Senin, 05 Januari 2015


MENCINTAI DAN DICINTAI ALLAH

" Katakanlah : " Jika kamu ( benar benar ) mencintai Allah, ikutilah aku Muhammad ), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa dosamu ". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang ". 
( Q.S. Ali Imran 31 )

Apabila seseorang mencintai sesuatu, pasti segala cara ditempuhnya agar kesayangannya bisa membalas dan memberikan kepuasan kepadanya.
Bermacam hobby unik dimiliki manusia, ada yang suka mengoleksi perangko ( philatelly ), sepeda antik, sepatu ( milik celebritis ada yang mencapai jutaan rupiah ) bahkan tas ( ada yang sampai 700 juta rupiah ) dan sebagainya.

DEMI HOBBY
Bagi pecinta burung karena sayangnya, sampai sudi merawatnya dengan memandikan ( padahal belum sempat mandi ), menjemur, memberi makanan khusus ( padahal belum sempat sarapan pagi ) dan melatihnya, sehingga menghasilkan kicauan indah. Karena merdunya kicauan, sampai ada yang berani menukar dengan mobil mercy, namun ......karena cintanya pada sang burung, tetap saja dipertahankan.
Demikian pula yang hobby mobil mewah ( lamborgini, ferrary, Porsche, Roll Roys ) walau bermilyard rupiah, dia sudi dan rela merogoh koceknya demi hobbynya. Lucunya lagi saking cintanya pada mobil mewah, sampai di rumahnya ada puluhan jumlahnya, padahal yang dipakai hanya sebuah saja setiap harinya. Padahal untuk merawatnya dibutuhkan waktu, tenaga dan biaya yang tidak sedikit nilainya.

BAGAI BUDAK   
Begitu cintanya manusia kepada benda kesayangannya sampai apapun dilakukan demi kepuasan hobbynya. Sehingga tepat kiranya bila pepatah Arab mengatakan : Orang yang mencintai sesuatu dia akan menjadi budaknya “.
Mencintai sesuatu tidak dilarang dalam agama selama tidak berlebihan, dengan mencintai secara berlebihan akan membuat kemubadzdziran dan sia sia, karena yang dicintai tidak akan kekal dan tidak akan membuatnya bermanfaat, menimbulkan rasa bangga, sombong dan sebangsanya.     

MENCINTAI ALLAH
Akankah makhluk ciptaan Allah lebih pantas dicintai dari yang menciptakan Nya ?. Seharusnya Pencipta Nya lebih di utamakan dari makhluk Nya.
Bukankah mencintai Allah lebih utama, lebih mulia, lebih bermanfaat, lebih kekal dan lebih nikmat bila difahami secara hakiki, karena Dia lah asal segala Nya, Pencipta Nya, Pemelihara Nya dan Penguasa Nya, bahkan kelak semuanya akan dikembalikan kepada Nya !. Akankah Dzat yang Maha Segala Nya ini dinomor duakan ?, dikesampingkan ?. Na’udzu billaahi min dzaalik.

CARA MENCINTAI ALLAH
Orang yang memahami hakekat hidup pasti pandai bersyukur dan mencintai Allah. Cara mencintai Allah dengan memahami firman tersebut diatas, yakni : Mengikuti apa yang dicontohkan Rasulullah s.a.w. Dengan mengikuti ( ittiba’ ) tuntunan Rasulullah s.a.w., Allah pasti akan mencintai dan mengampuni dosa dosanya.
Dari Abu Hurairah r.a. berkata : “ Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Bahwasanya Allah Ta’ala berfirman : “ Barang siapa yang memusuhi kekasih Ku maka aku akan menyatakan perang kepadanya. Sesuatu yang paling Ku sukai dari apa yang dikerjakan oleh hamba Ku untuk mendekatkan diri kepada Ku yaitu bila dia mengerjakan apa yang telah Kuwajibkan kepadanya. Seseorang itu akan selalu mendekatkan diri kepada Ku dengan mengerjakan kesunatan kesunatan sehingga Aku mencintai Nya.
Apabila Aku mencintai Nya, maka Aku merupakan pendengaran yang ia pergunakan untuk mendengarnya. Aku merupakan penglihatan yang ia pergunakan untuk melihatnya. Aku merupakan tangan yang ia pergunakan untuk menyerangnya. Aku merupakan kaki yang ia pergunakan untuk berjalan. Seandainya ia memohon kepada Ku, pasti Aku akan mengabulkan Nya. Dan seandainya ia berlindung diri kepada Ku pasti Aku akan melindungi Nya “. ( H.R. Bukhari )     

YANG WAJIB DAN SUNNAH
Begitu tinggi penghargaan Allah pada hamba Nya, bila memperhatikan hal hal yang diwajibkan dan disunnahkan, sehingga Allah akan mencintai dan mendekatinya !.
Yang wajib jelas banyak yang memperhatikan, namun yang sunnah akankah diperhatikan ?. Karena dibenaknya ada pemikiran : “ Wualaah hukumnya kan sunnah, bila dilaksanakan dapat pahala, bila tidak kan tidak apa apa, tidak berdosa “
Dari pemahaman inilah akhirnya dalam keseharian timbul sikap tebang pilih, sehingga menyepelehkan yang sunnah. Padahal pada hadits diatas betapa pentingnya hikmah melaksanakan yang wajib dan sunnah, sehingga Allah mencintainya.    
Sebenarnya sangat banyak hal hal sunnah yang dicontohkan Rasulullah s.a.w. yang sangat bermanfaat, namun karena dianggap sunnah jadi lagi lagi diabaikan.
Bukankah banyak tuntunan yang bersifat sunnah dicontohkan oleh Nabi s.a.w. : Sholat sunnah rawatib ( sholat sunnah sebelum dan sesudah sholat wajib ), sholat dhuha, sholat tahajjud, puasa senin kamis, puasa Dawud ( sehari puasa sehari tidak ).
Bukankah dalam keseharian Nabi juga mencontohkan : Mendahulukan yang kanan ( memasang baju, sandal, menyisir rambut dll. ), berdo’a ketika akan dan bangun tidur, do’a masuk ( mendahulukan kaki kiri ) dan do’a keluar kamar mandi ( mendahulukan kaki kanan ), bercermin, do’a memakai pakaian, do’a keluar rumah ( mendahulukan kaki kiri ), masuk rumah ( mendahulukan kaki kanan ), do’a masuk ( mendahulukan kaki kanan )  dan keluar masjid ( mendahulukan kaki kiri ) , ‘iyadah ( besuk ) ke orang sakit, mendo’akan orang sakit dan sebagainya. Bukankah semua ada tuntunannya dari Rasulullah s.a.w. Akankah semua ini disepelehkan dan diabaikan.
Namun karena semuanya dianggap hukumnya sunnah jadi lagi lagi pada diabaikan. Betapa ruginya mengabaikan tuntunan, karena aktifitasnya hanya terfokus pada keduniaan belaka ?, yang jelas tidak mengekalkannya.
Akankah tuntunan yang demikian luas dan sempurna ini akan lenyap begitu saja, akibat mengutamakan yang wajib dan menyepelehkan yang sunnah ?.     

HIKMAH DICINTAI ALLAH
Betapa hebat hikmah memperhatikan yang wajib dan sunnah, sehingga posisinya makin dekat kepada Allah dan dicintai Allah. Dengan dekatnya dan dicintai Allah, sampai Allah memelihara pendengarannya, penglihatannya, tangan dan kakinya. Bahkan do’anya dikabulkan dan bila memohon perlindungan akan dilindungi Nya pula. Allaahu Akbar.

SAMPAI KE MAKHLUK LANGIT DAN BUMI
Begitu hebatnya dicintai Allah Ta’ala, sampai Allah memanggil Jibril untuk mencintainya dan mengumumkan kepada makhluk di langit ( para Malaikat ), bahkan sampai makhluk yang berada di bumi untuk mencintainya pula, Subhaanallah. 
Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w. beliau bersabda : “ Apabila Allah mencintai seseorang maka Allah memanggil Jibril seraya berfirman : “ Sesungguhnya Allah Ta’ala mencintai fulan maka cintailah dia ! “. Kemudian Jibril mencintai orang itu dan berkata kepada penghuni langit : “ Sesungguhnya Allah mencintai fulan maka cintailah dia ! “. Kemudian penghuni langit mencintai orang itu. Sesudah itu kecintaan tersebut diteruskan kepada penghuni bumi “. ( H.R. Bukhari Muslim )
Semoga kita suka mencintai Allah dengan selalu mengikuti sunnah Nabinya, Amin.

                                                                 

                                                                 KISAH TAULADAN
                   ABU THALKHAH DERMAWAN DAN PEMBERANI

Nama lengkap Zaid bin Sahl bin Aswad al Anshari, kelahiran Madinah tahun 36 sebelum hijrah. Ikut dalam perang Badar dan semua peperangan bersama Nabi s.a.w. Istrinya Ummu Sulaim binti Malhan termasuk sahabat besar. Abu Thalkhah dikenal pemberani dan piawai dalam memanah baik di masa jahiliyah maupun setelah memeluk Islam. Termasuk shahabat Anshar yang tergolong hartawan.
Harta yang paling dicintai adalah sebidang kebun yang terletak di depan Masjid Nabawi, Nabi s.a.w. sering masuk kedalam kebun tersebut dan minum dari sumber yang terdapat di dalamnya. Tatkala firman Allah turun : “ Kamu sekali kali tidak sampai kepada kebaikan ( yang sempurna ), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai “. ( Q.S. Ali Imran 92 ). Mendengar ayat ini langsung Abu Thalkhah berniat menyedekahkan dan meminta pendapat Nabi s.a.w. Beliau kemudian memerintahkan agar menyedekahkan kepada kaum kerabatnya. Kemudian Abu Thalkhah membagikan sebidang kebun tersebut kepada kerabat dan anak anak pamannya.
Pada saat perang berkecamuk, dia selalu berada di depan Nabi s.a.w. untuk melindunginya. Karena cintanya kepada Nabi s.a.w. sampai dia berkata : “ Ya Rasulullah aku rela kehilangan leherku demi melindungi lehermu “. Salah seorang yang pernah dibonceng Nabi s.a.w. saat berangkat menuju ke perang Khaibar.
Begitu cerdik dan tajamnya dalam berbicara sampai Rasulullah s.a.w  berkomentar : “ Orasi Abu Thalkhah di hadapan pasukan lebih baik daripada 1000 prajurit “.  
Dalam perang Hunain Rasulullah s.a.w. bersabda kepada pasukannya : “ Siapa yang berhasil membunuh tentara musuh, maka miliknya semua harta rampasannya “. Dalam peperangan tersebut Abu Thalkhah berhasil membunuh 20 prajurit musuh dan mengambil semua harta rampasan mereka.
Pada haji wada’ ( haji perpisahan ) Rasulullah sempat memberikan separuh potongan rambut beliau setelah tahallul, dan separuhnya kepada shahabat yang lain.
Seorang shahabat yang menggali sendirian kuburan Nabi s.a.w. Dia wafat ketika berada di tengah lautan saat berangkat menuju perang di masa pemerintahan Utsman bin Affan r.a.. Saat itu tidak ditemukan satu pulaupun untuk memakamkan jasadnya, sehingga jasadnya tidak sempat di makamkan selama 7 hari, namun jasadnya tetap utuh seperti ketika wafatnya. 
Wafat pada 34 H. dalam usia 70 thn. Dishalatkan khalifah Utsman r.a. dan dimakamkan di Madinah.   


Tidak ada komentar:

Posting Komentar