WALAU BUTA BERKEDUDUKAN MULIA
“ Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena
telah datang seorang buta kepadanya. Tahukah kamu barangkali ia ingin
membersihkan dirinya (dari dosa), atau
Dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat
kepadanya “. ( Q.S. ‘ Abasa 1-4 )
Pada umumnya yang dikenal
sebagai muadzdzin Rasulullah s.a.w hanya satu yaitu Bilal bin Rabah r.a. padahal selain Bilal
masih ada lagi yaitu
Abdullah bin Ummi Maktum r.a.
Kedua
muadzin Rasulullah ini, memiliki tugas masing masing untuk mengumandangkan adzan. Bilal bin Rabah adzan
pada waktu shalat tahajud,
sedangkan Abdullah bin Ummi Maktum adzan pada saat waktu shalat subuh.
Dari Ummul
Mukminin Aisyah r.a. : “ Sesungguhnya Bilal adzan
pada waktu (sepertiga) malam. Karena itu Rasulullah r.a.
bersabda : “ Makan
dan minumlah kalian sampai Ibnu Ummi Maktum adzan. Karena dia tidak akan adzan kecuali
setelah terbitnya fajar shadiq (masuk waktu subuh) ”.
LATAR
BELAKANG
Abdullah
bin Ummi Maktum adalah salah seorang sahabat
Rasulullah s.a.w,
dia termasuk assabiqunal awwalun (orang orang yang pertama memeluk
Islam). Ada yang mengatakan nama beliau adalah Umar, ada juga yang menyebut
Amr, kemudian
Rasulullah s.a.w. menggantinya
dengan nama Abdullah.
Orang orang
Madinah mengenalnya dengan nama Abdullah, sedangkan orang Irak menyebutnya Amr.
Abdullah memiliki kedekatan nasab dengan Ummul Mukminin Khadijah r.a.
TUNA NETRA
Abdullah
bin Ummi Maktum memiliki kekurangan fisik berupa kebutaan (tuna netra).
Rasulullah r.a.
bertanya kepadanya :
“ Sejak
kapan engkau kehilangan penglihatan ? ”, dia menjawab : “ Sejak kecil ”. Maka Rasulullah r.a.
bersabda : “ Allah berfirman : “ Jika
Aku mengambil penglihatan hambaKu, maka tidak ada balasan yang lebih pantas
kecuali syurga ”.
Saat
Allah memerintahkan Rasul Nya
dan kaum muslimin untuk hijrah ke Madinah, maka Abdullah bin Ummi Maktum
menjadi orang pertama yang menyambut
seruan tersebut.
KEISTIMEWAANNYA
Selain
sebagai muadzdzin,
Abdullah bin Ummi Maktum merupakan orang kepercayaan Nabi s.a.w. Saat Nabi s.a.w. berangkat ke medan perang, beliau selalu mengangkatnya menjadi wali Kota Madinah, setidaknya 13 kali
DIALOG
Di awal
permulaan dakwah Islam di Mekah, Rasulullah s.a.w. sering mengadakan dialog dengan para
pembesar Quraisy, dengan harapan agar mereka mau menerima Islam.
Suatu saat beliau bertatap muka
dengan Utbah bin Rabiah, Syaibah bin Rabi’ah, Abu Jahal, Umayyah bin Khalaf dan
Walid bin Mughirah, ayah Khalid bin walid.
Beliau
berkeinginan agar mereka
mau menerima dakwah dan
menghentikan penganiayaan terhadap para sahabat. Sementara beliau berdialog, tiba tiba Abdullah bin Ummi
Maktum datang minta dibacakan kepadanya ayat ayat Alquran.
Abdullah berkata : “ Wahai Rasulullah,
ajarkanlah kepadaku ayat ayat
yang telah diajarkan Allah kepada Anda ”.
Rasul
tidak menghiraukan
permintaan Abdullah bin Ummi Maktum. Kemudian beliau
membelakangi Abdullah dan melanjutkan pembicaraan dengan pembesar Quraisy.
DITEGUR
Usai berbicara
dengan mereka, Rasulullah s.a.w. bermaksud hendak pulang. Tetapi tiba tiba penglihatan beliau
gelap dan kepala beliau terasa sakit seperti kena pukul. Kemudian Allah
mewahyukan firman Nya
kepada beliau :
“ Dia
(Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena telah datang
seorang buta kepadanya. tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya
(dari dosa), atau dia (ingin) mendapatkan
pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya?.Adapun orang yang
merasa dirinya serba cukup, maka
kamu melayaninya. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau Dia
tidak membersihkan diri (beriman). Dan adapun orang yang
datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran), sedang ia takut kepada (Allah), maka kamu
mengabaikannya. Sekali kali jangan
(demikian).
Sesungguhnya ajaran ajaran Tuhan itu adalah suatu
peringatan. Maka
barangsiapa
yang menghendaki, tentulah ia memperhatikannya, di dalam Kitab Kitab yang
dimuliakan. yang
ditinggikan lagi disucikan, di tangan para penulis
(malaikat), yang mulia lagi berbakti “. ( Q.S. ‘Abasa 1-16 )
Enam
belas ayat itulah yang disampaikan Jibril Al Amin ke dalam hati
Rasulullah s.a.w. sehubungan
dengan peristiwa tersebut.
Sejak hari
itu Rasulullah s.a.w.
semakin memuliakan Abdullah bin Ummi Maktum.
IKUT
BERPERANG
Pada
tahun 14 H, Amirul Mukminin Umar bin Khattab mengadakan konfrontasi dengan
Kerajaan Persia. Nabi s.a.w. menulis surat kepada para gubernurnya dengan bersabda : “Jangan
ada seorang pun yang ketinggalan dari orang orang yang memiliki
senjata, yang mempunyai kuda, atau yang berani, atau yang berpikiran tajam,
melainkan hadapkan semuanya kepadaku sesegera mungkin ! ”.
Lalu
berkumpullah kaum muslimin, tergabung dalam pasukan besar yang dipimpin oleh
sahabat yang mulia, Saad bin Abi Waqqash. Di antara pasukan tersebut terdapat
Abdullah bin Ummi Maktum.
Abdullah
bin Ummi Maktum masuk ke dalam pasukan Perang Qadisiyah dengan mengenakan baju
besinya, tampil gagah, dan bertugas memegang panji bendera Islam.
GUGUR SAMBIL MENDEKAP BENDERA
Perang
berkecamuk sampai pada hari ketiga, kaum muslimin berhasil mengalahkan pasukan
Persia.
Namun
kemenangan harus dibayar dengan gugurnya para syuhada, di antaranya adalah Abdullah bin
Ummi Maktum r.a. Jasadnya ditemukan sambil memeluk bendera yang
diamanatkan kepadanya untuk dijaga.
KISAH TAULADAN
UQBAH BIN AMAR AL BADRI R.A.
Uqbah bin Amr adalah seorang
sahabat Anshar cukup banyak meriwayatkan hadits Nabi SAW. dikenal dengan sebutan Abu Mas’ud al Badri, karena termasuk salah
seorang sahabat ahli Badar.
Namun Abu Mas’ud pernah mengalami peristiwa yang hampir mencelakakannya di
akhirat, bahkan mungkin bisa membatalkan jaminan keselamatannya sebagai ahli
Badar, hanya karena tidak mampu menahan amarahnya.
Suatu ketika salah seorang budaknya
berbuat kesalahan yang membuat kemarahannya. Begitu emosinya sehingga mencambuk budaknya. Saat mencambuk, terdengar suara di arah belakangnya : “ Ketahuilah wahai Abu
Mas’ud…”
Suara tersebut tidak
terlalu jelas karena memang agak jauh, ia belum bisa
mengenal siapa yang berbicara tersebut, sehingga dia masih saja mencambuk
budaknya. Tetapi ketika suara makin
jelas karena semakin
dekat, dia
mengenalinya sebagai suara Rasulullah SAW. Kemudian dia berbalik menghadap beliau, dan Nabi
SAW bersabda lagi : “ Ketahuilah wahai Abu Mas’ud, sesungguhnya Allah lebih kuasa
untuk menyiksa kamu, daripada siksaanmu kepada budakmu itu…!! ”.
Abu Mas’ud gemetar ketakutan mendengarnya, begitu takutnya sampai
cambuknya terjatuh tanpa disadarinya, dan dia
berkata : “ Saya tidak akan pernah
memukul seorang budak setelah ini selama lamanya ! ”.
Kemudian dia
berkata lagi : “ Wahai Rasulullah,
sesungguhnya budak ini merdeka karena Allah..! ”.
Mendengar ucapannya, tampak ekpresi
kelegaan di wajah Nabi s.a.w.
kemudian beliau bersabda :
“ Seandainya
engkau tidak segera memerdekakannya (budak tersebut), niscaya kamu akan disiksa
atau dibakar oleh api neraka!! ”.
Inilah salah satu bentuk
kasih sayang Nabi SAW terhadap umatnya. Beliau
tidak ingin seorang sahabat ahli Badar seperti dirinya harus “mencicipi”
panasnya api neraka untuk sekedar menebus kedzaliman yang dilakukannya,
walaupun akhirnya tetap saja akan
masuk syurga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar