SAAT MUDA BERPENAMPILAN MEWAH KETIKA WAFAT SANGAT SEDERHANA
“ Di
antara orang orang
mukmin itu ada orang orang yang menepati apa yang
telah mereka janjikan kepada Allah. Maka di antara mereka ada yang
gugur dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu nunggu dan mereka
tidak merobah (janjinya) “. ( Q.S. Al Ahzab 23 )
Di zaman
Nabi s.a.w. hiduplah seorang pemuda kaya berpenampilan
rupawan, namanya Mush’ab bin Umair. Dilahirkan di masa jahiliyah, empat belas tahun setelah
kelahiran Nabi s.a.w.
Imam
Ibnul Atsir berkata : “ Mush’ab adalah pemuda tampan dan rapi penampilannya. Kedua
orang tuanya sangat menyayanginya. Ibunya seorang wanita kaya. Sandal Mush’ab
adalah sandal al Hadrami, pakaiannya yang terbaik, adalah orang Mekah yang
paling harum sehingga semerbak aroma parfumnya.
Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Aku tidak pernah melihat seorang pun di Mekah yang lebih rapi rambutnya,
paling bagus pakaiannya, dan paling banyak diberi
kenikmatan selain dari Mush’ab bin Umair ”. ( H.R. Hakim ).
MEMELUK
ISLAM
Walau hidup di lingkungan jahiliyah, dia terpanggil juga memeluk Islam. Dia
mendatangi Nabi s.a.w. di rumah al Arqam dan menyatakan keimanannya.
Kemudian
Mush’ab menyembunyikan keislamannya untuk menghindari intimidasi kafir Quraisy.
Walau dalam situasi sulit dia tetap aktif menghadiri majelis Rasulullah. Hingga akhirnya menjadi
salah seorang sahabat yang dalam ilmunya. Sehingga Rasulullah s.a.w. mengutusnya
ke Madinah untuk berdakwah.
DILAPORKAN
Suatu
hari Utsmani bin Thalhah melihat Mush’ab bin Umair beribadah, dia
melaporkan kepada ibu Mush’ab, ibunya kecewa dan mengancamnya tidak akan memberi makan dan minum serta terus beridiri tanpa naungan, baik
di siang maupun malam
hari, kecuali Mush’ab meninggalkan agamanya.
Mush’ab pun ditangkap oleh keluarganya dan disiksa.
Karena kerasnya pendirian, berubahlah keadaan kehidupannya.
BERPENAMPILAN BEDA
Ali bin
Abi Thalib berkata : “ Suatu hari, kami duduk bersama Rasulullah s.a.w. di masjid, kemudian muncullah Mush’ab
bin Umair mengenakan kain burdah kasar bertambalan. Ketika Rasulullah s.a.w. melihatnya, beliau menangis
teringat akan kenikmatan yang ia dapatkan dahulu (sebelum memeluk Islam)
dibandingkan dengan keadaannya sekarang…” ( H.R. Tirmidzi ).
Zubair
bin al Awwam berkata : “ Suatu ketika Rasulullah s.a.w. sedang duduk dengan para sahabat di Masjid Quba, lalu
muncullah Mush’ab bin Umair dengan kain burdah (jenis kain kasar) yang tidak
menutupi tubuhnya secara utuh. Orang orang pun menunduk, kemudian dia mendekat dan mengucapkan salam. Mereka menjawab
salamnya. Kemudian Nabi s.a.w. memuji
dan mengatakan hal yang baik baik tentangnya. Beliau bersabda : “ Sungguh aku melihat Mush’ab tatkala bersama kedua orang
tuanya di Mekah, keduanya memuliakan dia dan memberinya berbagai macam
fasilitas dan kenikmatan. Tidak ada pemuda pemuda
Quraisy yang semisal dengan dirinya. Setelah itu dia tinggalkan semuanya demi menggapai ridha Allah dan menolong Rasul Nya ”. ( H.R. Hakim ).
Saad bin
Abi Waqqash r.a. berkata : “ Dulu saat bersama orang tuanya, Mush’ab bin Umair adalah
pemuda Mekah yang paling harum. Ketika ia mengalami apa yang kami alami
(intimidasi), keadaannya pun berubah. Kulihat kulitnya pecah pecah mengelupas dan tertatih tatih, sampai
tidak mampu berjalan, kami ulurkan busur busur kami, lalu kami papah dia ”.
BERDAKWAH
KE YATSRIB ( MADINAH )
Karena keluasan
ilmunya Mush’ab bin Umair diutus berdakwah ke Yatsrib.
Dan tinggal di tempat As’ad bin Zurarah, dalam waktu singkat, sebagian besar penduduk Madinah pun
memeluk agama Islam
Kemudian dia
berdakwah kepada Saad bin Muadz seorang kepala suku. Saad memiliki kesan mendalam terhadap Mush’ab bin Umair r.a. Kemudian Saad berkata kepada kaumnya : “ Wahai Bani Abdu Asyhal, apa yang kalian ketahui tentang
kedudukanku di sisi kalian ? ”. Mereka menjawab : “ Engkau adalah pemuka kami, orang yang paling bagus
pandangannya, dan paling lurus tabiatnya ”. Lalu Saad berkata : “ Haram bagi
laki laki dan perempuan di antara kalian berbicara kepadaku
sampai ia beriman kepada Allah dan Rasul Nya ! ”. Tidak sampai sore hari seluruh kaumnya beriman kecuali
Ushairim. Berkat dakwah Mush’ab, Madinah menjadi tempat pilihan Nabi s.a.w. dan para sahabatnya hijrah, sehingga dikenal dengan Kota Nabi Muhammad
(Madinah an Nabawiyah).
TERBUNUH
Muhammad
bin Syarahbil mengisahkan akhir hayatnya : “ Mush’ab bin Umair r.a. membawa bendera perang di medan Uhud, lalu datang penunggang kuda dari
pasukan musyrik Ibnu Qumai ah al Laitsi ( yang mengira bahwa Mush’ab adalah Rasulullah ), lalu ia menebas tangan kanan Mush’ab sampai putus, kemudian Mush’ab membaca ayat : “ Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh
telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul ”. ( Q.S. Ali Imran 144 ). Kemudian bendera dipegang
dengan tangan kirinya. Lalu Ibnu Qumai ah datang kembali dan menebas tangan
kirinya hingga terputus kedua lengannya. Kemudian Mush’ab mendekap bendera di dadanya sambil membaca
ayat yang sama. Kemudian anak panah merobohkannya dan terjatuhlah bendera
tersebut. Setelah Mush’ab gugur, Rasulullah menyerahkan bendera pasukan kepada
Ali bin Abi Thalib ( Ibnu Ishaq ). Kemudian bnu Qumai ah kembali ke pasukan kafir Quraisy sambil berkata : “ Aku telah membunuh Muhammad ”.
NABI MENDO’AKAN
Abu
Hurairah mengisahkan : “ Setelah Perang Uhud usai, Rasulullah s.a.w. mencari sahabat sahabatnya yang gugur. Saat melihat jasad Mush’ab bin
Umair yang syahid dengan keadaan menyedihkan, beliau berhenti, lalu mendoakan
kebaikan untuknya. Kemudian beliau membaca ayat : “ Di antara orang-orang mukmin itu ada orang orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah, maka di
antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu nunggu dan mereka tidak merubah ( janjinya ) ”. ( Q.S. Al Ahzab 23 ).
Kemudian
beliau mempersaksikan bahwa sahabat sahabatnya yang gugur adalah syuhada
di sisi Allah.
HANYA SELEMBAR KAIN BURDAH
Setelah itu, beliau berkata kepada jasad Mush’ab : “ Sungguh aku melihatmu ketika di Mekah, tidak ada seorang pun
yang lebih baik pakaiannya dan rapi penampilannya daripada engkau. Dan sekarang
rambutmu kusut dan ( pakaianmu ) kain burdah ”.
Tak
sehelai pun kain untuk kafan yang menutupi jasadnya kecuali sehelai burdah.
Andainya ditaruh di atas kepalanya, terbukalah kedua kakinya. Sebaliknya, bila
ditutupkan ke kakinya, terbukalah kepalanya. Sehingga Rasulullah bersabda : “ Tutupkanlah kebagian kepalanya, dan kakinya tutupilah dengan
rumput idkhir ”. Mush’ab wafat setelah 32 bulan hijrahnya Nabi ke Madinah, saat itu usianya 40 tahun.
KISAH TAULADAN
QUTHBAH BIN
AMIR R.A.
Quthbah bin Amir bin
Hadidah adalah seorang sahabat Anshar dari kabilah Bani Salamah, termasuk suku
Khazraj.
Pada tahun ke 11 dari kenabian, Quthbah
bersama lima orang temannya melakukan ibadah haji
dan umrah (jahiliah) ke Makkah. Menjelang tengah malam, ketika sedang
beristirahat dan mengobrol di Aqabah Mina, Nabi s.a.w. ditemani Abu Bakar dan Ali bin Abi Thalib bersabda : “ Siapakah
kalian ini ? ”. Quthbah dan teman temannya
berkata :
“ Kami
orang orang
dari Khazraj di Yatsrib ”. “ Sekutu orang orang Yahudi ? ”, kata Nabi s.a.w. “ Benar ”, kata mereka. Nabi
s.a.w. bersabda : “ Bolehkah
aku duduk bersama kalian, dan berbincang bincang dengan kalian ? ”. “ Baiklah ”, kata mereka berenam.
Kemudian Nabi s.a.w. menceritakan
tentang risalah Islam, dan tugas kenabian,
juga membacakan beberapa ayat ayat al Qur’an. Mereka memang
pemuda pemuda
pilihan dan cerdas,
sehingga dengan mudah memahami kebenaran
yang disampaikan Rasulullah s.a.w.
Apalagi selama ini, kaum Yahudi yang menjadi sekutu mereka, menceritakan dan
membanggakan seorang Nabi
akhir zaman yang akan mereka ikuti, dan membawa mereka menjadi pemimpin dunia.
Kaum Yahudi juga menceritakan cirri ciri Nabi yang mereka
tunggu tunggu,
dan semuanya sesuai
pada diri Rasulullah s.a.w.
Kemudian
mereka berkata : “ Demi
Allah, kalian tahu bahwa dia benar benar seorang Nabi seperti yang
dikatakan oleh orang orang
Yahudi,
mereka jangan mendahului
kita memenuhi seruannya ”. Kemudian
mereka
segera memeluk Islam.
Sepulangnya ke Yatsrib, Quthbah dan teman temannya mulai
mendakwahkan Islam kepada kaumnya. Berita terus menyebar, termasuk kepada suku
Aus yang selama ini menjadi musuh bebuyutan suku Khazraj, sehingga tidak ada
satu rumahpun di Yatsrib, kecuali telah menyebut nyebut nama
Rasulullah s.a.w.
Pada musim haji
berikutnya, mereka bermaksud menemui Nabi s.a.w. sambil
melaksanakan haji dengan tujuh
orang dari pemuka kabilahnya dan dua orang suku Aus. Ketika pulang ke Yatsrib,
Nabi s.a.w.
mengirimkan guru dan muballigh pertama untuk mereka, Mush’ab bin Umair.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar