Jumat, 16 Januari 2015


 INSAN TAULADAN

“ Sesungguhnya telah ada pada ( diri ) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu ( yaitu ) bagi orang yang mengharap ( rahmat ) Allah dan ( kedatangan ) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah “.
( Q.S. Al Ahzab 21 )
            
Sebagai seorang utusan ahir zaman, Rasulullah s.a.w. dalam menyampaikan da’wahnya tidak hanya sekedar bersabda saja, namun diikuti pula dengan cermin ketauladanan, dengan ketinggian akhlaknya, sehingga da’wahnya ( ajakannya ) menyentuh dan meyakinkan umatnya, dengan demikian semakin hari jumlah pengikutnya semakin meningkat, bahkan sampai mendunia.
Walau beliau seorang Rasul ( utusan ), beliau sangat sederhana dalam kehidupannya, akrab, dan sangat santun terhadap kaum lemah. Jauh dari sifat sombong dan angkuh, sehingga umat sangat dekat dan simpati padanya. 

SIKAPNYA PADA HARTA
Karena ketinggian budinya, walau sebagai seorang pemimpin, beliau tidak terlampau silau dengan harta, Imam Tirmidzi meriwayatkan dari sahabat Abi Umamah r.a. ia berkata : “ Rasulullah pernah bersabda : “ Tuhan pernah mengemukakan kepadaku akan mengubah gunung gunung di Mekkah menjadi emas untukku, aku berkata : “ Tidak ya Tuhan tetapi aku lebih suka sehari kenyang sehari lapar “, apabila aku lapar aku menghampirkan diriku kepada Mu dan mengingat Mu, dan bila aku kenyang aku bersyukur kepada Mu dan memuji Mu “.  

KEMISKINANNYA
Abu Nuaim meriwaratkan dari Abi Sa’id r.a. ia berkata : Rasulullah s.a.w. apabila telah makan siang hari, beliau tidak makan pada petang hari, apabila beliau telah makan pada petang hari, beliau beliau tidak makan pada siang hari “.
Diriwayatkan oleh imam Baihaqi dari ‘Aisyah r.a. ia berkata : “ Tidak pernah Rasulullah kenyang sampai tiga hari berturut turut hingga beliau wafat, jika kami mau tentu kami kenyang, tetapi beliau mengalahkan dirinya sendiri “.

SERING LAPAR
Dalam riwayat Ahmad, Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Ibnu Abbas r.a. ia berkata : “ Rasulullah tidur pada beberapa malam berturut turut dalam keadaan lapar dan keluarganya tidak mempunyai persediaan makanan untuk petang hari “.
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Muslim, dan lainnya dari ‘Aisyah r.a.  ia berkata : “ Tidak pernah keluarga Muhammad s.a.w. sejak datang ke Madinah merasakan kenyang dari makanan gandum tiga hari berturut turut, sehingga beliau wafat “.
Imam Muslim meriwayatkan bahwa ‘Aisyah berkata : Sesungguhnya Nabi s.a.w. wafat, beliau tidak pernah makan roti dan minyak dalam sehari dua kali “.  
Imam Tirmidzi meriwayatkan bahwa Abu Thalhah berkata :
“ Kami pernah mengeluh karena kelaparan kepada Rasulullah, maka kami mengeluarkan sebuah batu ( sebagai pengganjal rasa lapar ) dari perut kami masing masing, namun Rasulullah s.a.w.  justru mengeluarkan dua buah batu dari perutnya “.  

HANYA KURMA DAN AIR
‘Aisyah r.a. berkata : “ Kami keluarga Muhammad biasa berdiam selama sebulan di rumah, kami tidak menyalakan api sedikitpun untuk memasak makanan, adapun yang kami makan hanya kurma dan air “.
Sebagai seorang Nabi dan pemimpin umat, sangat benar sikapnya dengan seringnya mengosongkan perut, dengan demikian dalam jiwanya akan tumbuh kepekaan dan ketajaman pada penderitaan umatnya, sekaligus sebagai cermin kesederhanaan sebagai seorang pimpinan.        

DERMAWANNYA
Kemiskinan dalam keseharian beliau bukan karena tidak empunya, namun karena beliau lebih mengutamakan kepentingan umatnya, karena beliau tidak suka menyimpan dan mengumpulkan harta.
Tentang sikap beliau ini Imam Bukhari meriwayatkan bahwa Nabi s.a.w pernah diberi harta yang sangat besar jumlahnya dari Bahrain, beliau bersabda : “ Sebarkan olehmu harta itu “, kemudian beliau pergi ke masjid tanpa melihat harta tadi.
Kedermawanan beliau diriwayatkan pula oleh imam Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Anas bin Malik r.a. :
“ Rasulullah adalah manusia terbaik, paling dermawan dan pemberani “.
Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa Jabir bin Abdullah r.a. berkata : “ Rasulullah tidak pernah mengatakan tidak bila dimintai sesuatu “.
Imam Al Qadhi Iyadh meriwayatkan tentang kedermawanan Nabi s.a.w. dari Anas r.a. berkata : “ Ada seorang laki laki meminta bantuan kepada Nabi s.a.w. kemudian beliau memberikan kepadanya kambing milik beliau yang digembala diantara dua gunung. 
Kemudian laki laki tersebut pulang kenegerinya, kepada kaumnya dia berkata : Hendaklah kalian semua memeluk agama Islam, karena Muhammad memberi bantuan yang tidak sedikit, seperti orang yang tidak takut kemiskinan ".

MEMELUK ISLAM BERKAT MENERIMA 300 ONTA
Nabi s.a.w juga pernah memberi ratusan ekor unta kepada beberapa orang, bahkan pernah memberi juga 300 ekor unta kepada shofwan bin Umayyah, kemudian Shofwan berkata : “ Nabi Muhammad telah memberi apa saja kepadaku, padahal dulunya adalah orang yang paling kubenci. Karena beliau terus menerus memberi kepadaku, maka sekarang beliau adalah orang yang paling kusukai, sungguh saya bersaksi bahwa tidak akan ada seorang manusia pun yang sebaik itu, melainkan pasti dirinya seorang Nabi “. 
Dengan kedermawanan Nabi ini, maka Showan bin Umayyah sadar dari kekafirannya dan memeluk Islam.
Suatu saat beliau menerima harta sejumlah 90.000 dirham, kemudian diletakkan di atas sehelai tikar, dan dibagikannya kepada orang banyak sampai habis.

BERHUTANGLAH ATAS NAMAKU
Pada suatu hari datanglah seorang laki laki kepada Nabi s.a.w. meminta bantuan, maka beliau bersbda : “ Aku tidak punya apa apa, tetapi berhutanglah engkau atas namaku, nanti bila ada rizki aku akan membayarnya “.
Imam Baihaqi dan Al Khatib meriwayatkan dari Hasan bin Muhammad bahwa ia berkata :   Rasulullah s.a.w. apabila mendapat harta, beliau tidak menyimpannya baik pada waktu tidur malam maupun siang hari “.             

KESEDERHANAAN TIDURNYA
Kesederhanaan beliau juga nampak dalam hal tidurnya, beliau tidak suka tidur dengan alas yang empuk. Dalam riwayat Tirmidzi disebutkan bahwa ‘Aisyah pernah ditanya : Apa tikar yang biasa dipergunakan untuk tidur  Nabi di rumahmu ? “, ia menjawab : “ Dari kulit yang isinya sabut “. Orang yang bertanya kepada ‘Aisyah bertanya pula kepada Hafsah r.a. : “ Apa tikar yang yang biasa dipergunakan untuk tidur Nabi di rumahmu ? ”, ia menjawab : “ Kadut yang kami buat menjadi dua lapis, lalu beliau tidur di atasnya, kemudian pada suatu malam saya berfikir jika saya jadikan empat lapis tentu lebih empuk, kemudian saya jadikan empat lapis untuk tidur beliau “.
Setelah pagi beliau bertanya : “ Apa tikar yang kamu bentangkan untukku semalam ?. Saya menjawab : Tikar itu tikarmu hanya saya jadikan empat lapis, agar lebih empuk “. Nabi bersabda : “ Hendaklah engkau kembalikan seperti biasa sebagai mana keadaan semula, karena keempukan itu menghalangiku untuk sholat malam ( Tahajjud ) “.  
Al Qadhi Iyadh dalam Asysyifaa’ mengutip satu riwayat : Rasulullah s.a.w. terkadang tidur di atas tempat tidur yang dibuat dari anyaman dahan pohon kurma, sehingga kelihatan bekas bekasnya di lambung beliau karena kasarnya tempat tidur itu “.

TAWADHDHU’NYA
Walau seorang Nabi namun beliau tidak suka dihormati secara berlebihan, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Abu Dawud dari Abu Umamah r.a. ia berkata : “ Rasulullah s.a.w. pernah datang kepada kami dengan memegang sebuah tongkat, maka berdirilah kami untuk menghormat kedatangan beliau, kemudian beliau bersabda : “ Janganlah kamu berdiri seperti orang orang yang selain bangsa Arab berdiri, sebagian mereka memuliakan sebagiannya “.

TIDAK SUKA DIHORMAT DENGAN BERDIRI
Imam Turmudzi meriwayatkan bahwa Anas barkata : “ Tidak ada seorang yang lebih dicintai oleh mereka ( para sahabat ) dari pada cinta mereka kepada Rasulullah s.a.w. Tetapi apabila mereka melihat beliau datang mereka tidak berdiri menghormat karena mereka mengetahui ketidak sukaan beliau pada sikap yang demikian itu “.
Namun sayangnya umat Islam tidak memahami ketauladanan Nabi ini, sehingga sering kita saksikan pada resepsi penganten, ketika kedua mempelai datang para hadlirin dipersilahkan pada berdiri ?. Termasuk pula ketika para pimpinan datang, baik di acara kenegaraan maupun acara wisuda.
Al Qadhi dalam Asysyifa’ meriwayatkan bahwa Abu Hurairah r.a. berkata : “ Pada suatu hari aku masuk ke pasar bersama Rasulullah s.a.w. kemudian beliau membeli beberapa helai baju. Sesudah penjual tadi mengetahui bahwa yang membeli kainnya adalah Rasulullah s.a.w. maka meloncatlah ia kemudian memegang tangan beliau sambil mengecupnya, tetapi seketika itu beliau menarik tangannya sambil bersabda : “ Yang seperti itu adalah perbuatan orang orang ‘Ajam terhadap para rajanya, padahal aku ini bukan seorang raja, aku ini hanya seorang laki laki bangsamu “.

MEMBAWA SENDIRI
Kemudian beliau mengambil kain bajunya tadi, dan aku hendak membawakannya, tetapi beliau tidak menyerahkannya sambil berkata : “ Orang yang mempunyai sesuatu itu lebih berhak dengan barangnya dan membawanya sendiri “.
Demikian mulia akhlak beliau, sehingga tidak pernah menunjukkan kebesaran nya sebagai seorang Nabi, tidak seperti sikap para raja waktu itu.
Dengan sikap tawadhdhu’nya tidak membuat wibawanya menjadi rendah, justru jadi makin mulia dan berwibawa, karena sikap tawadhdhu’ menujukkan sikap kemandirian dan tidak gila hormat, yang akan membuat repot dan menyusahkan umat !. ( Disarikan dari " Kelengkapan tarikh Nabi Muhammad " K.H Munawar C. )  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar