BEGITU BESAR RESIKO MANIPULASI TANAH
“ Barangsiapa yang
mengerjakan amal shalih, maka itu adalah untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpadirinya sendiri, kemudian
kepada Tuhanmulah kamu dikembalikan “.
( Q.S.Al Jaatsiyah 15 )
Harta memang harus dicari, namun
dalam mencari nafsu harus terkendali, jangan diumbar dan dituruti, sehingga berprinsip
yang penting meraup untung banyak sekali.
Ini sangat
membahayakan baik didunia apalagi diaherat nanti, orang yang dirugikan pasti akan
menjerit dan mengadu pada Ilahi Rabbi, karena ia merasa didzalimi !. Ingat pesan
Nabi s.a.w. agar berhati hati terhadap orang yang didzalimi, karena do'anya
pasti dikabulkan tinggal menunggu saatnya nanti !.
Orang yang mempertuhankan hawa
nafsunya sangat berbahaya, hanya karena mengejar keuntungan dunia belaka,
berakibat pendengaran, penglihatan dan hatinya akan dikunci mati oleh Allah
ta'ala. Artinya hidayah atau petunjuk Allah sudah tertutup baginya.
Jika sudah begini prilakunya lepas kendali : Dusta, menipu, memalsu, curang dalam takaran, penggelapan, membajak karya tulis atau seniman,
menjual barang haram, mencuri, korupsi dan sebagainya.
Dengan demikian
kebenaran sudah tidak jadi patokan lagi, karena hanya mengutamakan dan memperturutkan
bisikan nafsu dalam hati. Jelas perilakunya sudah tak terkendali lagi, nasehat dan
masukan yang baik sudah tak berarti lagi, seolah merasa bagai orang paling
super dan sakti, bila sudah begini tatanan lingkungan sekitar jadi rusak dan tidak
simpati lagi, tidak harmoni, bahkan para
pelanggan pun pada sama pergi menghindari.
JUJUR DAN
SALING RIDLO PRINSIP DASAR BISNIS
“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka
di antara kamu dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadamu ”. ( Q.S. Annisaa 29 )
Dalam berbisnis dilarang saling
mendzalimi, justru ditanamkan rasa saling meridloi, saling merelakan, saling
suka sama suka, saling terbuka, hindari dusta, apalagi pakai sumpah segala.
Kejujuran sangat diutamakan dalam dunia bisnis, jika ingin sukses pegang
prinsip ini.
Ada yang berpendapat bahwa dalam
berdagang tidak mungkin bisa jujur, sebab jika jujur tidak bisa untung,
waspadai dan hindari kata beracun ini !. Perhatikan firman Allah tersebut
diatas : " Jangan kamu
membunuh dirimu ", peringatan ini dengan tajam
disampaikan Allah, artinya jika tetap melaksanakan kebatilan dalam berbisnis,
tidak dengan cara saling suka sama suka, tidak jujur, Maka bisnisnya tidak
panjang umur, alias hancur, Ini maknanya membunuh diri !.
JANGAN
CURANG
Biasanya dalam mengejar keuntungan, kejujuran
jarang diperhatikan sehingga sikap curang jadi andalan, ini berkat
memperturutkan hawa nafsunya belaka, padahal Allah mengancamnya dengan tegas :
“ Kecelakaan besarlah bagi orang orang
yang curang, (yaitu) orang orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta
dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.
Tidaklah
orang orang itu menyangka, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan ! “. ( Q.
S. Al Muthaffifin 1-4 )
RESIKO
MEMANIPULASI TANAH
Begitu besar resiko memanipulasi tanah baik di
dunia apalagi di akherat, sebagaimana hadits yang disampaikan Rasulullah s.a.w.
“ Dari Hisyam ibnu ‘Urwah r.a. dari bapaknya katanya : “
Bahwasanya ‘Arwa binti Uwais menuduh Sa’id bin Zaid bahwa Sa’id mengambil
sebagian tanahnya. Kemudian diadukan kepada Marwan bin Hakam ( penguasa ). Kata
Sa’id : “ Mungkinkah aku mengambil tanahnya sesudah ku dengar Rasulullah s.a.w.
bersabda “.
DIKALUNGI 7 LAPIS BUMI
Marwan
bertanya : “ Apa yang kau dengar dari Rasulullah ? “. Sa’id menjawab : “ Aku
mendengar beliau bersabda : “ Siapa mengambil tanah orang lain dengan cara
paksa ( dzalim ) walaupun hanya sejengkal, kelak di hari qiamat dikalungkan
kepadanya tujuh lapis bumi “. Marwan berkata : “ Aku tidak minta keterangan darimu
selain ini “.
BERDO’A AGAR BUTA DAN DIMATIKAN
Kemudian
Sa’id berdo’a : “ Alloohumma in kaanat kadzibatan fa ‘ammi bashoroha waqtulha fi
ardliha ( Ya Allah jika sekiranya wanita itu dusta dalam dakwaannya maka
butakan matanya, dan matikannya dia di tanah itu ) “.
BUTA DAN MENINGGAL DI TANAHNYA
Kata Sa’id
: “ Memang tidak berapa lama kemudian, wanita itu buta. Setelah itu ketika dia
sedang berjalan di pekarangannya, dia terjatuh ke dalam sebuah lubang kemudian
dia mati disitu “. ( H.R. Muslim )
Begitu besar resiko masalah, apalagi menfitnah orang yang tidak bersalah, sehingga do’anya dikabulkan Allah Ta’ala berakibat matanya buta dan meninggal di tanah miliknya.
Begitu besar resiko masalah, apalagi menfitnah orang yang tidak bersalah, sehingga do’anya dikabulkan Allah Ta’ala berakibat matanya buta dan meninggal di tanah miliknya.
Bahkan di riwayat lain disebutkan ketika mengalami kebutaan dia ( ‘Arwa
binti Uwais ) merasa bahwa kebutaannya disebabkan karena kutukan Sa’id bin Zaid.
KISAH NYATA
Ketika kami pulang ceramah, si pengantar bercerita bahwa ketika dia ikut mengantar dan memakamkan jenazah,
ada peristiwa aneh terjadi, dimana saat jenazah akan dimasukkan ke liang lahat,
jenazah tidak bisa masuk karena ukuran liang kurang panjang. Pikir para
pengantar : “ mungkin ketika mengukur kurang tepat ukurannya “.
Kemudian beberapa orang turun untuk menggali dan memperpanjang lagi, namun
anehnya ketika jenazah akan dimasukkan lagi lagi tak bisa masuk lagi. Akhirnya
dicoba lagi untuk memperpanjang galian, namun ......lagi lagi ah tidak masuk.
Karena sudah berulang kali jenazah tak bisa masuk, pikir pengantar “ Dari
pada susah susah dimasukkan saja dengan cara dipaksa dan agak ditekuk, maka
diluar dugaan keluarlah suara mengerikan : “ Kkkreeek ! “.
SUKA MENGGESER TANAH
Mendengar kisah jamaah yang
merupakan tetangga almarhum, saya jadi heran dan penasaran sambil bertanya : “
Apa amal almarhum di masa hidupnya ? “, dia menjawab : “ Almarhum suka
menggeser tanah bagian belakang rumahnya, sehingga tanah tetangga jadi
berkurang “.
Kasus pemakaman yang aneh ini memang banyak dan sering
terjadi, rupanya tanah saja tidak mau menerima jasadnya, apalagi kelak di akherat
akan digantungi 7 lapis bumi. Na’udzu billaahi min dzaalik !.
KISAH TAULADAN
BURAIDAH BIN HUSHAIB AL ISLAMY R.A. INTEL YANG CERDIK
Buraidah
bin Hushaib al Aslamy dan kaumnya tinggal di al Ghamim, berjarak satu marhalah
dari Makkah. Islamnya berawal dari keinginannya
menangkap Nabi s.a.w. dan Abu Bakar yang hijrah ke Madinah.
Karena kafir Quraisy menjanjikan hadiah
seratus ekor unta bagi yang bisa menemukannya
Bersama tujuhpuluh orang, dia menelusuri jejak perjalanan Nabi s.a.w., dia menemukan mereka sedang beristirahat tidak jauh dari tempat tinggal kabilahnya.Tetapi ketika berhadapan dengan Nabi s.a.w., dia tidak berdaya. Bahkan ketika di dekat Nabi s.a.w. beliau menjelaskan tentang Islam. Rupanya hidayah Allah membuka hatinya, dia bangkit melepas serbannya, kemudian mengikat di ujung tombaknya bagai sebuah panji pertempuran, sambil berseru keras kepada rombongannya : “ Pemimpin yang membawa keamanan dan perdamaian telah datang untuk memenuhi dunia dengan keadilan.”
Kemudian dia mengucap syahadat, disusul dengan tujuhpuluh orang pengikutnya. Kemudian Buraidah mengajak Nabi s.a.w. dan rombongan hijrah singgah di perkampungannya, hampir semua dari 82 keluarga yang mendiami lembah memeluk Islam sebelum waktu isya, kemudian Nabi s.a.w. berjamaah shalat isya bersama mereka.
Pada tahun 6 Hijriah, Nabi s.a.w. memperoleh informasi
bahwa Kabilah Bani Musthaliq dan kabilah lainnya menghimpun kekuatan untuk
memerangi kaum muslimin, kemudian beliau
memerintahkan Buraidah bin Hushaib melakukan kegiatan mata mata
untuk memastikan informasi tersebut.
Namun kegiatan
tidak dilakukannya secara rahasia, justru mendatangi Bani Musthaliq dan
langsung menemui pimpinannya
Harits bin Abu Dhirar yang telah lama
dikenalnya, sehingga dia bisa memperoleh informasi secara lengkap.
Dari
informasi Buraidah Nabi s.a.w. melakukan
penangkapan mata mata
yang dikirim Bani Musthaliq, dan mempersiapkan pasukan untuk menyerangnya.
Harist bin Abu
Dhirar terkejut dengan serangan mendadak ini bahkan Harist bin Abu Dhirar terbunuh,
dan Bani Musthaliq menyerah.
Kemudian putri Harist bin Abu
Dhirar, Juwairiyah binti Harist menjadi tawanan Tsabit bin Qais, kemudian dinikah
oleh Rasulullah s.a.w.
dengan mahar, pembayaran kebebasannya dari tawanan Tsabit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar