AKHLAQ MULIA PERTANDA JIWA SEHAT PULA
“ Dan Sesungguhnya engkau benar benar
berbudi pekerti yang agung “.
( Q.S. Al Qalam 4 )
Bagaimanapun akhlak mempunyai nilai yang tinggi dan utama,
betapa tidak ?!, dengan akhlak akan nampak beda penampilan, orang jadi sama
segan bahkan jadi panutan.
Bedakan yang bersikap egois, sadis dan arogan, orang sama benci
dan ketakutan, sambil berkomentar : “ ini masa
orang ? ”, bayangkan ujud sama namun karena beda kelakuan, orang akan beda dalam memberi sebutan ?, ini
pentingnya akhlaq.
Dengan akhlaq akan mempererat pergaulan, dengan akhlaq hubungan
antar manusia, alam dan makhuk lain akan menjadi aman, lingkungan alam sekitar
akan lestari dan nyaman.
MISI NABI S.A.W.
Begitu pentingnya akhlak sampai Nabi
diutus punya misi memperbaiki akhlaq : “ Bahwasannya aku diutus Allah untuk menyempurnakan keluhuran akhlak
(budi pekerti) “. ( H.R. Ahmad ).
Bahkan ruang lingkup Nabi diutus semakin luas, tidak hanya
untuk manusia saja bahkan sampai menjangkau kesegenap alam.
“ Dan Tiadalah Kami mengutus engkau, melainkan untuk (menjadi) rahmat
bagi semesta alam “. ( Q.S. Al Anbiya 107 )
Begitu berat dan mulya misi Nabi, ini
terbukti dan berhasil karena beliau sendiri telah menauladani, dengan berbudi
pekerti yang tinggi. Sebagaimana ayat pembuka dibuletin ini.
NILAI AKHLAQ
Betapa luhur nilai
akhlaq sampai memiliki nilai lebih :
“ Tidak ada sesuatu yang lebih berat timbangannya dari pada akhlak yang
baik “. ( H.R. Abu Dawud dan Turmudzi )
Bahkan ketika nabi
Muhammad ditanya tentang apa itu agama, beliau menjawab agama adalah akhlak.
Jadi lucu dan aneh bila ada orang mengaku beragama Islam namun akhlaqnya sama
denga yang tidak beragama ?!.
KASIH SAYANG
Diantara
bentuk ketinggian akhlak adalah kasih, kasih sayang adalah sikap lemah lembut yang timbul dari jiwa atau hati, sehingga orang
lain akan terasa nyambung dan terlindungi, terasa enak dan akrab karena merasa
dihargai.
Sikap kasih
sayang akan
mendapat perlindungan dihari qiamat. Dimana semua orang sama kepanasan lebih lebih
dalam keadaan sama telanjang bulat, bahkan sampai bercucuran keringat, karena
panasnya terik matahari yang menyengat, bahkan ada yang sampai tenggelam dalam
keringat, karena lamanya menunggu saat perhitungan dihari qiamat.
Perhitungan amal
yang harus dipertanggung jawabkan secara teliti ketat dan cermat. Disaat itu
Allah akan mencari orang yang suka bersikap kasih sayang sebagai perhargaan.
DILINDUNGI DI HARI QIAMAT
“ Pada hari kiamat Allah akan berfirman : Dimanakah orang kasih sayang
karena keagunganKu, sekarang Aku lindungi mereka dibawah lindunganKu pada saat
ini, di saat saat
tidak ada perlindungan kecuali lindunganku “. ( H.R. Muslim )
Bahkan orang yang
suka berkasih sayang akan digolongkan ahli syurga : “ Ahli syurga ada tiga golongan : 1.
Penguasa yang berlaku adil, 2. Orang yang kasih sayang dan berhati lembut
terhadap keluarga sendiri dan 3. Orang muslim yang sangat menerima dan
menjauhkan diri dari pada harta yang haram dan mempunyai tanggungan yang wajib ia nafkahi “. ( H.R. Muslim )
MENGINGKARI KASIH SAYANG
Ironisnya saat ini
rasa kasih sayang sangat diabaikan, para pimpinan seolah tak pernah perduli pada
rakyatnya yang semakin menderita dan tertekan, yang penting saya banyak
mendapatkan, mumpung masih pegang jabatan, sehingga korupsi jadi andalan, kemudian agar aman
harta diadakan “ pencucian uang “.
Dilapisan rakyat
jelata, saking menderitanya sampai berdemo sebagai ujud pelampiasan, ini pun dilakukan
dalam bentuk kekerasan, rupanya sudah hilang pula rasa kasih sayang. Mungkin
saking jengkelnya melihat atasan yang tidak peduli nasib bawahan, inipun
ditanggapi dingin, para demonstran tak ditemui, seolah bagai pertunjukan.
DISUKAI
ALLAH
Sikap lemah lembut
sangat disukai Allah, karena sifat Allah sendiri sangat berbelas kasih : “
Sesungguhnya Allah sangat berbelas kasihan dan suka kasih sayang lemah lembut dalam
segala hal “. ( H.R. Bukhari Muslim )
Akankah kita bersikap yang bertentangan dengan
sifat sang Maha Pencipta yang suka lemah lembut dan kasih sayang, ironiskan ?
Ingat kekerasan tak akan dapat menyelesaikan persoalan !!.
IDENTITAS
MANUSIA MULIA
Kesempurnaan nilai
seseorang bukan ditentukan oleh rupa, jabatan, kekayaan atau gelar yang berderet
berurutan, namun prilakunyalah yang menentukan.
“ Sesempurna sempurna orang mu’min imannya, ialah yag terbaik budi
pekertinya. Dan sebaik baiknya
kamu ialah yang terbaik pergaulannya terhadap isterinya “. ( H.R. Turmudzi )
Ingat sosok Luqmanul
hakim, walau ia seorang budak, bertubuh pendek alias cekak, kulitnya hitam
pekat, berbibir tebal, berambut ikal, yang melihat mungkin melirik sinis sambil
terpingkal ketakutan, namun namanya diabadikan di Alquran secara kekal di surat
ke 31 ( surat Luqman ).
Ini berkat ahlaqnya yang luhur santun dan sopan, tubuhnya yang tak berkenan dalam
penampilan, dibalut dan dihiasi dengan jiwanya yang penuh keluhuran dan
kebijakan.
JIWA SANGAT
MENENTUKAN
Ingat pepatah latin Mensana in corpore sano, “ Dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat “,
rasanya pepatah ini sudah usang dan tidak dapat dipertahankan, bukankah para
koruptor sama bertubuh sehat dan meyakinkan, para hakim dan jaksa yang
memanipulasi vonis hukuman, juga pada bertubuh sehat dalam tampilan.
Bahkan para pimpinan
yang tak berhati nurani dan suka mendzalimi, juga pada
sehat jasmani, namun jiwanya yang sakit alias rapuh sekali.
Kiranya benar Nabi
s.a.w. sang junjungan, justru tolok ukur manusia bukan pada bentuk tubuh dan
penampilan, namun pada qalbu atau jiwa ( hati ) yang jadi ukuran. “ Ketahuilah bahwasanya didalam tubuh ada
sepotong daging, apabila ia baik baik pula tubuh seluruhnya, dan bila jelek jelek pula
tubuh seluruhnya, dia adalah qalbu ( hati ) ”. ( H.R. Bukhari Muslim )
Untuk itulah jiwa
perlu dipelihara, agar jiwa menjadi sehat alias tenang batinnya, sehingga
berdampak mulya prilakunya, bermanfaat bagi sesama, ini bila jiwa dalam kondisi sehat karena
selalu diajak mendekat kepada sang Pencipta.
Dengan berbekal jiwa
sehat dan jernih, nurani akan menjadi jeli, dapat memilah dan memilih, dalam
mencari rizki, mana yang haram dan mana yang patut dimiliki, mana sikap yang
adil dan mendzalimi, mana sikap yang lembut dan kasar sekali.
Jiwa yang sehat
menjadi lembut dan peka, sikap tidak perduli tidak dikenal dalam agama, jiwa sehat akan membawa ketenangan,
bila jiwa tenang tubuh akan punya daya tahan, artinya menjadi sehat dibadan.
Subhanallah demikian sempurna ajaran agama yang dibawa Sang Utusan.
KISAH
TAULADAN
HARITSAH BIN NU’MAN R.A.
Haritsah
bin Nu’man adalah seorang sahabat Anshar dari Bani Najjar, termasuk kerabat
Nabi SAW dari garis ibu, yang juga berasal dari Bani Najjar. Kabilah ini
tinggal di sekitar Masjid Nabawy, masjid dibangun di atas tanah Bani Najjar yang dibeli oleh Nabi s.a.w.. Haritsah termasuk sahabat
yang kaya, memiliki
beberapa rumah di sekitar Masjid Nabawy.
Fathimah az Zahrah adalah putri
kesayangan Nabi, setelah
pernikahannya dengan Ali bin Abi Thalib, tinggal agak jauh dari rumah
Rasulullah s.a.w.,
yang berada di samping Masjid Nabawy. Suatu ketika Nabi s.a.w. mengunjungi Fathimah dan
berkata : “Aku ingin memindahkan engkau ke dekatku!!”. Tentu saja Fathimah amat
gembira dia
berkata : “ Berbicaralah dengan Haritsah bin Nu’man agar ia mau pindah! ”.
Fathimah sangat mengenal kedermawanan
Haritsah, karena itu ia menyarankan hal tersebut. Tetapi Nabi s.a.w. bersabda, “Haritsah telah
pindah (beberapa kali demi kepentingan Nabi s.a.w. dan Islam) hingga aku merasa malu
kepadanya ”.
Akhirnya pembicaraan Rasulullah s.a.w. dengan putrinya tersebut
akhirnya menyebar, dan sampai ke telinga Haritsah, maka dia datang kepada Nabi s.a.w. dan berkata : “ Wahai Rasulullah, aku
mendengar berita bahwa engkau ingin memindahkan Fathimah ke dekat engkau.
Inilah rumah rumahku,
ini adalah rumah rumah
pertama yang kupersembahkan kepada engkau dari (atas nama) Bani Najjar. Sesungguhnya aku dan hartaku adalah milik Allah dan Rasul Nya. Demi Allah, wahai
Rasulullah, sesungguhnya harta yang engkau ambil dariku, jauh lebih aku sukai
daripada yang engkau sisakan/tinggalkan (untukku)…!!”
Kemudian Nabi s.a.w. bersabda : “ Engkau benar, semoga Allah memberkahimu ! ”.
Kemudian Nabi s.a.w. memindahkan Fathimah dan keluarganya ke rumah
Haritsah yang berdekatan dengan tempat tinggal beliau. Haritsah sendiri pindah
ke rumahnya yang lain yang agak berjauhan dengan Masjid Nabawy, dan itu
menambah kegembiraannya karena bisa membaktikan hartanya untuk kepentingan Nabi
s.a.w.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar