MAYAT TIDAK DISIKSA KARENA
TANGIS
“ Katakanlah :
" Apakah
aku akan mencari Tuhan selain Allah, padahal
Dia adalah Tuhan bagi segala sesuatu,
dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada
dirinya sendiri,
dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada
Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan Nya
kepadamu apa yang kamu perselisihkan ". (
Q.S. Al An’am 164 )
Begitu
adil dan bijak Allah dalam menentukan hukum, bagi yang berbuat baik akan diberi
pahala berlipat, yang berbuat jahat akan mendapat balasan siksa yang sepadan
dengan kejahatannya.
Dengan kata lain orang yang berbuat akan menanggung resiko
akibat perbuatannya sendiri.
Dengan
demikian Allah juga tidak akan menimpakan dosa seseorang kepada orang lain yang
tidak berdosa, artinya masing masing orang
menanggung akibat perbuatannya sendiri tanpa bisa melimpahkan (
mengalihkan ) akibatnya kepada orang lain.
Diantara
pemahaman yang perlu diluruskan adalah “
menangisi mayat “, yang katanya bisa
mengakibatkan si mayat disiksa.
MENANGIS
Tangis
merupakan fithrah manusia dalam menghadapi kematian, tangis menandakan
kelembutan hati. Namun anehnya ada yang melarangnya, bahkan sampai ada yang melarang
agar air matanya jangan sampai menetes ke wajah si mayit ?.
Bagaimana
tentang pemahaman ini ?, guna mendudukkan masalah baiklah menelaah beberapa
hadits dibawah ini.
KOREKSI ISTRI NABI
Dari
Hisyam r.a. dari bapaknya katanya : “ Diceritakan orang dekat ‘Aisyah r.a.
riwayat dari Ibnu Umar bahwa Nabi s.a.w. pernah bersabda : “ Bahwa mayit
tersiksa dalam kuburnya karena ditangisi keluarganya “. Kata ‘Aisyah r.a. : “
Bukan begitu sesungguhnya yang diucapkan Nabi itu ialah : “ Bahwasanya mayit
itu disiksa karena kesalahan atau karena dosanya. Sedangkan keluarganya
menangis baru sekarang. Hal itu sama kelirunya
dengan ucapan yang mengatakan bahwa Rasulullah s.a.w. pernah berdiri di
pinggir sebuah lubang kecil ketika perang Badar, kemudian dimasukkan orang kedalam
lubang itu mayat mayat orang orang musyrik yang terbunuh, kemudian Nabi berkata
kepada mereka, bahwa mereka ( mayat mayat ) itu mendengar apa yang dikatakan
beliau. Hal itu sungguh keliru, yang benar ialah Nabi mengatakan : “
Sesungguhnya mereka itu bakal mengetahui ( di akherat kelak ) bahwa apa yang
kukatakan kepada mereka ( semasa mereka masih hidup ) adalah benar “. Kemudian
‘Aisyah membaca :
“
Sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikan orang orang
yang mati mendengar dan (tidak pula) menjadikan orang orang
yang tuli mendengar panggilan, apabila mereka telah berpaling membelakang “. ( Q.S. An Naml 80 )
“ Dan tidak ( pula
) sama orang orang yang hidup dan orang orang yang mati. Sesungguhnya Allah
memberi pendengaran kepada siapa yang dikehendaki Nya dan kamu sekali kali
tiada sanggup menjadikan orang yang didalam kubur dapat mendengar “. ( Q.S. Fathir 22 ). ( H.R. Muslim )
Sebagai
istri Nabi s.a.w. ‘Aisyah r.a. sangat faham betul tentang seluk beluk agama,
sehingga beliau mengoreksi pemahaman yang keliru tentang “ orang yang menangisi mayat berakibat mayat akan ikut disiksa “.
Bahkan
‘Aisyah r.a. meralat bahwa yang diucapkan Nabi yang benar adalah
: “ Bahwasanya mayit itu disiksa karena kesalahan atau karena dosanya “. Apalagi
‘Aisyah r.a. faham tentang firman yang berbunyi :
“....Dan seorang yang
berdosa tidak akan memikul dosa orang lain “. ( Q.S. Al An’am 164, Az Zumar 7 )
DISIKSA KARENA DOSANYA
Bahkan ‘Aisyah r.a. mengkritisi pula yang keliru dalam
menyampaikan berita, bahwa Nabi berkata
kepada mereka “ bahwa mereka ( mayat
mayat ) itu mendengar apa yang dikatakan beliau. Hal itu sungguh keliru, yang
benar ialah Nabi mengatakan : “ Sesungguhnya mereka itu bakal mengetahui ( di
akherat kelak ) bahwa apa yang kukatakan kepada mereka ( semasa mereka masih
hidup ) adalah benar “. Kemudian ‘Aisyah membaca :
“ Sesungguhnya kamu
tidak dapat menjadikan orang orang
yang mati mendengar ......“. ( Q.S. An Naml 80 )
Begitu
kritisnya ‘Aisyah r.a. dalam mengoreksi terhadap orang orang yang keliru dalam
meriwayatkan dan memahami hadits, ‘Aisyah adalah istri Nabi s.a.w. yang dikenal
cerdas dan banyak meriwayatkan hadits.
TIDAK DISIKSA LANTARAN TANGIS
Nabi
s.a.w. sendiri dalam hal menangisi mayat ( karena sedih ) tidak mengaitkannya
dengan disiksanya si mayat, karena memang tidak ada kaitan antara yang hidup
dengan yang mati dalam hal tangis.
Demikian
luas dan murah ajaran agama sehingga menangisi mayat yang merupakan fithrah
manusia di beri tempat yang wajar dan tidak mengakibatkan disiksa.
Betapa
sempitnya yang beranggapan bahwa menangisi mayat sangat dilarang.
Oleh karena
itu memahami agama hendaklah menurut tuntunan, bukan menurut apa kata orang,
karena akan menyesatkan dan merepotkan.
Bahkan bisa bisa yang beragama lain
akan berkata : “ Alangkah susah dan rumitnya ajaran Islam, menangis karena
kesusahan saja tidak boleh ! “.
Padahal
Nabi s.a.w. secara jelas bersabda tentang tangis ini :
Dari ibnu Umar r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersama
“Abdurrahman bin ‘Auf, Sa’d bi Abu Waqqash dan ‘Abdullah bin Mas’ud r.a.
melayat Sa’ad bin ‘Ubadah, kemudian beliau menangis, ketika para sahabat
melihat Rasulullah s.a.w. menangis maka mereka pun menangis, Rasulullah s.a.w. kemudian bersabda : “ Tidakkah kamu sekalian mau mendengar ?,
sesungguhnya Allah itu tidak menyiksa seseorang karena linangan air mata dan
tidak pula karena kesedihan hati, tetapi Allah menyiksa atau mengasihani
seseorang itu karena ini “, beliau menunjuk kepada lidah. ( H.R. Bukhari Muslim )
KESIMPULAN
Dengan
demikian jelas bahwa menangis tidak mengakibatkan disiksanya si mayat, bahkan
dengan tandas Nabi s.a.w. menjelaskan : “Sesungguhnya Allah itu tidak menyiksa
seseorang karena linangan air mata dan tidak pula karena kesedihan hati, tetapi
Allah menyiksa atau mengasihani seseorang itu karena ini “, beliau menunjuk
kepada lidah.
Semoga
Allah senantiasa memberikan hidayah Nya, agar kita selalu berpegang pada ajaran
Nya, tidak selalu mengikut apa kata orang.
KISAH TAULADAN
KHALID BIN WALID PRIBADI DAN STRATEGI PERANGNYA
Khalid bin
Walid adalah panglima yang lihai menghadapi musuh, dapat menangkis tiap
manouver militer musuh dan menghalau prajurit yang melakukan desersi dari
pasukannya.
Al Hafizh bin Katsir menilai Khalid sebagai orang yang tidak pernah
tidur, dan tidak membiarkan seorangpun diantara pasukannya yang tertidur.
Berkat ketaqwaan dan semangat jihad yang menggebu sampai Khalid berkata : “ Tiada malam yang
dihadiahkan kepadaku seorang pengantin wanita atau dikabari berita kelahiran
seorang putraku, lebih aku sukai dari malam yang sangat dingin dalam sebuah
misi perang dan pagi harinya aku menyerbu pasukan musuh “.
Suatu saat panglima pasukan Romawi berkata
kepada Khalid : “ Kami mengetahui kalian tidak akan keluar dari wilayah kalian
kecuali karena kelaparan dan susah payah. Jika kalian mau aku akan memberi
setiap prajurit 10 dinar, pakaian dan makanan, dengan syarat kalian harus
pulang dan meninggalkan wilayah kami. Tahun berikutnya aku juga akan mengirim
sebanyak itu pula.
Khalid
dengan tegasnya menjawab : “ Bukan kelaparan yang mendorong kami keluar dari
wilayah kami seperti yang anda duga, tetapi kami adalah peminum darah, kami
tahu bahwa tidak ada darah yang paling segar dan paling baik kecuali darah
orang Romawi, karena itulah kami datang ke wilayah anda “.
Ketika
pemimpin pasukan Romawi bertekad untuk memerangi kaum Muslimin, Abu Bakar
berkata : “ Demi Allah aku akan menumpas mereka dengan Khalid ! “. Dalam perang
Al Yarmuk Khalid menugaskan pasukan wanita di garis belakang dengan tujuan
untuk membunuh prajurit yang melarikan diri dari medan perang.
Ketika
Umar menjabat sebagai khalifah diantara kebijakannya mencopot Khalid bin Walid
sebagai panglima agar tidak terjadi fitnah, mengingat dalam kepemimpinan Khalid
sering meraih kemenangan sehingga Khalid di dipuji dan diagung agungkan,
sehingga bisa menimbulkan kultus individu yang membahayakan.
Kebijakan umar
yang cukup extrim ini dita’ati Khalid.
Ketika Khalid sudah menjadi prajurit biasa, ada seseorang bertanya : " Bagaimana perasaan anda dari panglima menjadi prajurit biasa ? ". Khalid menjawab dengan entengnya : " Saya berjuang bukan karena Umar, tetapi saya berjuang karena Allah ! ".
Kemudian Umar bermaksud
mengangkatnya kembali namun Khalid menolaknya.Menjelang
wafat dia berkata : “ Aku menyaksikan
sekian banyak prajurit, dan ditubuhku tidak ada tempat melainkan
terdapat banyak bekas tikaman pedang, tombak dan panah. Dan inilah aku yang
akan mati diatas tempat tidurku sebagaimana matinya seekor onta “.
Sempat
meriwayatkan 18 hadits, wafat diHimsh
pada 21 H. Sampai sekarang
strategi perang Khalid bin Walid menjadi bahan study dan dipelajari dipelbagai
universitas di Jerman dan Inggeris.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar