Jumat, 19 Desember 2014



WALAU BUTA BERKEDUDUKAN MULIA

“ Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena telah datang seorang buta kepadanya. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa),  atau Dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya “. ( Q.S. ‘ Abasa 1-4 )

Pada umumnya yang dikenal sebagai muadzdzin Rasulullah s.a.w hanya satu yaitu Bilal bin Rabah r.a. padahal selain Bilal masih ada lagi yaitu Abdullah bin Ummi Maktum r.a.
Kedua muadzin Rasulullah ini, memiliki tugas masing masing untuk mengumandangkan adzan. Bilal bin Rabah adzan pada waktu shalat tahajud, sedangkan Abdullah bin Ummi Maktum adzan pada saat waktu shalat subuh.
Dari Ummul Mukminin Aisyah r.a. : Sesungguhnya Bilal adzan pada waktu (sepertiga) malam. Karena itu Rasulullah r.a. bersabda : “ Makan dan minumlah kalian sampai Ibnu Ummi Maktum adzan. Karena dia tidak akan adzan kecuali setelah terbitnya fajar shadiq (masuk waktu subuh) .

LATAR BELAKANG
Abdullah bin Ummi Maktum adalah salah seorang sahabat  Rasulullah s.a.w, dia termasuk assabiqunal awwalun (orang orang yang pertama memeluk Islam). Ada yang mengatakan nama beliau adalah Umar, ada juga yang menyebut Amr, kemudian Rasulullah s.a.w. menggantinya dengan nama Abdullah.
Orang orang Madinah mengenalnya dengan nama Abdullah, sedangkan orang Irak menyebutnya Amr. Abdullah memiliki kedekatan nasab dengan Ummul Mukminin Khadijah r.a.

TUNA NETRA
Abdullah bin Ummi Maktum memiliki kekurangan fisik berupa kebutaan (tuna netra). Rasulullah r.a. bertanya kepadanya : Sejak kapan engkau kehilangan penglihatan ? , dia menjawab : Sejak kecil . Maka Rasulullah r.a. bersabda : Allah  berfirman : Jika Aku mengambil penglihatan hambaKu, maka tidak ada balasan yang lebih pantas kecuali syurga .
Saat Allah memerintahkan Rasul Nya dan kaum muslimin untuk hijrah ke Madinah, maka Abdullah bin Ummi Maktum menjadi orang pertama yang menyambut seruan tersebut.

KEISTIMEWAANNYA
Selain sebagai muadzdzin, Abdullah bin Ummi Maktum merupakan orang kepercayaan Nabi s.a.w. Saat Nabi s.a.w. berangkat ke medan perang, beliau selalu mengangkatnya menjadi wali Kota Madinah, setidaknya 13 kali

DIALOG
Di awal permulaan dakwah Islam di Mekah, Rasulullah s.a.w. sering mengadakan dialog dengan para pembesar Quraisy, dengan harapan agar mereka mau menerima Islam. 
Suatu saat beliau bertatap muka dengan Utbah bin Rabiah, Syaibah bin Rabi’ah, Abu Jahal, Umayyah bin Khalaf dan Walid bin Mughirah, ayah Khalid bin walid.
Beliau berkeinginan agar mereka mau menerima dakwah dan menghentikan penganiayaan terhadap para sahabat. Sementara beliau berdialog, tiba tiba Abdullah bin Ummi Maktum datang minta dibacakan kepadanya ayat ayat Alquran.
Abdullah berkata : Wahai Rasulullah, ajarkanlah kepadaku ayat ayat yang telah diajarkan Allah kepada Anda .
Rasul tidak menghiraukan permintaan Abdullah bin Ummi Maktum. Kemudian beliau membelakangi Abdullah dan melanjutkan pembicaraan dengan pembesar Quraisy.

DITEGUR
Usai berbicara dengan mereka, Rasulullah s.a.w. bermaksud hendak pulang. Tetapi tiba tiba penglihatan beliau gelap dan kepala beliau terasa sakit seperti kena pukul. Kemudian Allah mewahyukan firman Nya kepada beliau :
Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena telah datang seorang buta kepadanya. tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa),  atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya?.Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup, maka kamu melayaninya.  Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau Dia tidak membersihkan diri (beriman). Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran),  sedang ia takut kepada (Allah), maka kamu mengabaikannya. Sekali kali jangan (demikian). Sesungguhnya ajaran ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan. Maka barangsiapa yang menghendaki, tentulah ia memperhatikannya, di dalam Kitab Kitab yang dimuliakan. yang ditinggikan lagi disucikan, di tangan para penulis (malaikat),  yang mulia lagi berbakti( Q.S. ‘Abasa 1-16 )
Enam belas ayat itulah yang disampaikan Jibril Al Amin ke dalam hati Rasulullah s.a.w. sehubungan dengan peristiwa tersebut.
Sejak hari itu Rasulullah s.a.w. semakin memuliakan Abdullah bin Ummi Maktum.

IKUT BERPERANG
Pada tahun 14 H, Amirul Mukminin Umar bin Khattab mengadakan konfrontasi dengan Kerajaan Persia. Nabi s.a.w. menulis surat kepada para gubernurnya dengan bersabda : “Jangan ada seorang pun yang ketinggalan dari orang orang yang memiliki senjata, yang mempunyai kuda, atau yang berani, atau yang berpikiran tajam, melainkan hadapkan semuanya kepadaku sesegera mungkin ! .
Lalu berkumpullah kaum muslimin, tergabung dalam pasukan besar yang dipimpin oleh sahabat yang mulia, Saad bin Abi Waqqash. Di antara pasukan tersebut terdapat Abdullah bin Ummi Maktum.
Abdullah bin Ummi Maktum masuk ke dalam pasukan Perang Qadisiyah dengan mengenakan baju besinya, tampil gagah, dan bertugas memegang panji bendera Islam.

GUGUR SAMBIL MENDEKAP BENDERA
Perang berkecamuk sampai pada hari ketiga, kaum muslimin berhasil mengalahkan pasukan Persia.
Namun kemenangan harus dibayar dengan gugurnya para syuhada, di antaranya adalah Abdullah bin Ummi Maktum r.a. Jasadnya ditemukan sambil memeluk bendera yang diamanatkan kepadanya untuk dijaga.


KISAH TAULADAN
UQBAH BIN AMAR AL BADRI R.A.

Uqbah bin Amr adalah seorang sahabat Anshar cukup banyak meriwayatkan hadits Nabi SAW. dikenal dengan sebutan  Abu Mas’ud al Badri, karena termasuk salah seorang sahabat ahli Badar.  
Namun Abu Mas’ud pernah mengalami  peristiwa yang hampir mencelakakannya di akhirat, bahkan mungkin bisa membatalkan jaminan keselamatannya sebagai ahli Badar, hanya karena tidak mampu menahan amarahnya.
Suatu ketika salah seorang budaknya berbuat kesalahan yang membuat kemarahannya. Begitu emosinya sehingga mencambuk budaknya. Saat  mencambuk, terdengar suara di arah belakangnya : “ Ketahuilah wahai Abu Mas’ud…”
Suara tersebut tidak terlalu jelas karena memang agak  jauh, ia belum bisa mengenal siapa yang berbicara tersebut, sehingga dia masih saja mencambuk budaknya. Tetapi ketika suara makin jelas karena semakin dekat, dia mengenalinya sebagai suara Rasulullah SAW. Kemudian dia berbalik menghadap beliau, dan Nabi SAW bersabda lagi : “ Ketahuilah wahai Abu Mas’ud, sesungguhnya Allah lebih kuasa untuk menyiksa kamu, daripada siksaanmu kepada budakmu itu…!! ”.
Abu Mas’ud gemetar ketakutan mendengarnya, begitu takutnya sampai cambuknya terjatuh tanpa disadarinya, dan dia berkata : “ Saya tidak akan pernah memukul seorang budak setelah ini selama lamanya ! ”.
Kemudian dia berkata lagi : Wahai Rasulullah, sesungguhnya budak ini merdeka karena Allah..! ”.
Mendengar ucapannya, tampak ekpresi kelegaan di wajah Nabi s.a.w. kemudian beliau bersabda : Seandainya engkau tidak segera memerdekakannya (budak tersebut), niscaya kamu akan disiksa atau dibakar oleh api neraka!! .
Inilah salah satu bentuk kasih sayang Nabi SAW terhadap umatnya. Beliau tidak ingin seorang sahabat ahli Badar seperti dirinya harus “mencicipi” panasnya api neraka untuk sekedar menebus kedzaliman yang dilakukannya, walaupun akhirnya tetap saja akan masuk syurga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar