MENCINTAI DAN DICINTAI ALLAH
" Katakanlah :
" Jika
kamu ( benar benar )
mencintai Allah,
ikutilah aku Muhammad
),
niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa dosamu ". Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang ".
( Q.S. Ali
Imran 31 )
Apabila
seseorang mencintai sesuatu, pasti segala cara ditempuhnya agar kesayangannya
bisa membalas dan memberikan kepuasan kepadanya.
Bermacam
hobby unik dimiliki manusia, ada yang suka mengoleksi perangko ( philatelly ),
sepeda antik, sepatu ( milik celebritis ada yang mencapai jutaan rupiah ) bahkan
tas ( ada yang sampai 700 juta rupiah ) dan sebagainya.
DEMI HOBBY
Bagi pecinta
burung karena sayangnya, sampai sudi merawatnya dengan memandikan ( padahal
belum sempat mandi ), menjemur, memberi makanan khusus ( padahal belum sempat
sarapan pagi ) dan melatihnya, sehingga menghasilkan kicauan indah. Karena merdunya
kicauan, sampai ada yang berani menukar dengan mobil mercy, namun ......karena
cintanya pada sang burung, tetap saja dipertahankan.
Demikian
pula yang hobby mobil mewah ( lamborgini, ferrary, Porsche, Roll Roys ) walau
bermilyard rupiah, dia sudi dan rela merogoh koceknya demi hobbynya. Lucunya
lagi saking cintanya pada mobil mewah, sampai di rumahnya ada puluhan
jumlahnya, padahal yang dipakai hanya sebuah saja setiap harinya. Padahal untuk
merawatnya dibutuhkan waktu, tenaga dan biaya yang tidak sedikit nilainya.
BAGAI BUDAK
Begitu
cintanya manusia kepada benda kesayangannya sampai apapun dilakukan demi
kepuasan hobbynya. Sehingga tepat kiranya bila pepatah Arab mengatakan : “ Orang yang mencintai sesuatu dia akan
menjadi budaknya “.
Mencintai
sesuatu tidak dilarang dalam agama selama tidak berlebihan, dengan mencintai secara
berlebihan akan membuat kemubadzdziran dan sia sia, karena yang dicintai tidak
akan kekal dan tidak akan membuatnya bermanfaat, menimbulkan rasa bangga, sombong
dan sebangsanya.
MENCINTAI ALLAH
Akankah
makhluk ciptaan Allah lebih pantas dicintai dari yang menciptakan Nya ?.
Seharusnya Pencipta Nya lebih di utamakan dari makhluk Nya.
Bukankah
mencintai Allah lebih utama, lebih mulia, lebih bermanfaat, lebih kekal dan
lebih nikmat bila difahami secara hakiki, karena Dia lah asal segala Nya,
Pencipta Nya, Pemelihara Nya dan Penguasa Nya, bahkan kelak semuanya akan
dikembalikan kepada Nya !. Akankah Dzat yang Maha Segala Nya ini dinomor duakan
?, dikesampingkan ?. Na’udzu billaahi min dzaalik.
CARA MENCINTAI ALLAH
Orang yang
memahami hakekat hidup pasti pandai bersyukur dan mencintai Allah. Cara
mencintai Allah dengan memahami firman tersebut diatas, yakni : Mengikuti apa yang dicontohkan Rasulullah
s.a.w. Dengan mengikuti ( ittiba’ ) tuntunan Rasulullah s.a.w., Allah pasti akan
mencintai dan mengampuni dosa dosanya.
Dari Abu Hurairah r.a. berkata : “ Rasulullah s.a.w.
bersabda : “ Bahwasanya Allah
Ta’ala berfirman : “ Barang siapa yang memusuhi kekasih Ku maka aku akan
menyatakan perang kepadanya. Sesuatu yang paling Ku sukai dari apa yang
dikerjakan oleh hamba Ku untuk mendekatkan diri kepada Ku yaitu bila dia
mengerjakan apa yang telah Kuwajibkan kepadanya. Seseorang itu akan selalu
mendekatkan diri kepada Ku dengan mengerjakan kesunatan kesunatan sehingga Aku
mencintai Nya.
Apabila Aku mencintai Nya, maka Aku merupakan pendengaran
yang ia pergunakan untuk mendengarnya. Aku merupakan penglihatan yang ia
pergunakan untuk melihatnya. Aku merupakan tangan yang ia pergunakan untuk
menyerangnya. Aku merupakan kaki yang ia pergunakan untuk berjalan. Seandainya
ia memohon kepada Ku, pasti Aku akan mengabulkan Nya. Dan seandainya ia
berlindung diri kepada Ku pasti Aku akan melindungi Nya “. ( H.R. Bukhari )
YANG WAJIB DAN SUNNAH
Begitu tinggi
penghargaan Allah pada hamba Nya, bila memperhatikan hal hal yang diwajibkan
dan disunnahkan, sehingga Allah akan mencintai dan mendekatinya !.
Yang wajib jelas banyak yang
memperhatikan, namun yang sunnah akankah diperhatikan ?. Karena dibenaknya ada pemikiran
: “ Wualaah hukumnya kan sunnah, bila
dilaksanakan dapat pahala, bila tidak kan tidak apa apa, tidak berdosa “
Dari
pemahaman inilah akhirnya dalam keseharian timbul sikap tebang pilih, sehingga menyepelehkan
yang sunnah. Padahal pada hadits diatas betapa pentingnya hikmah melaksanakan
yang wajib dan sunnah, sehingga Allah mencintainya.
Sebenarnya
sangat banyak hal hal sunnah yang dicontohkan Rasulullah s.a.w. yang sangat
bermanfaat, namun karena dianggap sunnah jadi lagi lagi diabaikan.
Bukankah
banyak tuntunan yang bersifat sunnah dicontohkan oleh Nabi s.a.w. : Sholat
sunnah rawatib ( sholat sunnah sebelum dan sesudah sholat wajib ), sholat
dhuha, sholat tahajjud, puasa senin kamis, puasa Dawud ( sehari puasa sehari
tidak ).
Bukankah
dalam keseharian Nabi juga mencontohkan : Mendahulukan yang kanan ( memasang
baju, sandal, menyisir rambut dll. ), berdo’a ketika akan dan bangun tidur, do’a
masuk ( mendahulukan kaki kiri ) dan do’a keluar kamar mandi ( mendahulukan
kaki kanan ), bercermin, do’a memakai pakaian, do’a keluar rumah ( mendahulukan
kaki kiri ), masuk rumah ( mendahulukan kaki kanan ), do’a masuk ( mendahulukan
kaki kanan ) dan keluar masjid (
mendahulukan kaki kiri ) , ‘iyadah ( besuk ) ke orang sakit, mendo’akan orang sakit
dan sebagainya. Bukankah semua ada tuntunannya dari Rasulullah s.a.w. Akankah
semua ini disepelehkan dan diabaikan.
Namun
karena semuanya dianggap hukumnya sunnah jadi lagi lagi pada diabaikan. Betapa
ruginya mengabaikan tuntunan, karena aktifitasnya hanya terfokus pada keduniaan
belaka ?, yang jelas tidak mengekalkannya.
Akankah
tuntunan yang demikian luas dan sempurna ini akan lenyap begitu saja, akibat
mengutamakan yang wajib dan menyepelehkan yang sunnah ?.
HIKMAH DICINTAI ALLAH
Betapa
hebat hikmah memperhatikan yang wajib dan sunnah, sehingga posisinya makin
dekat kepada Allah dan dicintai Allah. Dengan dekatnya dan dicintai Allah,
sampai Allah memelihara pendengarannya,
penglihatannya, tangan dan kakinya. Bahkan do’anya dikabulkan dan bila memohon
perlindungan akan dilindungi Nya pula. Allaahu Akbar.
SAMPAI KE MAKHLUK LANGIT DAN BUMI
Begitu
hebatnya dicintai Allah Ta’ala, sampai Allah memanggil Jibril untuk
mencintainya dan mengumumkan kepada makhluk di langit ( para Malaikat ), bahkan
sampai makhluk yang berada di bumi untuk mencintainya pula, Subhaanallah.
Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w. beliau bersabda :
“ Apabila Allah mencintai seseorang maka Allah memanggil Jibril seraya
berfirman : “ Sesungguhnya Allah Ta’ala mencintai fulan maka cintailah dia ! “.
Kemudian Jibril mencintai orang itu dan berkata kepada penghuni langit : “
Sesungguhnya Allah mencintai fulan maka cintailah dia ! “. Kemudian penghuni
langit mencintai orang itu. Sesudah itu kecintaan tersebut diteruskan kepada penghuni
bumi “. ( H.R. Bukhari Muslim )
Semoga kita suka mencintai Allah dengan selalu mengikuti
sunnah Nabinya, Amin.
KISAH TAULADAN
ABU THALKHAH DERMAWAN DAN PEMBERANI
Nama
lengkap Zaid bin Sahl bin Aswad al Anshari, kelahiran Madinah tahun 36 sebelum
hijrah. Ikut dalam perang Badar dan semua peperangan bersama Nabi s.a.w. Istrinya
Ummu Sulaim binti Malhan termasuk sahabat besar. Abu Thalkhah dikenal pemberani
dan piawai dalam memanah baik di masa jahiliyah maupun setelah memeluk Islam.
Termasuk shahabat Anshar yang tergolong hartawan.
Harta yang
paling dicintai adalah sebidang kebun yang terletak di depan Masjid Nabawi,
Nabi s.a.w. sering masuk kedalam kebun tersebut dan minum dari sumber yang
terdapat di dalamnya. Tatkala firman Allah turun : “ Kamu sekali kali tidak sampai kepada kebaikan ( yang sempurna ),
sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai “. ( Q.S. Ali Imran 92
). Mendengar ayat ini langsung Abu Thalkhah berniat menyedekahkan dan
meminta pendapat Nabi s.a.w. Beliau kemudian memerintahkan agar menyedekahkan
kepada kaum kerabatnya. Kemudian Abu Thalkhah membagikan sebidang kebun
tersebut kepada kerabat dan anak anak pamannya.
Pada saat
perang berkecamuk, dia selalu berada di depan Nabi s.a.w. untuk melindunginya.
Karena cintanya kepada Nabi s.a.w. sampai dia berkata : “ Ya Rasulullah aku rela kehilangan leherku demi melindungi lehermu “.
Salah seorang yang pernah dibonceng Nabi s.a.w. saat berangkat menuju ke
perang Khaibar.
Begitu
cerdik dan tajamnya dalam berbicara sampai Rasulullah s.a.w berkomentar : “ Orasi Abu Thalkhah di hadapan pasukan lebih baik daripada 1000
prajurit “.
Dalam perang
Hunain Rasulullah s.a.w. bersabda kepada pasukannya : “ Siapa yang berhasil membunuh tentara musuh, maka miliknya semua harta
rampasannya “. Dalam peperangan tersebut Abu Thalkhah berhasil membunuh 20
prajurit musuh dan mengambil semua harta rampasan mereka.
Pada haji
wada’ ( haji perpisahan ) Rasulullah sempat memberikan separuh potongan rambut
beliau setelah tahallul, dan separuhnya kepada shahabat yang lain.
Seorang
shahabat yang menggali sendirian kuburan Nabi s.a.w. Dia wafat ketika berada di
tengah lautan saat berangkat menuju perang di masa pemerintahan Utsman bin
Affan r.a.. Saat itu tidak ditemukan satu pulaupun untuk memakamkan jasadnya, sehingga
jasadnya tidak sempat di makamkan selama 7 hari, namun jasadnya tetap utuh
seperti ketika wafatnya.
Wafat pada 34 H. dalam usia 70 thn. Dishalatkan
khalifah Utsman r.a. dan dimakamkan di Madinah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar