BOLEHKAH MENANGISI MAYAT ?
“ (Yaitu) orang orang
yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan :
" Innaa lillaahi wa innaa
ilaihi raaji'uun “. ( Q.S. Baqarah 156 )
Dunia merupakan hunian sementara, bersifat tidak kekal, dunia merupakan batu
pijakan untuk menuju alam kekekalan ( syurga / neraka ).
Dengan
demikian alam dunia penuh berbagai ujian, maka sangat beruntung bagi
yang memahami dan betapa rugi bagi yang tidak menyadari.
Bukankah
Allah sudah mengingatkan :
“ Dan
sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah buahan, dan berikanlah
berita gembira kepada orang orang
yang sabar ". ( Q.S. Al Baqarah 155 )
Bagi yang
memahami musibah yang terjadi akan dihadapi dengan tenang dengan sabar, bukan
dengan kekalutan, keresahan dan kekecewaan.
SEMUA BERASAL DARI
ALLAH
Yang tidak
menyadari bahwa semuanya berasal dari Allah, alangkah kecewa bila mendapat
musibah. Beda dengan yang memahami hakekat keberadaan diri, keluarga dan hartanya,
semuanya pada hakekatnya adalah
pinjaman, merupakan titipan. Apalagi Allah mengingatkan bahwa semuanya yang ada
adalah milik Allah.
“ Kepunyaan Allah lah
segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi ..... “. ( Q.S. Al Baqarah 284 )
KEMATIAN DIHADAPI DENGAN RIDLO
Diantara
musibah yang cukup berat adalah kematian, namun bagi yang memahami hakekat
hidup, kematian akan dihadapinya dengan tabah dan sabar, karena faham bahwa
anak dan istri merupakan milik Allah, titipan Allah.
Dengan demikian dia akan bersikap “ Ridlo / rela, apalagi didasari dengan mengharap ampunan dan pahala Allah, bahkan yakin pula akan dibalas dengan syurga Nya “. Maka sikap kecewa, gundah, resah akan mudah ditepisnya.
Dengan demikian dia akan bersikap “ Ridlo / rela, apalagi didasari dengan mengharap ampunan dan pahala Allah, bahkan yakin pula akan dibalas dengan syurga Nya “. Maka sikap kecewa, gundah, resah akan mudah ditepisnya.
Dari Abu hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w.
bersabda : “ Allah Ta’ala berfirman : “ Aku tidak akan memberi balasan kepada
hamba Ku yang mukmin, bila aku mengambil kekasihnya di dunia ini kemudian dia
ridlo dan mengharap pahala kepada Ku, melainkan balasannya syurga “. ( H.R. Bukhari )
ISTIRJA’
Kalimat
istirja’ ( pernyataan
kembali kepada Allah ) adalah
kalimat yang diucapkan ketika mengalami musibah :
" innaa lillaahi wa innaa ilaihi rooji'uun "
Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada Nya lah kami kembali
Dengan membaca kalimat ini dengan khusyu’, Insyaa Allah jiwa jadi tenang, tegar,
tabah dan sabar dan sekaligus merupakan ciri orang yang sabar
TAHMID DAN ISTIRJA’
Bahkan ada
yang luar biasa, karena sikap seorang hamba ketika anaknya meninggal justru tidak
kecewa bahkan bersyukur, luar biasa memang !.
Ini adalah
tingkat iman yang unggul, karena dia sadar bahwa walau anak yang dicintainya
wafat, dia toh sudah merasakan memiliki anak, walau hanya sebentar, sehingga
tetap saja bersyukur, apalagi dia sadar toh itu bukan miliknya.
Dari Abu Musa r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda
: “ Apabila anak seseorang itu meninggal dunia maka Allah ta’ala bertanya
kepada Malaikat Nya : “ Kamu telah mencabut nyawa anak hamba Ku ? “, Malaikat
menjawab : “ Ya “. Allah berfirman : “ Kamu telah mencabut buah hatinya ? “,
Malaikat menjawab : “ Ya “, Allah berfirman : “ Maka apa yang diucapkan oleh
hamba Ku ? “, Malaikat menjawab : “ Dia memuji kepada Mu dan mengucapkan : “
Innaa lilaahi wa innaa ilaihi rooji’un “. Kemudian Allah Ta’ala berfirman : “
Bangunkanlah untuk hamba Ku sebuah rumah di dalam syurga dan namakanlah rumah
itu dengan nama Baitul hamdi ( rumah pujian ) “. ( H.R. At Turmudzy )
JIWA LAPANG
Betapa hebat dan luar biasa yang bisa bersyukur ketika mendapat mushibah, sehingga Allah memerintahkan membuat bangunan " rumah pujian " di syurga.
Demikian tinggi penghargaan Allah bagi yang sadar dan sabar, jiwa yang menyadari bahwa ujian dihadapi dengan bersyukur memang luar biasa, betapa tidak ?.
Dengan bersikap syukur jiwanya tidak menderita, jiwanya terasa lapang, dengan demikian jiwanya tidak tersiksa, karena apapun dihadapi dengan sikap tidak meniadakan apa yang telah dikaruniakan kepadanya, baginya semua yang dimiliki adalah merupakan titipan Allah belaka.
Maka tidak sepantasnya bila ketetapan Allah dihadapi dengan ketidak puasan, yang jelas akan membuat jiwa jadi kecewa dan menderita, yang akan menyiksa dirinya !.
TANGIS SEBAGAI RAHMAT
Tangis
merupakan tanda kemanusiawian seseorang, merupakan fithrah manusia, tangis
semacam ini diperbolehkan karena merupakan bentuk belas kasih hati yang lembut,
sebagaimana Rasulullah s.a.w. juga melakukan.
Dari Usamah bin Zaid r.a. bahwasanya ketika cucu
Rasulullah s.a.w. yang hampir meninggal dunia itu diserahkan kepadanya, maka
kedua mata beliau mencucurkan air mata, kemudian Sa’d bertanya kepada belaiu :
“ Wahai Rasulullah kenapa tuan bersikap demikian ? “, beliau menjawab : “ Ini
adalah suatu rahmat yang Allah Ta’ala limpahkan kedalam hati hamba Nya dan
sesungguhnya Allah akan mengasihani hamba hamba Nya yang mempunyai sifat belas
kasihan “. (
H.R. Bukhari Muslim )
BUKAN TANGIS KECEWA
Tangis
karena sedih pernah dilakukan Rasulullah s.a.w. ketika putranya Ibrahim wafat,
namun tangis yang berlebihan karena kecewa dan tidak ridlo dengan ketentuan
Allah sangat dilarang, sehingga melontarkan kata kata kecewa, umpatan kepada
takdir Allah dan sebagainya, bahkan sampai meraung raung, merobek baju,
berguling guling ditanah.
Dari Anas r.a. bahwasanya ketika Rasulullah s.a.w. masuk
ke kamar putranya Ibrahim r.a., yang sedang menghembuskan nafasnya yang
terakhir maka kedua mata Rasulullah s.a.w. mencucurkan air mata, kemudian
‘Abdurrahman bin ‘Auf bertanya kepada beliau : “ Tuan juga menangis wahai
Rasulullah ? “. Beliau menjawab : “ Wahai Ibnu ‘Auf sesungguhnya ini adalah
suatu rahmat, tetapi kemudian diikuti dengan ketentuan lain “, beliau bersabda
pula : “ Sesungguhnya mata berlinang dan hati merasa sedih tetapi kami tidak
kami tidak boleh mengucapkan sesuatu kecuali apa yang diridloi oleh Allah. Dan
sungguh saya merasa sedih karena harus berpisah denganmu wahai Ibrahim “. ( H.R. Bukhari )
TIDAK DISIKSA LANTARAN TANGIS
Bahkan
Nabi s.a.w. menegaskan tangis dan sedih tidak menyebabkan disiksa Allah justru
yang disiksa dan dirahmati disebabkan karena lidah.
Dari ibnu Umar r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersama
“Abdurrahman bin ‘Auf, Sa’d bi Abu Waqqash dan ‘Abdullah bin Mas’ud r.a.
melayat Sa’ad bin ‘Ubadah, kemudian beliau menangis, ketika para sahabat
melihat Rasulullah s.a.w. menangis maka mereka pun menangis, Rasulullah s.a.w. kemudian bersabda : “ Tidakkah kamu sekalian mau mendengar ?,
sesungguhnya Allah itu tidak menyiksa seseorang karena linangan air mata dan
tidak pula karena kesedihan hati, tetapi Allah menyiksa atau mengasihani
seseorang itu karena ini “, beliau menunjuk kepada lidah. ( H.R. Bukhari Muslim )
KESIMPULAN
1.Menangis diperkenankan selama hanya sebatas terharu ( karena lembutnya hati
).
2.Tangis yang dilarang yang bersifat meraung raung karena kesal, kecewa, tidak ridlo ( terhadap
takdir yang terjadi ).
KISAH
TAULADAN
ZUBAIR BIN AWWAM
Nama
lengkap Zubair bin Awwam bin Khuwailid Al Qurasyi Al Asadi, bergelar Hawari
Rasulullah ( teman setia Nabi ).
Lahir 28
sebelum H. berpostur tinggi, berjenggot tipis, berkulit coklat, bibinya
Khodijah binti Khuwailid, istri Rasulullah s.a.w.
Ibunya
pernah memukulnya, tiba tiba salah seorang anggauta keluarganya lewat sambil menegurnya, ibunya menjawab
sambil melantunkan syair : “ Aku memukulnya agar dia tangkas menunggang kuda,
memimpin prajurit, dan menjadi orang yang berguna “.
Harapan
ibunya menjadi kenyataan, Zubair akhirnya menjadi penunggang kuda yag hebat.
Merupakan orang pertama yang menghunus pedang setelah mendapat berita bahwa
Nabi s.a.w. terbunuh dalam perang Uhud.
Karena
memeluk Islam, pamannya pernah mengurungnya di sebuah rumah yang dipanasi,
justru dia berkata : “ Aku tidak akan murtad dari Islam untuk selama lamanya !
“.
Zubair
putra bibi Nabi, ibunya bernama Shafiyah binti Abdul Muthalib. Zubair termasuk
salah seorang dari 10 sahabat yang diberitakan masuk syurga. Rasulullah s.a.w.
bersabda : “ Thalkhah dan Zubair keduanya adalah tetanggaku di Syurga “. ( H.R.
At Tirmidzi ).
Termasuk
sahabat kaya raya, berprofesi sebagai pedagang, meninggalkan harta senilai
40. Juta dirham.
Di dadanya
terdapat bekas luka tusukan tombak dan anak panah yang berbentuk seperti mata.
Berhijrah
ke Habasyah pertama dan ke dua, tidak pernah absen mengikuti peperangan bersama
Nabi s.a.w.
Rasulullah
s.a.w. pernah menugaskan beserta 70 kaum Muslimin untuk mengusir orang musyrik
pasca perang Uhud.
Tidak
pernah menjabat gubernur, hanya menjabat sebagai panglima perang.
Rasulullah
bersbda : “ Setiap Nabi mempunyai hawari ( sahabat setia ), dan sahabat setiaku
adalah Zubair “. ( H.R. Bukhari ).
Zubair
menikah dengan Asma’ binti Abu Bakar, diantaranya putranya Abdullah bin Zubair,
Amirul Mukminin dan Urwah bin Zubair salah satu diantara 7 ahli Fiqh Madinah di
masanya.
Pada
36 H. Zubair dibuntuti oleh Amr ibn Jurmuz dan ditikam ketika sedang sholat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar