata : “ Saya belum pernah melihat seseorang yang lebih banyak tersenyumnya dari pada Rasulullah s.a.w. “. ( H.R. Tirmidzi )
Nabi s.a.w. tersenyum tidak hanya untuk sahabatnya saja, namun juga dikalangan para isterinya, artinya senyum beliau benar benar tulus bukan sandiwara. 
Dari ‘Aisyah r.a. bahwa ia berkata : “ Apabila bergaul dengan para isterinya, Rasulullah s.a.w. adalah manusia yang paling lembut dan murah senyum “. ( H.R. Ibnu Sa’ad dan Ibnu Asakir )
Begitu hati hatinya beliau dalam tersenyum, sehingga apabila menghadapi hal hal yang lucu, beliau tertawa sambil menutup mulut dengan tangannya. 
Walid Murrah r.a. berkata : “ Rasulullah s.a.w. apabila telanjur tertawa beliau menutup mulut dengan tangannya “. ( H.R. Al Baghawi )
Dalam tertawa beliau sangat jarang membuka mulutnya, kecuali dalam hal hal tertentu mungkin karena saking lucunya mendengar canda para sahabatnya.  
Abu Dzar r.a. berkata : “ Saya pernah melihat Rasulullah s.a.w. tertawa sehingga nampak gerahamnya “. ( H.R. Tirmidzi )

CANDANYA
At Tirmidzi dalam Asy Syamaa’il dengan sanad yang mursal ( riwayat tanpa melalui sahabat ) dari Hasan Al Bishri bahwa ia berkata : “ Pada suatu hari ada seorang wanita tua datang menghadap Nabi s.a.w. kemudian berkata : “ Ya Rasulullah mohonkanlah kepada Allah supaya Dia memasukkan aku ke dalam syurga “. Kemudian beliau bersabda : “ Hai Ummu Fulan, sesungguhnya syurga itu tidak dimasuki oleh seorang wanita tua “.
Kemudian wanita tadi pergi sambil menangis, karena Nabi s.a.w. mengerti bahwa wanita tadi salah faham, maka beliau memerintahkan kepada para sahabat : “ Beritahukan olehmu kepada wanita itu, sesungguhnya ia tidak akan masuk syurga karena ia seorang wanita tua, karena Allah berfirman : “ Kami menjadikan mereka ( wanita wanita ) itu dengan kejadian yang baru. Maka Kami jadikan mereka itu gadis gadis remaja putri, mereka berkasih kasihan dengan suami dan sama usianya “.

DIMATA ADA PUTIHNYA
Zaid bin Aslam meriwayatkan, suatu hari Nabi s.a.w. kedatangan seorang wanita bernama Ummu Aiman dan berkata : “ Ya Rasulullah sesungguhnya suami saya meminta kedatanganmu “. Kemudian Nabi s.a.w. bertanya : “ Siapa dia apakah dia yang matanya ada putihnya ? “. Wanita tadi menjawab : “ Tidak di matanya tidak ada putihnya “. Nabi s.a.w. bersabda : “ Ya tentu di matanya ada putihnya “.
Wanita tadi berkata : “ Demi Allah tidak ada ya Rasulullah “. Nabi s.a.w. bersabda : “ Tidak seorangpun melainkan di matanya pasti ada putihnya “. Kemudian wanita tadi barulah mengerti bahwa beliau sedang mencandainya.

BERCANDA DENGAN BENAR
Walau Nabi s.a.w. kadang bercanda namun tak pernah berdusta.
Dari Abu Hurairah r.a. pada suatu hari diantara para sahabat ada yang bertanya kepada Nabi s.a.w. : “ Ya Rasulullah sesungguhnya engkau suka bersenda gurau dengan kami bukan ? “. Nabi s.a.w. menjawab : “ Sekalipun aku suka bersenda gurau dengan anda, tetapi aku tidak akan berkata melainkan yang benar “. ( H.R. Tirmidzi )

MEMBERI ANAK UNTA
Dari Anas bin Malik r.a. ia berkata : “ Pada suatu hari ada seorang laki laki datang kepada Nabi s.a.w. kemudian minta diberi kendaraan yang hendak dipakai untuk pulang ke negerinya, maka beliau bersabda : “ Aku akan memberikan anak unta untuk menjadi tungganganmu “. Laki laki tadi salah faham kemudian ia berkata : “ Ya Rasulullah apa yang akan saya perbuat dengan anak unta itu ? “, kemudian beliau bersabda : “ Bukankah setiap unta dilahirkan oleh unta betina ? “. ( H.R. Tirmidzi )                   

TANGISNYA
Ketika sahabat Utsman bin Mazh’un wafat beliau menangis, ketika putera puteri dan cucunya meninggal beliau juga menangis bahkan air matanya sampai berlinang. 
Saat seorang puteranya bernama Ibrahim meninggal beliau menangis tersedu sedu. 
Tatkala ibu yang pernah menyusui beliau datang, beliau menangis karena senang bercampur sedih dan kasihan melihatnya, karena halus dan lembutnya hati beliau.
Nabi s.a.w. pernah bersabda : “  Mata itu mengalirkan air mata dan hati itu berduka, tetapi kami tidak akan mengatakan, melainkan apa yang diridloi oleh Tuhan Kami “.  ( H.R. Bukhari Muslim )
Tangis Nabi bukan karena kecil hati atau pesimis, sebagaimana kebiasaan pada umumnya, tetapi karena sifat beliau yang lemah lembut dan penuh kasih sayang.
Begitu santun dan indahnya akhlak beliau, semoga kita dapat menauladaninya.

KISAH TAULADAN
PASUKAN BERANI MATI
          
Kaum Muslimin dikenal lemah lembut dalam keseharian lantaran agama mengajarkan demikian, namun bila genderang perang telah dikumandangkan, semangat jihadnya spontan berkobar, mereka bagai singa kelaparan, karena mereka lebih sudi memilih dan mengejar mati syahid, demi mengejar syurga yang dijanjikan.  
Demikian pula halnya dengan Sa’ad yang telah memutuskan niatnya guna menyeberangi sungai dengan menaiki kuda dan mengerahkan seluruh kekuatannya untuk menaklukkan wilayah Madain, ia harus mempersiapkan pasukannya agar dapat menguasai jembatan yang terletak di seberang sungai tersebut.
Dengan demikian sebagian besar pasukan Muslimin yang menyeberang akan terlindungi, kemudian Sa’ad berkata : “ Siapakah yang akan memulai dan menjamin keselamatan kami semua dari serangan yang dilancarkan dari arah Al Furadh  ( nama tempat di seberang sungai ), sehingga kita bisa bertemu dengan musuh, agar mereka tidak dapat menghadangnya ? ”.
Dengan suka rela Ashim mengajukan diri diikuti 600 orang pasukan, atas kesediaan Ashim Sa’ad menunjuknya sebagai pemimpin mereka. Kemudian pasukan tersebut bergerak, sehingga tiba di tepi sungai Dajlah ( Tigris ).
Ashim berkata kepada pasukannya : ” Siapa yang merasa tertantang bersamaku untuk menjadi orang pertama yang menaklukkan laut ini, sehingga kita mampu menyelamatkan Al Furadh dari seberang sana ? ”.
Dengan serentak 60 pasukan berkuda bangkit dengan tangkasnya, mereka inilah yang diberi nama pasukan berani mati. Ashim membagi pasukan berkuda menjadi dua bagian, pasukan berkuda betina dan pasukan berkuda jantan.
Ashim memulai menuju ke pinggir sungai, sambil menyeru kepada mereka yang masih ragu menyeberang : “ Apakah kalian merasa takut menyeberangi air yang setetes ini ? ”. Dia mengobarkan semangat dengan membaca firman Allah Ta’la.
Ashim dengan ksatrianya memacu kuda dan menerobos sungai diikuti pasukannya. Tatkala melihat pasukan berkuda musuh menerobos ke dalam sungai, maka dia dengan sigap menyambutnya, mereka bertanding di tengah arus sungai melawan musuh dengan semangat berkobar.
Ashim menyeru dengan lantangnya : “ Pasukan tombak majulah bidiklah matanya ! ”. Mereka bertempur dengan heroiknya, sehingga pasukan berkudanya dapat menguasai wilayah Persia.
Kemudian pasukan kaum Muslimin mengikuti mereka sehingga berhasil membunuh sebagian besar pasukan musuh, mereka berhasil melumpuhkan musuh berkat keberanian dan semangat tempur pasukan berani mati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar