KEUTAMAAN SHOLAT JUM'AH
“ Hai
orang orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, maka
bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli yang
demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui “. (
Q.S. Jum’ah 9 )
Alhamdulillah
jika diamati kegiatan shalat jum’ah sangat menggembirakan, masjid dimana mana terlihat penuh sesak dengan
kehadiran para jamaah. Bahkan meluber
sampai kejalan, ini pertanda masih manancapnya iman, masih peduli dengan seruan
firman Allah yang dicanangkan, sebagaimana terpampang disurat Jum’at ayat 9.
Namun
patut disayangkan jika dicermati, bahwa kondisi dalam menunaikan shalat ini,
masih perlu diteliti dan dikaji, karena sebagian Jamaah masih kurang peduli
dengan adab atau tata cara menghadiri. Sayang memang, gejala apa ini ?. Kemungkinan
mereka berpendapat yang penting menghadiri, dengan atau tanpa memahami tata
cara berjum’ah ini ?!, mending daripada tidak menghadiri.
ADAB SHOLAT JUM’AH
Setiap
melaksanakan ibadah seharusnya memahami tata caranya, sebagaimana sabda Nabi
saw. dalam tata cara shalat :
" Shalatlah kamu sebagaimana
kamu melihat aku shalat “ ( H.R. Bukhori ). Jadi dalam melaksanakan peribadatan
seharusnya pakai ilmu, jangan asal melaksanakan, jangan tiru tiruan, hendaknya
tahu dasar atau tuntunan, dengan demikian nilai ibadah jadi benar benar bernilai di sisi Tuhan.
Dalam
etika berjama’ah sholat jumah Nabi s.a.w mengajarkan sebagaimana
hadits yang di riwayatkan oleh Ahmad dari Abu Ayub r.a berkata : “ bahwa aku
mendengar Nabi s.a.w bersabda “ : ” Barang siapa mandi pada hari jum’at dan
mengenakan wangi wangian bila ada dan mengenakan pakaian yang terbaik, kemudian
keluar dengan tenang sehingga sampai ke masjid.
Kemudian shalat seberapa menurut
kehendaknya dan tidak mengganggu seseorang, kemudian berdiam diri sambil
memperhatikan pada khutbah imam, sejak ia datang hingga berdiri shalat, maka
adalah perbuatannya yang demikian itu menjadi pembebas dosanya selama antara
jum’ah hari itu dengan hari jum’ah berikutnya “.
Dari keterangan Nabi saw. tersebut dapat
diambil pokok pengertian sebagai berikut ;
- Melaksanakan
mandi, mandi disini artinya mandi jinabat,
sebagaimana disampaikan Nabi saw. : Dari Abu Hurairah r.a. bahwa
Rasulullah saw. bersabda : “ Barangsiapa mandi pada hari jum’at
seperti mandi Jinabat….” ( H.R. Jamaah kecuali Ibnu Majah ).
- Mengenakan
baju yang terbaik.
- Memakai
parfum bila ada.
- Menuju
ke Masjid dengan tenang
( tidak tergesa gesa artinya berangkat dengan persiapan waktu yang cukup,
tidak mepet sehingga datang dengan tergopoh gopoh )
- Shalat
sunnah 2 rekaat,
2 rekaat semampunya, sambil menanti imam naik ke mimbar.
- Tidak
mengganggu jamaah.
- Mendengarkan
khutbah dengan tenang.
- Ikut
melaksanakan shalat berjamaah jum’ah.
DAPAT
AMPUNAN
Apabila adab tersebut dipenuhi, maka
ampunan akan didapatkan selama satu minggu, antara jumah itu dengan jumah yang
lain. Alangkah murahnya Allah dalam memberikan ampunan. Namun kesempatan ini
sayang tidak dimanfaatkan dengan baik oleh para jamaah yang memang bersikap
apatis, tak mau mendasari ibadahnya dengan ilmu.
HIKMAH
SHALAT JUM’AH
Bila tuntunan tersebut benar benar dilaksanakan
jelas akan membawa manfaat, baik secara dhohir maupun batin,
dhohirnya bersih dan batinnyapun suci , jiwanya menjadi tenang dan bahagia
karena telah menghadap kepada Allah dengan khusyu’ dan sempurna, karena
didasari ilmu. Sikapnya berubah karena selalu megikuti tuntunan, bukan semaunya
sendiri, jejak ibadahnya membekas, karena tahu arah yang dituju. Peri lakunya
berubah karena ibadahnya terarah.
Ibadah merupakan tuntunan dari Allah yang
ditauladani oleh Rasulullah s.a.w. untuk ditiru oleh umatnya, akankah tuntunan
ini disepelehkan, dibiarkan percuma ?!, sayangkan ?!.
Dengan menghadiri Shalat Jumat secara
benar karena menurut tuntunan akan diperoleh manfaat :
- Badannya
bersih dan suci karena didahului dengan mandi jinabat.
- Dengan
berpakaian rapi akan membiasakan dalam keseharian berpakaian rapi pula, bukankah pepatah mengatakan ajining
diri soko lati, ajining rogo soko busono ( berharganya diri karena perkataan,
berharganya badan karena pakaian ).
- Dengan
mengenakan parfum, akan membuat disukai sesama, semakin merekatkan pergaulan,
siapa sih yang suka pada orang yang berbau tengik ?.
- Bersikap
hati hati terhadap waktu, suka menepati waktu. Karena bangsa kita sangat sembrono
dalam hal waktu, berakibat tertinggal dengan negara tetangga, ini
pentingnya menghargai waktu.
- Selalu hidup tertib karena terbiasa dengan menata shaf, merapikan urutan, dengan demikian akan menimbulkan sikap disiplin dan suka bersikap adil.
- Berfikir dan bertindak semakin kritis karena meningkat imannya, dan selalu bersikap hati hati, karena selalu mendengarkan pesan khatib yang bersumber pada Al Qur’an dan Sunnah.
- Jiwa semakin tenang karena selalu ikut Shalat berjamaah dengan tertib
Dibalik semangat berjamaah yang nampak
dari luar, yang dapat membuat orang kafir jadi tergetar, karena semangat dan
kompaknya umat islam menuju ke masjid yang merupakan syiar, ada sisi lain yang patut disayangkan sehingga perlu dibenahi
secara benar.
Ternyata kondisi dalam masjid masih ada yang patut dibenahi !.
Barisan atau shaf masih kurang rapi, renggang disana sini. Sebagian jamaah
masih suka duduk dibelakang sambil bersandar lagi !, padahal shaff didepannya
masih kosong tak terisi !!!. Rupanya ia datang ke masjid dengan
memperturutkan hawa nafsunya, tanpa menghiraukan tata krama berjamaah, yang
penting jumatan, ini susahnya bila datang berjamaah Jumah tanpa bekal ilmu.
Akankah menghadiri shalat jum'ah yang
dengan seenaknya akan mendapat ampunan satu minggu ?! Tidak mungkin kan ?
sayang !. Kesempatan yang sudah terbuka lebar menghapus ampunan dibiarkan dan
disia-siakan begitu saja, ini akibat bila malas menghadiri pengajian, akan membuat
dan merugikan dirinya sendiri dan jamaah lain.
HIMBAUAN
Ketidak tertiban dalam berjamaah
penyebabnya adalah : 1. Kurang atau tidak memahami ilmu dalam tatacara
berjum’ah, 2. Memang imannya lemah sehingga bersikap apatis, dia faham tata cara
berjumah, namun walau dihimbau sang khatib untuk memenuhi shaf, tetap saja
cuek, yang penting Jumatan, emangnye gue pikirin. Mungkin itu secercah kalimat
yang ada dibenaknya.
Oleh karena itu mari para jamaah yang
aktif dalam menuntut ilmu agama, dengan menghadiri pengajian pengajian,
mendengarkan kuliah shubuh di TV maupun radio, atau dengan membaca buku agama
yang sekarang cukup marak. Senyampang nyawa masih dikandung badan, masih ada
waktu asal mau, senyampang ajal belum datang.
Lebih lebih orang yang berilmu punya nilai
lebih disisi Allah.
“ Hai orang orang beriman apabila kamu dikatakan
kepadamu : " Berlapang lapanglah dalam majlis ", maka lapangkanlah
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan :
" Berdirilah kamu ", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan
“. ( Q.S. Al Mujadilah 11 )
Dari
Mu’awiyah r.a. berkata Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Barang siapa ia
dikehendaki oleh Allah menjadi orang baik, maka ia difahamkan dalam ilmu agama
“. ( H.R. Bukhari Muslim )
Semoga
Allah menjadikan kita orang yang tidak malas dalam menuntut ilmu agama, Amin.
KISAH TAULADAN
BERKAH MAKANAN
Abdurrahman bin Abu
Bakar berkisah : “ Abu Bakar beserta seorang tamu atau beberapa orang tamu
datang ke rumah. Sebelumnya pada sore hari mereka berada di rumah Nabi s.a.w. ”.
Ketika Ayahku tiba ibuku berkata : “ Aku tidak bisa menjamu tamumu “. Abu
Bakar bertanya : “ Apakah kamu tidak mempunyai makanan untuk makan malam ? “.
Istri Abu Bakar berkata : “ Kami tidak sanggup memberi makanan tamu itu atau
para tamu itu ”.
Kemudian Abu Bakar
marah, kesal dan bersumpah tidak akan memberi makan isterinya. Lalu aku
bersembunyi, Abu Bakar memanggil : “ Wahai Ghuntsur “. Isteri Abu Bakar juga
bersumpah tidak memberi makan Abu Bakar sebelum Abu Bakar memberi makan
dirinya.
Abu Bakar berbisik :
“ Sepertinya sumpah serapah itu datang dari setan “.
Kemudian Abu Bakar
berdoa kepada Allah memohon makanan, ( tiba tiba makanan tersebut menjadi
banyak ) Lalu dimakan beserta para tamu. Setiap kali mereka menyantap makanan,
semakin bertambah banyak.
Abu Bakar berkata :
“ Wahai saudariku dari bani Firas, lihatlah apa yang terjadi pada makanan ini ?
“.
Isterinya menjawab :
“ Aku sangat bahagia, makanan ini jadi lebih banyak dari sebelumnya “.
Kemudian
mereka semua makan dan mengirim sebagian makanan itu kepada Rasulullah saw.
Diriwiyatkan pula
bahwa beliau menyantap sebagian makanan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar