HIKMAH
SHOLAT DHUHA
“ Demi matahari dan cahayanya di pagi hari “.
( Q.S. Adh Dhuha 1 )
“ Demi waktu matahari sepenggalahan naik “
( Q.S. Asy Syamsy 1
)
Begitu pentingnya menghargai waktu sehingga Allah
bersumpah demi waktu dhuha ini, dhuha adalah waktu ketika matahari mulai
meninggi, dimana manusia pada mulai sibuk mempersiapkan diri, guna memulai
aktifitas mencari rizki di pagi hari.
Alangkah indah dan mulianya bila dalam memulai
aktifitas dunia tidak lupa mengawali dengan sholat sunnah, sehingga dalam
mencari karunia Nya tetap membawa berkah, karena diawali dengan melaksanakan
tuntunan walau bersifat sunnah adanya.
Kualitas jiwa yang senantiasa tekun
melaksanakan ibadah sunnah, beda dengan yang hanya melaksanakan yang wajib
wajib saja, karena dengan memperhatikan yang sunnah berarti punya nilai lebih
disisi Allah Ta’ala.
DENGAN
IBADAH SUNNAH AKAN DIPELIHARA
Karena memperhatikan ibadah sunnah, Allah akan
senantiasa menjaga dan memelihara Nya, mulai mata, telinga, tangan dan kaki
nya, bahkan dilindungi dan makbul do’nya.
Dari Abu Hurairah r.a. berkata : “ Rasulullah
s.a.w. bersabda : “ Bahwasanya Allah Ta’ala berfirman : “ Barang siapa yang
memusuhi kekasih Ku, maka Aku menyatakan
perang kepadanya. Sesuatu yang paling Kusukai dari apa yang dikerjakan oleh
hamba Ku untuk mendekatkan diri kepada Ku yaitu bila ia mengerjakan apa yang
telah Ku wajibkan kepadanya. Seseorang akan selalu mendekatkan diri kepada Ku
dengan mengerjakan mengerjakan hal hal yang “sunnah” sehingga Aku menyukainya. Apabila Aku mencintainya maka aku
merupakan pendengaran yang ia pergunakan untuk mendengarkannya. Aku merupakan
penglihatan yang ia pergunakan untuk melihatnya. Aku merupakan tangan yang yang
ia pergunakan menyerangnya dan Aku merupakan merupakan kaki yang ia pergunakan
untuk berjalan. Seandainya ia memohon kepada Ku pasti Aku akan mengabulkan Nya,
dan seandainya ia berlindung diri kepada Ku pasti Aku akan melindungi Nya
“. ( H.R. Muslim ) Demikian istimewa dan
tingginya perhargaan Allah terhadap hamba Nya yang suka melaksanakan kewajiban
dan ibadah sunnah !.
NILAI SHOLAT DHUHA
Tiap ibadah memiliki keutamaan, demikian pula dengan sholat dhuha. Dari Abu Dzar r.a. dari Nabi
s.a.w. sabdanya : “ Setiap orang mempunyai sumber sedekah. Tiap tiap tasbih (
Subhaanallah ), tahmid ( Alhamdulillaah ), tahlil ( Laa ilaaha illallaah ) dan
takbir ( Allaahu Akbar ) adalah sedekah, nahi munkar ( Mencegah kemungkaran )
sedekah. Dan semuanya itu sama nilainya dengan dua rekaat sholat dhuha “. ( H.R. Muslim )
Demikian pentingnya sholat dhuha sampai Nabi s.a.w. berpesan pada sahabat
Abu Hurairah r.a. : Dari Abu Hurairah r.a.
katanya : “ Sahabatku ( Rasulullah s.a.w. ) berwasiat kepadaku tiga perkara :
Puasa tiga hari setiap bulan, sholat dhuha dua rokaat, sholat witir sebelum
tidur “. ( H.R. Muslim ) WAKTU SHOLAT DHUHA
Waktu sholat dhuha adalah
ketika matahari mulai agak tinggi ( sekitar pukul 6 sampai pukul 11 pagi ) :
Dari
‘Abdullah bin Harits bin Naufal r.a. katanya dia mencari cari orang dapat
mengajarkan kepadanya tentang sholat dhuha Rasulullah s.a.w. Tetapi tiada yang
ditemukannya selain dari Ummu Hani binti Abu Tholib. Katanya : “ Dia
mengabarkan kepadaku ( ‘Abdullah bin Harits ), bahwa Rasulullah s.a.w. datang
kerumahnya setelah hari “ agak tinggi ” pada
hari penaklukan Mekkah, kemudian ia minta sehelai kain untuk menutup tempatnya
mandi. Setelah mandi beliau sholat delapan rekaat, yang aku tak tahu yang
manakah diantaranya yang lama : berdirinya, ruku’nya, atau sujudnya, karena
semuanya hampir sama saja lamanya. Kata Ummu Hani : “ Aku belum pernah melihat
beliau mengerjakan sholat itu sebelum dan sesudahnya “. (
H.R. Muslim )
Demikian teliti dan hati hati para
sahabat Nabi dan tabi’in ( generasi sesudah sahabat ) dalam beribadah, sehingga
tidak asal melaksanakan ibadah tanpa mengetahui dasar sumbernya dari Nabi,
sampai dicarinya yang benar benar pernah melihat Nabi s.a.w. dalam melaksanakan
sholat dhuha, sehingga jangan sampai terjadi kesalahan dalam mengamalkannya.
JUMLAH REKAAT DAN HUKUMNYA
Dari ‘Aisyah r.a. katanya : “
Aku tak pernah melihat Nabi s.a.w. sholat sunnah dhuha, sekali kali tidak !.
Tetapi aku senantiasa mengerjakannya sekalipun beliau tidak. Sesungguhnya
beliau menyukai amal tersebut, tetapi beliau kuatir umat senantiasa
mengamalkannya, kemudian dianggap wajib “. (
H.R. Muslim )
Sehubungan hadits yang disampaikan ‘Aisyah r.a. ini, Imam Nawawi memberi
penjelasan sebagai berikut :
“ ‘Aisyah tak pernah melihat Nabi s.a.w. sholat dhuha,
karena mungkin pada waktu waktu tersebut beliau tidak pernah berada di rumah
‘Aisyah. Mungkin beliau sedang dalam perjalanan, di masjid atau di tempat lain.
Sholat dhuha termasuk sunnah muakkad ( sunnah yang dikokohkan ), paling
sedikit dua rekaat dan yang paling sempurna delapan rekaat, namun boleh juga
dikerjakan empat atau enam rekaat ( Syarah Imam Nawawi 2: 369 ) “. 4, 6 dan 8 rekaat masing masing dikerjakan dengan 2 rekaat.
DI RUMAH
Dari Ibnu Umar r.a. dia
mengatakan bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Kerjakan beberapa diantara
sholatmu di rumahmu, dan jangan kamu jadikan rumahmu itu menjadi kuburan ". ( H.R. Bukhari )
Yang
dimaksud sholat di rumah disini adalah sholat sunnah, dengan mengerjakan sholat
dirumah maksud Nabi s.a.w. agar rumah tidak hanya sekedar untuk tidur saja (
sebagai kuburan ).
Dengan diisi sholat sunnah rumah akan bercahaya, sebagaimana
sabda beliau : “ Sinarilah rumahmu dengan sholat ( sunnah ) dan bacaan Al
Quran “.
Rumah
disamping sebagai tempat tinggal, sekaligus sebagai tempat istirahat terlama,
juga berfungsi sebagai tempat berlindung agar aman dari gangguan panas, hujan
dan cuaca yang bisa menganggu kesehatan.
Namun dibalik itu
rumah harus juga terjaga dari gangguan bahaya ghoib, dan makhluk halus yang
kita tak akan sanggup menangkalnya, karena bersifat ghoib ( tak bisa dilihat
dengan panca indra ). Dengan melaksanakan tuntunan agama gangguan semacam ini
akan bisa ditolaknya, karena Allah yang langsung menjaga dan melindung Nya !.
RUMAH BERCAHAYA
Rumah yang diisi dengan
kegiatan ibadah sholat sunnah dan bacaan Alquran beda dengan yang hanya dipakai
istirahat saja, dengan kegiatan ibadah rumah akan punya energi positif yang
bisa menangkal bahaya kekuatan ghoib yang berasal dari setan yang mangganggunya.
Ini makna sabda Nabi s.a.w. : “ Sinarilah rumahmu dengan sholat dan bacaan
Al Quran “.
Dengan
demikian rumah tak perlu lagi diberi mantera, jimat atau tumbal, yang justru
bisa menimbulkan kemusyrikan, sebagaimana sabda Nabi s.a.w. : “ …Sesungguhnya
mantra, jimat dan pelet adalah syirik… “. (
H.R. Ibnu Hibban dan Al Hakim )
KISAH
TAULADAN
AYAH DAN
ANAK BEREBUT SYURGA
Suatu
saat Nabi s.a.w. menyerukan pada para sahabat yang mampu berjihad agar ikut berangkat
ke medan perang Badar. Maka terjadilah kisah unik antara seorang ayah dan
putranya : Khaitsumah dan Sa’ad bin Haitsumah.
Keduanya menyambut seruan Rasululullah s.a.w.
dengan penuh semangat, tetapi Haitsumah menginginkan agar putranya tidak
berangkat sambil berkata : “ Anakku aku akan berangkat ke medan perang, dan
engkau menjaga anak dan para wanita !.
Rupanya putranya juga berkeinginan keras
untuk berangkat sambil berkata : “ Ayah sesungguhnya aku lebih berminat dalam
memerangi kaum Kafir Quraisy, sedang ayah lebih dibutuhkan untuk tinggal di
rumah “.
Khaitsumah dengan emosi
menjawab : ” Engkau menentangku hai Sa’ad, engkau tidak patuh pada orang tuamu
“. Sa’ad menjawab : “ Ayah, Allah dan Rasulullah mewajibkan jihad kepadaku,
sementara ayah melarangku, bagaimana aku akan mentaatimu untuk menentang Allah
dan Rasul Nya “.
Akhirnya
keduanya sepakat untuk mengundi agar tercapai titik temu dalam menentukan siapa
yang berangkat, ternyata putranya yang memenangkan undian.
Maka berangkatlah
Sa’ad bin Kutsaimah kemedan jihad yang berakhir dengan kematian syahid di medan
perang Badar. Khaitsumah pun sedih, sedih bukan karena kematian putranya,
justru ia sedih karena bukan dirinya yang mati syahid.
Suatu saat giliran
perang Uhud tiba, rupanya Khaitsumah sangat berambisi mengikutinya, ia pun
menemui Rasulullah s.a.w. sambil berkata : “ Wahai Rasulullah engkau tak
memberiku kesempatan pada perang Badar, padahal aku telah melihat putraku dalam
mimpi tadi malam berkata : “ Seharusnya engkau menemani kami dalam syurga, aku
telah mendapatkan apa yang dijanjikan Allah “. “ Demi Allah, ya Rasulullah aku
benar benar rindu menemani anakku di Syurga. Usiaku telah lanjut, tulang
tulangku telah rapuh, aku berharap ingin segera berjumpa dengan Nya “.
Demi melihat tekadnya
yang kuat, akhirnya Rasulullah s.a.w. merestui untuk ikut berperang di Medan
Uhud.
Di medan Uhud Khutsaimah
melesat dengan semangat jihadnya bagai anak panah melesat dari busurnya memerangi
kaum kafir Quraisy jahiliyah, akhirnya dengan izin Allah Khutsaimah gugur pula
sebagai syahid seperti yang dicita citakannya, dengan demikian tercapai sudah
cita citanya dalam menemui dan menyusul putranya yang telah gugur mendahului
sebagai syahid pula.
Demikian
indah dan mulia kematian mereka demi memenuhi panggilan Tuhan Nya, dalam rangka
menegakkan kalimat Laa ilaaha illallah !.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar