Minggu, 11 Januari 2015


HANYA KEPADANYA SEMUANYA  BERGANTUNG

Katakanlah : " Dia lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada Nya segala sesuatu ”. ( Q.S. Al Ikhlash 1-2 )
      
Pada tahun 2002 pesawat garuda terbang dipiloti capt. Abdul Rozak dengan membawa 54 penumpang, ketika diatas Blora menuju ke arah Solo, pesawat mendapat halangan berupa awan yang tidak mendukung.

PERALATAN KURANG CANGGIH
Karena peralatan radar yang tidak secanggih saat ini, berakibat pesawat terperangkap awan cumulus nimbus yang mengerikan.
Sehingga pesawat terguncang keras dan terhempas berulang ulang, semua penumpang diinstruksikan duduk dengan mengenakan sabuk pengaman, agar tidak terlempar membentur cabin pesawat.

MESIN PESAWAT MATI
Akibat guncangan keras lampu pesawat padam, diikuti matinya kedua mesin pesawat, sehingga pesawat terus meluncur kebawah karena tidak ada dorongan kekuatan mesin untuk mengangkatnya.

BERDO’A PASRAH
Dalam hitungan sekitar 6 menit, di ketinggian hanya 6000 feet, capt. Abdul Rozak dengan dibantu co pilot berusaha sekuat tenaga mengendalikan pesawat mencari tempat yang memungkinkan pesawat bisa mendarat dengan selamat.
Sebagai pilot beriman, capt. Abdul Rozak disamping berusaha secara tekhnis, pada menit menit terakhir masih punya satu andalan yang bisa dilakukan, yakni berdo’a dan pasrah kepada Allah dengan do’anya : “ Ya Allah saya ikhlash, seandainya saya Engkau takdirkan untuk mati, namun ya Allah selamatkan semua penumpang yang berada di belakang saya “.
Demikian pernyataan pilot capt. Abdul Rozak, sambil berhenti sejenak matanya berkaca kaca karena terharu, kepada reporter Metro yang mewawancarainya di studio, pada hari Ahad 11 Januari 2015 malam. 

PENDARATAN DARURAT               
Akhirnya pilot mengambil sikap mendarat darurat, pertama akan diputuskan mendarat di sawah yang digenangi air, namun pilot ragu karena khawatir bila di bawah air ada hal hal yang tidak menguntungkan, sehingga akan membahayakan keselamatan para penumpang.
Maka diputuskan mendarat darurat di sungai, namun betapa kagetnya sang pilot karena ternyata di sungai ada 2 jembatan, sehingga dengan hati pesawat harus mendarat diantara dua jembatan.
Akhirnya berkat do’anya yang dipanjatkan dengan tulus ikhlas, dengan izin Allah pesawat bisa mendarat di sungai dengan selamat, walau pada beberapa cabin pesawat mengalami beberapa kerusakan.

SARAN PILOT CAPT.  ABDUL ROZAK
Selanjutnya capt. Abdul Rozak berkata : “ Sebaiknya kita harus bersahabat dengan cuaca, artinya kita harus memahami situasi cuaca, sehingga bisa menghindari keganasannya dengan selamat.. Sekarang radar bertehnologi lebih canggih, sehingga keadaan didepan bisa diketahui lebih awal, beda dengan tehnologi radar di tahun 2002 “.

HILANG KONTAK
Pada peristiwa musibah pesawat Air Asiia QZ 8501, sebelum hilang hilang kontak, pilot Air Asia QZ 8501 meminta ijin mengubah jalur penerbangan karena ada Awan Cumulus Nimbus.
Plt Direktorat Jendral Perhubungan Udara Djoko Murdjatmojo mengatakan, bahwa pesawat Air Asia QZ8501 sempat meminta izin untuk naik ke ketinggian 38.000 kaki. Namun sebelum disetujui ATC (Air Traffic Control), pesawat rute Surabaya Singapura tersebut hilang kontak.
Djoko mengungkapkan, sebelumnya pilot meminta izin untuk menghindari awan kumolo nimbus (Cumulus Nimbus). Kemudian ATC memberikan persetujuan untuk menghindari awan, dan menyarankannya untuk berbelok ke sebelah kiri.“ Setelah menghindari awan ke arah kiri dari jalur penerbangan, dan mereka meminta naik ke ketinggian 38000 kaki, tapi belum di setujui , kata Djoko saat megadakan jumpa pers, di kantor Otoritas Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Ahad (28/12) sore.

AWAN CUMULUS NIMBUS
Cumulus Nimbus berasal dari bahasa Latin : " cumulus " artinya terakumulasi dan " nimbus " berarti hujan. Awan ini terbentuk sebagai hasil dari ketidak stabilan atmosfer. Awan awan ini dapat terbentuk sendiri, secara berkelompok, awan ini menciptakan petir dari dalam inti awan.
Cumulus Nimbus adalah awan vertikal yang menjulang sangat tinggi, padat, dan terlibat dalam badai petir dan cuaca dingin. Awan ini terbentuk dari awan cumulus ( terutama cumulus kongestus ) dan dapat terbentuk lagi menjadi supersel, sebuah badai petir besar.

DITAKUTI
Awan Cumulus Nimbus sangat ditakuti dalam dunia penerbangan, karena bisa menghasilkan microbust, atau angin dengan tekanan tinggi. Microbust yang menerpa pesawat akan menekan pesawat ke bawah dan pesawat kehilangan daya angkat. 
Microbust yang muncul mengakibatkan aliran angin dari ujung sayap melingkar dan tumbuh ke bawah. Lintasan yang dilalui pesawat mengakibatkan berbahaya turbulensi angin di belakang pesawat.
Otoritas penerbangan Amerika Serikat, FAA ( Federal Aviation Administration ) memberi perhatian besar pada masalah ini sejak 1960. 
Mereka mencatat sekitar 500 pesawat berada dalam bahaya atau nyaris celaka karena dihempaskan microbust saat take off dan landing .

LUAR BIASA KEKUATANNYA
Awan Cumulus Nimbus yang yang tinggi seperti gunung gunung raksasa  dapat menyebabkan turbulensi dan mematikan mesin pesawat.
Oleh karena itu, awan ini kerap dihindari oleh para pilot. Di dalam awan Cumulus Nimbus terdapat butiran es yang menyebar, dan badai petir yang mengkilat, kalau butiran es itu masuk ke engine maka dapat menyebabkan engine mati , jelas pakar dirgantara.

AL QURAN SUDAH MENJELASKAN
Fenomena awan Cumulus Nimbus ternyata telah dijelaskan Al Quran : “ Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara ( bagian bagian ) nya, kemudian menjadikannya bertindih tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah celahnya dan Allah (juga) menurunkan ( butiran butiran ) es dari langit, ( yaitu ) dari ( gumpalan gumpalan awan seperti ) gunung gunung, maka ditimpakan Nya ( butiran butiran ) es itu kepada siapa yang dikehendaki Nya dan dipalingkan Nya dari siapa yang dikehendaki Nya. Kilauan kilat awan itu hampir hampir menghilangkan penglihatan ". ( Q.S. An Nur 24-43 )
Allaahu Akbar, betapa Besar Ke Kuasaan Nya, yang telah menciptakan udara sehingga bisa memudahkan pesawat bisa terbang. Demikian pula dengan ciptaan Nya berupa awan cumulus nimbus, sehingga para pilot pada ketakutan untuk melewatinya. Ternyata hanya kepada Nyalah semua makhluk bergantung !.  


                  

KISAH TAULADAN 

PENGORBANAN PARA SAHABAT NABI

Para sahabat Nabi s.a.w. adalah orang orang yang luar biasa dalam menafkahkan hartanya, mereka mengorbankan harta dan jiwa untuk agama yang dicintainya.  
Harta yang mereka miliki seolah olah tak berarti. Sebanyak apapun yang dibutuhkan untuk agama, mereka berikan sesuai dengan apa yang mereka miliki. Berikut ini di antara  amalan para sahabat Nabi dalam berinfak :

Abu Bakar Ash shiddiq r.a.      

Ketika beliau berkeinginan membebaskan Bilal r.a. dari perbudakan, Umaiyah bin Khalaf mematok harga 9 uqiyah emas. Abu Bakar r.a. langsung menebusnya. 1 uqiyah emas = 31,7475 gr emas 285,73 gr x Rp 400.000,00 = Rp 114.291.000,-Umar bin a  -Khaththab r.a. : 

Dalam Kitab Jami’ Bayanil Ilmi wa Fadhlih, oleh Ibnu Abdil Barr, menerangkan bahwa Umar r.a. mewasiatkan 1/3 hartanya 40.000 (dinar atau dirham), atau totalnya melebihi nilai 120.000 (dinar atau dirham).  Sekarang senilai 510.000 gr emas = Rp 204.000.000.000,-

Utsman bin Affan r.a.

Saat Perang Tabuk, menyumbang 300 ekor unta, 300 ekor unta x Rp12.000.000,00 = Rp 3.600.000.000,- serta dana sebesar 1.000 Dinar Emas, ( 1000 dinar x 4,25 gr = 4250 gr x Rp 400.000,00 = Rp 1.700.000.000,- )

Abdurrahman bin Auf r.a.
Ketika menjelang Perang Tabuk, Abdurrahman bin Auf mempelopori dengan menyumbang dana sebesar 200 Uqiyah Emas. 1 uqiyah emas = 31,7475 gr emas, 200 uqiyah x 31,7475 gr emas = 6.349,5 gr x Rp 400.000,00 = Rp 2.539.800.000,-
Menjelang wafatnya mewasiatkan 50.000 dinar untuk infaq fi Sabilillah
100.000 dinar x 4,25 gr = 425.000 gr emas x Rp 400.000,00 = Rp 170.000.000.000,
-

Para sahabat rela mengurbankan harta bahkan jiwa yang dicintainya karena sangat faham hakekat harta dan jiwanya. Sehingga   mereka bersungguh sungguh berniaga dengan Allah Ta’ala dalam membeli syurga Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar