BISAKAH MAYAT MENDENGAR ?
“ Dan tidak ( pula ) sama
orang orang
yang hidup dan orang orang
yang mati. Sesungguhnya Allah memberi pendengaran kepada siapa yang dikehendaki Nya
dan kamu sekali kali
tiada sanggup menjadikan orang yang didalam kubur dapat mendengar “. ( Q.S. Faathir 22 )
Kondisi orang hidup jelas beda dengan yang mati, yang hidup secara normal
dapat mendengar karena telinganya berfungsi. Pendengaran merupakan karunia
Allah, betapa nikmatnya yang dikaruniai pendengaran dan masih berfungsi.
Apalagi bila difungsikan untuk mendengar dan memahami ajaran agama,
sehingga tahu mana yang benar dan salah, yang halal dan haram sehingga tahu hakekat
dan tujuan hidup yang sebenarnya.
ALAM KUBUR
Namun keadaan jadi beda dikala sudah berada di alam kubur, karena alamnya sudah berbeda pula, komunikasi dengan
alam dunia sudah terputus, si mayit hanya merasakan adzab ( siksa ) atau nikmat
kubur saja.
ADZAB KUBUR
Betapa berat adzab kubur,
alam kubur menyempit meremukkan tulang belulangnya disertai pukulan Malaikat
yang menyiksa karena melaksanakan perintah Tuhan Nya, namun karena Kekuasaan Nya, suara rintihan si
mayit tidak bisa didengar oleh manusia kecuali hewan.
Andaikan manusia mendengar
rintihannya, bayangkan ......pasti pada lari ketakutan dan jelas akan
mengganggu jiwa dan aktifitas kesehariannya.
NIKMAT KUBUR
Beda dengan yang memperoleh nikmat kubur berkat amal sholih selama hidupnya,
begitu
nikmat keadaannya, sehingga Nabi s.a.w. dalam melaksanakan perawatan jenazah
memerintahkan agar menyegerakan dan mempercepat pemakaman, karena si mayat
ingin segera merasakan nikmat di alam kuburnya.
BEDA ALAM
Alam kubur
merupakan alam ghoib, artinya kita tidak tahu keadaannya tetapi harus meyakini keberadaannya
berdasar keterangan Nabi s.a.w. !.
Alam kubur merupakan alam terpisah dari
dunia luar !, yang ada hanya adzab dan nikmat kubur, si mayit hanya menikmati
dua keadaan ini tanpa bisa berhubungan dengan dunia luar sampai hari
kebangkitan ( qiamat ).
Diantara kenikmatan
alam kubur yang diberikan kepada para syuhada’ adalah bahwa mereka itu hidup
dan mendapat rizki : “ janganlah
kamu mengira bahwa orang orang
yang gugur di jalan Allah itu mati,
bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezki “. ( Q.S. Ali Imran 169 )
TERPUTUS DUNIA
LUAR
Ada kepercayaan dikalangan
umat Islam bahwa bila mayit ditangisi oleh keluarganya si mayit akan
disiksa, bahkan ada yang melarang air
mata yang menangis jangan sampai mengenai si mayit.
Bukankah Nabi s.a.w.
ketika puterinya wafat beliau juga menangis sehingga para sahabat juga ikut
menangis karena kelembutan hati beliau.
Anggapan bahwa menangisi mayit akan
berakibat pada si mayit akan disiksa di alam kubur ini disanggah secara tegas oleh
‘Aisyah ( istri Nabi s.a.w. ),
Dari Hisyam r.a. dari bapaknya, katanya : “ Diceritakan
orang dekat ‘Aisyah r.a. riwayat dari Umar r.a. bahwa Nabi s.a.w. pernah
bersabda : “ Bahwa mayit tersiksa dalam kuburnya karena ditangisi keluarganya
“. Kata ‘Aisyah : “ Bukan begitu, sesungguhnya yang diucapkan Nabi itu ialah :
“ Bahwasanya mayit itu disiksa karena kesalahan atau karena dosanya, sedangkan
keluarganya menangisinya baru sekarang !. Hal itu sama kelirunya dengan ucapan
yang mengatakan bahwa Rasulullah s.a.w. pernah berdiri dipinggir sebuah lubang
kecil ketika perang Badar, kemudian dimasukkan kedalam lubang itu mayat mayat
orang musyrik yang terbunuh. Kemudian Nabi s.a.w. berkata kepada mereka, bahwa
mereka ( mayat mayat ) itu mendengar apa yang dikatakan beliau. Hal itu sungguh
keliru !, yang benar ialah Nabi s.a.w. mengatakan : “ Sesungguhnya mereka itu
akan mengetahui ( di akherat kelak ) bahwa apa yang kukatakan kepada mereka (
semasa mereka masih hidup ) adalah benar ! “. Kemudian ‘Aisyah membaca ayat :
“ Sesungguhnya
kamu tidak dapat menjadikan orang orang yang mati
mendengar dan ( tidak
pula )
menjadikan orang orang
yang tuli mendengar panggilan, apabila mereka telah berpaling membelakang “. ( Q.S. An Naml 80 )
TIDAK BISA
MENDENGAR
Dari penjelasan ‘Aisyah r.a.
tersebut jelas bahwa mayit di alam kubur tidak disiksa karena tangisan
keluarganya, dan juga tidak bisa mendengar suara suara dari luar, karena
alamnya sudah beda !. Bahkan ‘Aisyah r.a.
menambahkan penjelasannya dengan menyampaikan firman Allah :
" Dan tidak ( pula ) sama
orang orang
yang hidup dan orang orang
yang mati. Sesungguhnya Allah memberi pendengaran kepada siapa yang dikehendaki Nya
dan kamu sekali kali
tiada sanggup menjadikan orang yang didalam kubur dapat mendengar “. (
Q.S. Faathir 22 )
BERWASHILAH
DENGAN AHLI KUBUR
Dengan terputusnya alam kubur
dengan alam dunia, sehingga si mayit tidak bisa mendengar, mengapa masih ada
yang berfaham bahwa ahli kubur bisa dipakai sebagai perantara ( washilah )
dalam berdo’a kepada Allah ?, bahkan mempercayai bahwa si ahli kubur bisa
memberi barokah ?. Padahal ahli kubur sudah tidak bisa mendengar lagi ?, apalagi
memberi barokah !.
DO’A
Beda
dengan do’a, do’a dipanjatkan kepada Allah, bila syarat syaratnya benar, maka Allah akan mengabulkan Nya !. Dengan
demikian do’a yang ditujukan untuk memohon ampun bagi si mayit, maka Allah akan
mengampuni si mayit.
Namun keadaan jadi “ syrik “ ( menyekutukan Allah ) bila
si pemohon menjadikan si mayit sebagai washilah
Akankah
masih meragukan posisi dirinya kepada Allah Yang Maha Kuasa ?.
Bukankah
Allah secara jelas menegaskan posisi Nya
yang sangat dekat dengan hamba Nya, akankah masih berwashilah kepada ahli kubur
?!, alangkah hinanya !.
“ Dan apabila hamba hamba
Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka ( jawablah ), bahwasanya Aku adalah
dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada
Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi ( segala perintah Ku ) dan hendaklah
mereka beriman kepada Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran “. (
Q.S. Al Baqarah 186 )
KEMBALI KE TUNTUNAN
Al Quran
dan sunnah Nabi s.a.w. adalah pegangan, pedoman dan petunjuk bagi yang beriman dalam
beribadah. Dengan demikian tidak ada yang bisa menandingi mutlak kebenarannya
!. Maka dalam beribadah jangan sampai ikut ikutan, apa kata orang, karena pendengaran, penglihatan dan hati kelak akan
ditanya di hari qiamat !.
“ Dan janganlah kamu
mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya
pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan
jawabnya “. ( Q.S. Al Isra’ 36 )
Semoga
Allah selalu memberikan petunjuk Nya agar tetap berpegang teguh pada tuntunan
Nya.
“ Ya Allah nampakkan bahwa yang
benar itu benar dan berilah kami kemampuan untuk mengikutinya, dan nampakkan
bahwa yang salah itu salah, dan berilah kemampuan kami untuk menjahuinya “.
Amiin.
KISAH TAULADAN
ABU HURAIRAH
Nama
lengkap Abdur Rahman bin Sakhir, di masa jahilyah bernama Abd Syams, biasa
dipanggil Abu Hurairah, lantaran seekor kucing selalu menyertai dan beliau
senantiasa memberi makan dan memandikannya.
Dilahirkan
pada 21 sebelum hijrah. Yatim sejak kecil, bekerja pada Bashrah binti Ghazawan,
setelah memeluk Islam dia menikahinya.
Berasal
dari kabilah Dus, Yaman, memeluk Islam tahun 7 H. Semenjak memeluk Islam selalu
menyertai Nabi s.a.w., termasuk golongan ahl As Shuffah ( fakir miskin penduduk
Madinah dari kaum muhajirin, berjumlah sekitar 400 orang, tidak memiliki
keluarga dan kekayaan, tinggal diemperan masjid Nabawi, sejak saat itu mereka
mendapat julukan Ahl As Shuffah ( orang yang tinggal di emperan masjid Nabawi
).
Mempergunakan
sepertiga malamnya untuk beribadah, sepertiga untuk istrinya, yang sepertiga
lagi untuk putrinya.
Suatu hari
mengadukan keadaan ibunya kepada Rasulullah s.a.w. memohon agar mendo’akan
ibunya supaya mendapat petunjuk dan memeluk Islam, Nabipun mengabulkan
permintaannya, akhirnya ibunya memeluk Islam.
Umar bin
Khaththab r.a. pernah menugaskan sebagai gubernur wilayah Bahrain, setelah
sekian lama menjabat Umar mengamati bahwa Abu Hurairah hanya sibuk beribadah,
kemudian Umar mencopot jabatannya. Kemudian Umar bermaksud mengangkatnya
kembali namun ditolaknya.
Marwan bin
Hakam pernah menguji tentang hafalannya terhadap hadits Nabi s.a.w., karena
pada masa itu banyak bermunculan hadits palsu yang dinisbatkan pada Abu
Hurairah, Marwan memanggil dan meminta menyebutkan beberapa hadits, kemudian
sekretaris Marwan mencatatnya. Setahun kemudian Marwan memanggilnya kembali dan
Abu Hurairah menyebutkan semua hadits yang pernah dia sampaikan sebelumnya,
tanpa tertinggal satu hurufpun.
Termasuk sahabat
yang paling banyak meriwayatkan hadits dari Rasulullah s.a.w. Al Bukhari
berkata : “ Tercatat lebih dari 800 orang perawi hadits dari kalangan shahabat
dan tabi’in yang meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah “.
Sempat meriwayatkan
5.374 hadits, diantaranya : Nabi s.a.w. bersabda : “ Iman itu mempunyai tujuh puluhan cabang dan malu itu adalah salah
satu dari cabang iman “
Diantara shahabat
yang meriwayatkan hadits dari beliau adalah : Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Anas bin
Malik, Jabir bin Abdullah.
Wafat di
Madinah, jasadnya di makamkan di Baqi’.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar