Sabtu, 13 Desember 2014



BETAPA SULITNYA PARA IMAM MENELUSURI HADITS

“ Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat( Q.S. Ali Imran 132 )
                
Al Quran dan Al Hadits merupakan sumber hukum agama Islam, Al Quran tidak diragukan lagi keasliannya, karena Al Quran merupakan wahyu dan mukjizat Rasulullah s.a.w. sehingga Allah benar benar memeliharanya.
Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al Quran dan sesungguhnya Kami benar benar memeliharanya( Q.S. Al Hijr 9 )

AL QURAN
Al Quran merupakan satu satunya kitab suci yang masih terpelihara keasliannya, bahkan hingga akhir zaman, karena ketika turun Nabi s.a.w. memerintah kepada para sahabat untuk menghafal dan segera mencatatnya.

AL HADITS
Sumber hukum kedua adalah Hadits, keberadaan Hadits beda dengan Al Quran, karena ketika wahyu masih turun Nabi s.a.w. melarang mencatatnya, dikhawatirkan akan tercampur dengan Al Quran, dengan demikian hadits berada dalam hafalan para sahabat.
Hadits secara bahasa artinya : yang baru, berita / khabar.
Hadits dalam istilah ahli hadits : “ Ucapan, perbuatan dan diamnya Nabi s.a.w. dalam suatu perkara ( taqrir ) “.
Karena hadits dilarang dicatat dimasa wahyu masih turun, dengan demikian pencatatannya lebih akhir, karena rentang waktu yang demikian jauh, maka timbul persoalan dalam mencatatnya. Sehingga untuk mengumpulkan dibutuhkan penelusuran kepada yang pernah mendengar, menghafal dan mencatatnya, mengingat mereka sama tersebar tempatnya bahkan ada yang sudah wafat. Agar Hadits terjaga dari pemalsuan, kesalahan dalam menerima dan mencatat, maka timbullah ilmu Hadits.    

ILMU HADITS
Yang mula mula menyusun ilmu hadits adalah Abu Muhammad Hasan bin ‘Abdurrahman bin Khallad Ar Rama Hurmuzy, seorang ‘alim dari Khuzustan ( Persia ), wafat tahun 260 H. Begitu pentingnya Hadits sehingga timbul pelbagai disiplin ilmu hadits, diantara ilmu yang berhubungan dengan Hadits :
Ilmu Musthalah Hadits : “ Ilmu yang menerangkan kebiasaan kebiasaan yang terpakai dalam Hadits “.  Ilmu Isnad : “ Ilmu yang membicarakan Hadits yang disandarkan kepada Nabi s.a.w. “. Ilmu riwayatil Hadits : Ilmu yang meriwayatkan atau menceritakan Hadits “. Ilmu Dirayatil Hadits : “ Ilmu untuk mengetahui bagaimana kedudukan Hadits “.

BAGAIMANA HADITS SAMPAI KEPADA KITA
Ketika kita membaca Hadits biasanya tertulis : Umar Ibnul Khaththab r.a. berkata : “ Aku telah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Sesungguhnya amal itu tidak lain melainkan ( bergantung ) kepada niat “.  ( H.R. Bukhari )
Namun bagaimana kita bisa percaya bahwa ketika itu Umar Ibnul Khaththab r.a. benar benar pernah berkata, padahal kita tidak pernah bertemu dengan Umar Ibnul Khaththab ?.

BERKAT JASA IMAM AHLI HADITS
Alhamdulillah berkat kehati hatian, ketelitian, kesabaran, ketekunan dan perjuangan para imam ahli Hadits, kita bisa menerima secara matang tanpa susah payah lagi menelusuri dan meneliti tentang Hadits dari Nabi s.a.w.
Guna memahami bagaimana liku liku Hadits sampai kepada kita, mari menelaah hadits shohih yang diriwayatkan oleh imam Bukhari dibawah ini :
“ Telah menceritakan kepada kami Al Humaidi ‘Abdullah bin Zubair, dia berkata : “ Telah menceritakan kepada kami Sufyan “, dia berkata : “ Telah menceritakan kami Yahya bin Sa’id Al Anshari “, dia berkata : “ Telah mengkhabarkan kepadaku Muhammad bin Ibrahim At Taimi “, bahwa dia mendengar Al Qamah bin Waqqash Al Laitsi berkata : “ Aku telah mendengar Umar Ibnul Khththab r.a. berkata di atas mimbar : “ Aku telah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Sesungguhnya amal itu tidak lain melainkan ( bergantung ) kepada niat “.  ( H.R. Bukhari )
Dengan tidak kita sadari ternyata Hadits tersebut sampai kepada kita melalui urutan panjang sebagai berikut : Kita membaca kitab yang ditulis oleh : 1. Imam Bukhari, Imam Bukhari dari 2. Al Khumaidi ‘Abdullah bin Zubair, Khumaidi dari 3. Sufyan, sufyan dari 4. Yahya bin Sa’id Al Anshary, Yahya dari 5. Muhammad bin Ibrahim At Taimi, Muhammad dari 6. ‘Al Qamah bin Waqqash Al Laitsi, Al Qamah dari 7. Umar bin Al Khaththab, Umar dari 8. Rasulullah s.a.w.

SANAD/MUSNAD/ISNAD DAN RAWI
Dari urutan no 1 sampai no 7 disebut : “ Sanad ( sandaran ), musnad ( yang disandarkan atau tempat sandaran ) atau isnad ( menyandarkan ) “. Sedang masing masing personil pada no 1,2,3,4,5,6 dan 7 disebut : “ Rowi ( yang menceritakan / yang meriwayatkan ) “.

MATAN ( REDAKSI )
Adapun sabda Rasulullah s.a.w. yang berbunyi : Sesungguhnya amal itu tidak lain melainkan ( bergantung ) kepada niat “, disebut “ Matan “.

BETAPA RUMIT DAN BERAT
Bisa dibayangkan betapa beratnya menelusuri berita dari Nabi s.a.w., betapa tidak ?. Untuk bisa sampai menerima sabda beliau dibutuhkan waktu, tenaga, fikiran, jarak tempuh, bekal ilmu dan  ketelitian oleh para imam ahli Hadits, belum lagi dana yang dikeluarkan ?.
Dengan demikian Hadits yang kita baca dari Imam Bukhari melalui  deretan sanad ( sandaran ) sebagai berikut : 1. Imam Bukhari, 2. Al Khumaidi ‘Abdullah bin Zubair, 3. Sufyan, 4. Yahya bin Sa’id Al Anshary, 5. Muhammad bin Ibrahim At Taimi, 6. ‘Al Qamah bin Waqqash Al Laitsi, 7. Umar bin Al Khaththab, 8. Rasulullah s.a.w.
Padahal masing masing rowi tidak mesti bersambung secara langsung, artinya mereka semua tidak saling bertemu, karena beda zaman.
Umar ibnul Khaththab disebut sahabat karena bertemu Nabi s.a.w. (  sezaman ), sedangkan  Al Qamah disebut tabi’in karena bertemu dengan sahabat Umar  bin Khaththab ( karena sezaman ) tetapi tidak bertemu Nabi s.a.w. Demikan pula deretan dibawahnya, bayangkan betapa sulit dan beratnya menelusuri kebenaran Hadits Rasulullah s.a.w.
Karena jenjang dan rentang waktu yang cukup lama dalam penulisan hadits, akhirnya timbullah pemalsuan hadits yang dilakukan para pendusta karena pelbagai kepentingan, kepentingan politik, kepentingan bisnis, hukum dan sebagainya.

SYARAT PERAWI HADITS
Guna mengantisipasi pemalsuan dan kekeliruan hadits, maka sanad ( sandaran ) harus benar benar baik, maka kwalitas para “ rowipun harus diteliti dan memenuhi syarat yang cukup ketat “ :
1.Muslim, 2. Baligh, 3. ‘Aqil ( berakal sehat ), 4. Benar, 5. Kepercayaan, 6. Amanah, 7. Tidak maksiat 8. Sadar, 9. Hafadz ( dengan hafalan / dari kitabnya ), 10. Tidak dungu, 11. Tidak pelupa, 12. Tidak berubah akal, 13. Tidak sering salah ingatan, 14. Tidak sering salah dalam meriwayatkan, 15. Dikenal para ahli Hadits, 16. Tidak menerima talqin, 17. Tidak sembrono, 19. Bukan ahli bid’ah yang mengakibatkan kekufuran.
Demikian berat syarat menjadi rowi, karena sangat berpengaruh pada riwayat yang dibawanya. Apalagi riwayat yang disampaikan berhubungan dengan masalah agama !. Yang akan berdampak pada aqidah, ibadah, akhlak dsb.

MENENTUKAN KEDUDUKAN HADITS
Dengan mengetahui kwalitas rowi, akan menentukan tingkatan hadits : Shohih ( syah ), Hasan, dhoif ( lemah ) dan sebagainya. 

PARA IMAM AHLI HADITS
Diantara imam yang terkenal dikalangan ilmu Hadits :
Imam Ahmad         : Lahir 164 H. di Baghdad, wafat di Baghdad 241 H. (usia 77 th.) Kitabnya  Musnad  Ahmad “
Imam Bukhari        : Lahir 194 H. di Bukhara. wafat di Samarqand 256 H. ( usia 62 th. ) Kitabnya “ Shahih Bukhari  “ 
Imam Turmudzi           : Lahir 200 H. wafat di Turmudz 279 H. ( usia 79 th. ) Kitabnya  “ Sunan Turmudzi “.  
Imam Abu Dawud         : Lahir 202 H. wafat di Bashrah 275 H. ( usia 73 th. ) Kitabnya “ Sunan Abi Dawud “.
Imam Muslim                  : Lahir 204 H. wafat di Naisaburi 261 H. ( usia 57 th. ) Kitabnya “ Shohih  Muslim “.  
Imam Ibnu Majah          : Lahir 207 H. wafat 275 H. ( usia 68 th. ) Kitabnya “ Sunan Ibnu Majah “.                   
Imam Nasai                  : Lahir 215 H. wafat di Ramlah 303 H. ( usia 88 th. ) Dimakamkan  di Baitil  Maqdis. Kitabnya Sunan Nasai “.   

BETAPA GIGIH PERJUANGANNYA
Dari masa hidup para ahli Hadits yang berkisar antara tahun 164 H. dengan masa hidup Rasulullah s.a.w. terdapat rentang waktu sekitar 200 tahun. Bisa dibayangkan betapa sulit menelusuri sanadnya, disamping jarak, masa hidup yang berbeda, belum lagi meneliti kwalitas rowi. Subhaanallah, betapa berat, sulit, tekun dan sabarnya para imam hadits dalam mencari kebenaran.
Alhamdulillah berkat perjuangan dan jerih payah para imam ahli Hadits kita bisa membaca hadits Nabi s.a.w. dengan mudah tanpa bersusah payah.
Ya Allah terimalah amal beliau, ampunilah dosanya, Amiin.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar