Rabu, 24 Desember 2014



BISAKAH MAYAT MENDENGAR ?
                                              
“ Dan tidak ( pula ) sama orang orang yang hidup dan orang orang yang mati. Sesungguhnya Allah memberi pendengaran kepada siapa yang dikehendaki Nya dan kamu sekali kali tiada sanggup menjadikan orang yang didalam kubur dapat mendengar( Q.S. Faathir 22 )

Kondisi orang hidup jelas beda dengan yang mati, yang hidup secara normal dapat mendengar karena telinganya berfungsi. Pendengaran merupakan karunia Allah, betapa nikmatnya yang dikaruniai pendengaran dan masih berfungsi.
Apalagi bila difungsikan untuk mendengar dan memahami ajaran agama, sehingga tahu mana yang benar dan salah, yang halal dan haram sehingga tahu hakekat dan tujuan hidup yang sebenarnya.

ALAM KUBUR
Namun keadaan jadi beda dikala sudah berada di alam kubur, karena  alamnya sudah berbeda pula, komunikasi dengan alam dunia sudah terputus, si mayit hanya merasakan adzab ( siksa ) atau nikmat kubur saja.

ADZAB KUBUR
Betapa berat adzab kubur, alam kubur menyempit meremukkan tulang belulangnya disertai pukulan Malaikat yang menyiksa karena melaksanakan perintah Tuhan Nya,  namun karena Kekuasaan Nya, suara rintihan si mayit tidak bisa didengar oleh manusia kecuali hewan. 
Andaikan manusia mendengar rintihannya, bayangkan ......pasti pada lari ketakutan dan jelas akan mengganggu jiwa dan aktifitas kesehariannya.

NIKMAT KUBUR  
Beda dengan yang memperoleh nikmat kubur berkat amal sholih selama hidupnya,   
begitu nikmat keadaannya, sehingga Nabi s.a.w. dalam melaksanakan perawatan jenazah memerintahkan agar menyegerakan dan mempercepat pemakaman, karena si mayat ingin segera merasakan nikmat di alam kuburnya.

BEDA ALAM
Alam kubur merupakan alam ghoib, artinya kita tidak tahu keadaannya tetapi harus meyakini keberadaannya berdasar keterangan Nabi s.a.w. !. 
Alam kubur merupakan alam terpisah dari dunia luar !, yang ada hanya adzab dan nikmat kubur, si mayit hanya menikmati dua keadaan ini tanpa bisa berhubungan dengan dunia luar sampai hari kebangkitan ( qiamat ).
Diantara kenikmatan alam kubur yang diberikan kepada para syuhada’ adalah bahwa mereka itu hidup dan mendapat rizki : janganlah kamu mengira bahwa orang orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezki( Q.S. Ali Imran 169 )

TERPUTUS DUNIA LUAR
Ada kepercayaan dikalangan umat Islam bahwa bila mayit ditangisi oleh keluarganya si mayit akan disiksa,  bahkan ada yang melarang air mata yang menangis jangan sampai mengenai si mayit. 
Bukankah Nabi s.a.w. ketika puterinya wafat beliau juga menangis sehingga para sahabat juga ikut menangis karena kelembutan hati beliau. 
Anggapan bahwa menangisi mayit akan berakibat pada si mayit akan disiksa di alam kubur ini disanggah secara tegas oleh ‘Aisyah ( istri Nabi s.a.w. ),   
Dari Hisyam r.a. dari bapaknya, katanya : “ Diceritakan orang dekat ‘Aisyah r.a. riwayat dari Umar r.a. bahwa Nabi s.a.w. pernah bersabda : “ Bahwa mayit tersiksa dalam kuburnya karena ditangisi keluarganya “. Kata ‘Aisyah : “ Bukan begitu, sesungguhnya yang diucapkan Nabi itu ialah : “ Bahwasanya mayit itu disiksa karena kesalahan atau karena dosanya, sedangkan keluarganya menangisinya baru sekarang !. Hal itu sama kelirunya dengan ucapan yang mengatakan bahwa Rasulullah s.a.w. pernah berdiri dipinggir sebuah lubang kecil ketika perang Badar, kemudian dimasukkan kedalam lubang itu mayat mayat orang musyrik yang terbunuh. Kemudian Nabi s.a.w. berkata kepada mereka, bahwa mereka ( mayat mayat ) itu mendengar apa yang dikatakan beliau. Hal itu sungguh keliru !, yang benar ialah Nabi s.a.w. mengatakan : “ Sesungguhnya mereka itu akan mengetahui ( di akherat kelak ) bahwa apa yang kukatakan kepada mereka ( semasa mereka masih hidup ) adalah benar ! “. Kemudian ‘Aisyah membaca ayat :      
Sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikan orang orang yang mati mendengar dan ( tidak pula ) menjadikan orang orang yang tuli mendengar panggilan, apabila mereka telah berpaling membelakang. ( Q.S. An Naml 80 )

TIDAK BISA MENDENGAR
Dari penjelasan ‘Aisyah r.a. tersebut jelas bahwa mayit di alam kubur tidak disiksa karena tangisan keluarganya, dan juga tidak bisa mendengar suara suara dari luar, karena alamnya sudah beda !. Bahkan ‘Aisyah r.a. menambahkan penjelasannya dengan menyampaikan firman Allah :  
" Dan tidak ( pula ) sama orang orang yang hidup dan orang orang yang mati. Sesungguhnya Allah memberi pendengaran kepada siapa yang dikehendaki Nya dan kamu sekali kali tiada sanggup menjadikan orang yang didalam kubur dapat mendengar( Q.S. Faathir 22 )

BERWASHILAH DENGAN AHLI KUBUR
Dengan terputusnya alam kubur dengan alam dunia, sehingga si mayit tidak bisa mendengar, mengapa masih ada yang berfaham bahwa ahli kubur bisa dipakai sebagai perantara ( washilah ) dalam berdo’a kepada Allah ?, bahkan mempercayai bahwa si ahli kubur bisa memberi barokah ?. Padahal ahli kubur sudah tidak bisa mendengar lagi ?, apalagi memberi barokah !.

DO’A
Beda dengan do’a, do’a dipanjatkan kepada Allah, bila syarat syaratnya benar, maka Allah akan mengabulkan Nya !. Dengan demikian do’a yang ditujukan untuk memohon ampun bagi si mayit, maka Allah akan mengampuni si mayit. 
Namun keadaan jadi  “ syrik “ ( menyekutukan Allah ) bila si pemohon menjadikan si mayit sebagai washilah
Akankah masih meragukan posisi dirinya kepada Allah Yang Maha Kuasa ?.
Bukankah  Allah secara jelas menegaskan posisi Nya yang sangat dekat dengan hamba Nya, akankah masih berwashilah kepada ahli kubur ?!, alangkah hinanya !.
“ Dan apabila hamba hamba Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka ( jawablah ), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi ( segala perintah Ku ) dan hendaklah mereka beriman kepada Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran “. ( Q.S. Al Baqarah 186 )

KEMBALI KE TUNTUNAN
Al Quran dan sunnah Nabi s.a.w. adalah pegangan, pedoman dan petunjuk bagi yang beriman dalam beribadah. Dengan demikian tidak ada yang bisa menandingi mutlak kebenarannya !. Maka dalam beribadah jangan sampai ikut ikutan, apa kata orang, karena  pendengaran, penglihatan dan hati kelak akan ditanya di hari qiamat !.
“ Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya “. ( Q.S. Al Isra’ 36 )

Semoga Allah selalu memberikan petunjuk Nya agar tetap berpegang teguh pada tuntunan Nya. 
“ Ya Allah nampakkan bahwa yang benar itu benar dan berilah kami kemampuan untuk mengikutinya, dan nampakkan bahwa yang salah itu salah, dan berilah kemampuan kami untuk menjahuinya “. Amiin.  


KISAH TAULADAN
ABU HURAIRAH

Nama lengkap Abdur Rahman bin Sakhir, di masa jahilyah bernama Abd Syams, biasa dipanggil Abu Hurairah, lantaran seekor kucing selalu menyertai dan beliau senantiasa memberi makan dan memandikannya.
Dilahirkan pada 21 sebelum hijrah. Yatim sejak kecil, bekerja pada Bashrah binti Ghazawan, setelah memeluk Islam dia menikahinya.
Berasal dari kabilah Dus, Yaman, memeluk Islam tahun 7 H. Semenjak memeluk Islam selalu menyertai Nabi s.a.w., termasuk golongan ahl As Shuffah ( fakir miskin penduduk Madinah dari kaum muhajirin, berjumlah sekitar 400 orang, tidak memiliki keluarga dan kekayaan, tinggal diemperan masjid Nabawi, sejak saat itu mereka mendapat julukan Ahl As Shuffah ( orang yang tinggal di emperan masjid Nabawi ).
Mempergunakan sepertiga malamnya untuk beribadah, sepertiga untuk istrinya, yang sepertiga lagi untuk putrinya.    
Suatu hari mengadukan keadaan ibunya kepada Rasulullah s.a.w. memohon agar mendo’akan ibunya supaya mendapat petunjuk dan memeluk Islam, Nabipun mengabulkan permintaannya, akhirnya ibunya memeluk Islam.
Umar bin Khaththab r.a. pernah menugaskan sebagai gubernur wilayah Bahrain, setelah sekian lama menjabat Umar mengamati bahwa Abu Hurairah hanya sibuk beribadah, kemudian Umar mencopot jabatannya. Kemudian Umar bermaksud mengangkatnya kembali namun ditolaknya.
Marwan bin Hakam pernah menguji tentang hafalannya terhadap hadits Nabi s.a.w., karena pada masa itu banyak bermunculan hadits palsu yang dinisbatkan pada Abu Hurairah, Marwan memanggil dan meminta menyebutkan beberapa hadits, kemudian sekretaris Marwan mencatatnya. Setahun kemudian Marwan memanggilnya kembali dan Abu Hurairah menyebutkan semua hadits yang pernah dia sampaikan sebelumnya, tanpa tertinggal satu hurufpun.
Termasuk sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits dari Rasulullah s.a.w. Al Bukhari berkata : “ Tercatat lebih dari 800 orang perawi hadits dari kalangan shahabat dan tabi’in yang meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah “.
Sempat meriwayatkan 5.374 hadits, diantaranya : Nabi s.a.w. bersabda : “ Iman itu mempunyai tujuh puluhan cabang dan malu itu adalah salah satu dari cabang iman “  
Diantara shahabat yang meriwayatkan hadits dari beliau adalah : Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Anas bin Malik, Jabir bin Abdullah.
Wafat di Madinah, jasadnya di makamkan di Baqi’.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar