BETAPA SULITNYA PARA IMAM MENELUSURI HADITS
“ Dan
taatilah Allah dan Rasul,
supaya kamu diberi rahmat “. ( Q.S. Ali Imran 132 )
Al Quran
dan Al Hadits merupakan sumber hukum agama Islam, Al Quran tidak diragukan lagi
keasliannya, karena Al Quran merupakan wahyu dan mukjizat Rasulullah s.a.w. sehingga
Allah benar benar memeliharanya.
“ Sesungguhnya Kamilah
yang menurunkan Al Quran dan sesungguhnya
Kami benar benar
memeliharanya “. ( Q.S. Al Hijr 9 )
AL QURAN
Al Quran
merupakan satu satunya kitab suci yang masih terpelihara keasliannya, bahkan
hingga akhir zaman, karena ketika turun Nabi s.a.w. memerintah kepada para
sahabat untuk menghafal dan segera mencatatnya.
AL HADITS
Sumber
hukum kedua adalah Hadits, keberadaan Hadits beda dengan Al Quran, karena
ketika wahyu masih turun Nabi s.a.w. melarang mencatatnya, dikhawatirkan akan
tercampur dengan Al Quran, dengan demikian hadits berada dalam hafalan para
sahabat.
Hadits
secara bahasa artinya : yang baru, berita / khabar.
Hadits
dalam istilah ahli hadits : “ Ucapan,
perbuatan dan diamnya Nabi s.a.w. dalam suatu perkara ( taqrir ) “.
Karena
hadits dilarang dicatat dimasa wahyu masih turun, dengan demikian pencatatannya
lebih akhir, karena rentang waktu yang demikian jauh, maka timbul persoalan dalam
mencatatnya. Sehingga untuk mengumpulkan dibutuhkan penelusuran kepada yang
pernah mendengar, menghafal dan mencatatnya, mengingat mereka sama tersebar
tempatnya bahkan ada yang sudah wafat. Agar Hadits terjaga dari pemalsuan,
kesalahan dalam menerima dan mencatat, maka timbullah ilmu Hadits.
ILMU HADITS
Yang mula
mula menyusun ilmu hadits adalah Abu Muhammad Hasan bin ‘Abdurrahman bin
Khallad Ar Rama Hurmuzy, seorang ‘alim dari Khuzustan ( Persia ), wafat tahun
260 H. Begitu pentingnya Hadits sehingga timbul pelbagai disiplin ilmu hadits,
diantara ilmu yang berhubungan dengan Hadits :
Ilmu Musthalah Hadits : “ Ilmu yang menerangkan kebiasaan kebiasaan yang terpakai dalam Hadits “. Ilmu Isnad : “ Ilmu yang
membicarakan Hadits yang disandarkan kepada Nabi s.a.w. “. Ilmu riwayatil Hadits : “ Ilmu yang meriwayatkan atau menceritakan Hadits
“. Ilmu Dirayatil Hadits : “ Ilmu
untuk mengetahui bagaimana kedudukan Hadits “.
BAGAIMANA HADITS SAMPAI KEPADA KITA
Ketika
kita membaca Hadits biasanya tertulis : Umar
Ibnul Khaththab r.a. berkata : “ Aku telah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda
: “ Sesungguhnya amal itu tidak lain melainkan ( bergantung ) kepada niat
“. ( H.R. Bukhari )
Namun
bagaimana kita bisa percaya bahwa ketika itu Umar Ibnul Khaththab r.a. benar
benar pernah berkata, padahal kita tidak pernah bertemu dengan Umar Ibnul
Khaththab ?.
BERKAT JASA IMAM AHLI HADITS
Alhamdulillah
berkat kehati hatian, ketelitian, kesabaran, ketekunan dan perjuangan para imam
ahli Hadits, kita bisa menerima secara matang tanpa susah payah lagi menelusuri
dan meneliti tentang Hadits dari Nabi s.a.w.
Guna
memahami bagaimana liku liku Hadits sampai kepada kita, mari menelaah hadits
shohih yang diriwayatkan oleh imam Bukhari dibawah ini :
“ Telah menceritakan kepada kami Al Humaidi
‘Abdullah bin Zubair, dia berkata :
“ Telah menceritakan kepada kami Sufyan “, dia berkata : “ Telah menceritakan
kami Yahya bin Sa’id Al Anshari “, dia berkata : “ Telah mengkhabarkan kepadaku
Muhammad bin Ibrahim At Taimi “, bahwa dia mendengar Al Qamah bin Waqqash Al
Laitsi berkata : “ Aku telah mendengar Umar Ibnul Khththab r.a. berkata di atas
mimbar : “ Aku telah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Sesungguhnya amal
itu tidak lain melainkan ( bergantung ) kepada niat “. ( H.R. Bukhari )
Dengan tidak
kita sadari ternyata Hadits tersebut
sampai kepada kita melalui urutan panjang sebagai berikut : Kita membaca kitab
yang ditulis oleh : 1. Imam Bukhari, Imam Bukhari dari 2. Al Khumaidi ‘Abdullah bin Zubair, Khumaidi
dari 3. Sufyan, sufyan dari 4. Yahya bin Sa’id Al Anshary, Yahya
dari 5. Muhammad bin Ibrahim At Taimi, Muhammad
dari 6. ‘Al Qamah bin Waqqash Al Laitsi, Al Qamah dari 7. Umar bin Al Khaththab, Umar dari 8. Rasulullah s.a.w.
SANAD/MUSNAD/ISNAD
DAN RAWI
Dari urutan no 1 sampai no 7
disebut : “ Sanad ( sandaran ), musnad ( yang disandarkan atau tempat
sandaran ) atau isnad ( menyandarkan
) “. Sedang masing masing personil
pada no 1,2,3,4,5,6 dan 7 disebut : “
Rowi ( yang menceritakan / yang meriwayatkan ) “.
MATAN
( REDAKSI )
Adapun sabda Rasulullah
s.a.w. yang berbunyi : “ Sesungguhnya
amal itu tidak lain melainkan ( bergantung ) kepada niat “, disebut “ Matan “.
BETAPA
RUMIT DAN BERAT
Bisa
dibayangkan betapa beratnya menelusuri berita dari Nabi s.a.w., betapa tidak ?.
Untuk bisa sampai menerima sabda beliau dibutuhkan waktu, tenaga, fikiran, jarak
tempuh, bekal ilmu dan ketelitian oleh
para imam ahli Hadits, belum lagi dana yang dikeluarkan ?.
Dengan
demikian Hadits yang kita baca dari Imam Bukhari melalui deretan sanad ( sandaran ) sebagai berikut : 1. Imam
Bukhari, 2. Al Khumaidi ‘Abdullah bin Zubair, 3. Sufyan, 4. Yahya bin Sa’id Al
Anshary, 5. Muhammad bin Ibrahim At Taimi, 6. ‘Al Qamah bin Waqqash Al Laitsi, 7. Umar bin Al Khaththab, 8.
Rasulullah s.a.w.
Padahal
masing masing rowi tidak mesti bersambung secara langsung, artinya mereka semua
tidak saling bertemu, karena beda zaman.
Umar
ibnul Khaththab disebut sahabat
karena bertemu Nabi s.a.w. ( sezaman ),
sedangkan Al Qamah disebut tabi’in karena bertemu dengan sahabat Umar
bin Khaththab ( karena sezaman ) tetapi
tidak bertemu Nabi s.a.w. Demikan pula deretan dibawahnya, bayangkan betapa
sulit dan beratnya menelusuri kebenaran Hadits Rasulullah s.a.w.
Karena
jenjang dan rentang waktu yang cukup lama dalam penulisan hadits, akhirnya
timbullah pemalsuan hadits yang dilakukan para pendusta karena pelbagai
kepentingan, kepentingan politik, kepentingan bisnis, hukum dan sebagainya.
SYARAT PERAWI
HADITS
Guna
mengantisipasi pemalsuan dan kekeliruan hadits, maka sanad ( sandaran ) harus
benar benar baik, maka kwalitas para “ rowipun
harus diteliti dan memenuhi syarat yang cukup ketat “ :
1.Muslim,
2. Baligh, 3. ‘Aqil ( berakal sehat ), 4. Benar, 5. Kepercayaan, 6. Amanah, 7. Tidak maksiat 8. Sadar, 9. Hafadz ( dengan
hafalan / dari kitabnya ), 10. Tidak dungu, 11. Tidak pelupa, 12. Tidak berubah
akal, 13. Tidak sering salah ingatan, 14. Tidak sering salah dalam
meriwayatkan, 15. Dikenal para ahli Hadits, 16. Tidak menerima talqin, 17.
Tidak sembrono, 19. Bukan ahli bid’ah yang mengakibatkan kekufuran.
Demikian
berat syarat menjadi rowi, karena sangat berpengaruh pada riwayat yang dibawanya.
Apalagi riwayat yang disampaikan berhubungan dengan masalah agama !. Yang akan
berdampak pada aqidah, ibadah, akhlak dsb.
MENENTUKAN KEDUDUKAN HADITS
Dengan mengetahui
kwalitas rowi, akan menentukan tingkatan hadits : Shohih ( syah ), Hasan, dhoif
( lemah ) dan sebagainya.
PARA IMAM AHLI HADITS
Diantara
imam yang terkenal dikalangan ilmu Hadits :
Imam Ahmad : Lahir 164 H. di Baghdad, wafat di Baghdad 241
H. (usia 77 th.)
Kitabnya “ Musnad Ahmad “.
Imam Bukhari : Lahir 194 H. di Bukhara. wafat di Samarqand
256 H. ( usia 62 th. )
Kitabnya “ Shahih Bukhari “
Imam Turmudzi : Lahir 200 H. wafat di Turmudz 279 H. ( usia
79 th. ) Kitabnya “ Sunan Turmudzi “.
Imam Abu Dawud : Lahir 202 H.
wafat di Bashrah 275 H. ( usia 73 th. ) Kitabnya “ Sunan Abi Dawud “.
Imam Muslim : Lahir 204 H. wafat di Naisaburi 261 H. ( usia
57 th. ) Kitabnya “ Shohih
Muslim “.
Imam Ibnu Majah : Lahir 207 H. wafat 275 H. ( usia 68 th. ) Kitabnya
“ Sunan Ibnu
Majah “.
Imam Nasai : Lahir 215 H.
wafat di Ramlah 303 H. ( usia 88 th. ) Dimakamkan di Baitil Maqdis. Kitabnya “ Sunan Nasai “.
BETAPA GIGIH PERJUANGANNYA
Dari masa
hidup para ahli Hadits yang berkisar antara tahun 164 H. dengan masa hidup
Rasulullah s.a.w. terdapat rentang waktu sekitar 200 tahun. Bisa dibayangkan
betapa sulit menelusuri sanadnya, disamping jarak, masa hidup yang berbeda,
belum lagi meneliti kwalitas rowi. Subhaanallah, betapa berat, sulit, tekun dan
sabarnya para imam hadits dalam mencari kebenaran.
Alhamdulillah
berkat perjuangan dan jerih payah para imam ahli Hadits kita bisa membaca
hadits Nabi s.a.w. dengan mudah tanpa bersusah payah.
Ya Allah
terimalah amal beliau, ampunilah dosanya, Amiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar