Selasa, 23 Desember 2014



     JIWA MENDERITA BILA BERBUAT ANIAYA

Sesungguhnya dosa itu atas orang orang yang berbuat dzalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat adzab yang pedih.  
( Q.S. As Syura 42 )
                             
Begitu luas dan sempurnanya ajaran agama sehingga tidak hanya mengatur hubungan antara hamba dan Tuhannya saja, namun diajarkan pula hubungan antar manusia.
“ Dari ‘Iyadl bin Himar r.a. berkata : “ Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Sesungguhnya Allah telah memberi wahyu kepadaku agar kamu sekalian saling merendahkan diri sehingga tidak ada seorangpun yang berbuat aniaya kepada yang lain, dan tidak ada seorangpun yang bersikap sombong kepada yang lain “.  ( H.R. Muslim )  
Namun sayang karena kurangnya memahami ajaran agama, sehingga banyak pemeluknya yang terjerumus kepada perbuatan aniaya yang sangat besar resikonya, sehingga mencemarkan nama agama.      

RENDAH DIRI TIDAK ANIAYA
Sikap rendah diri atau rendah hati bukan berarti hina justru menjadi terhormat dan disegani. Dengan bersikap rendah diri hubungan menjadi makin akrab, makin erat, sehingga orang makin suka karena ada rasa sambung rasa.
Rendah hati menunjukkan jiwa yang longgar, jiwa yang besar dan lapang dada, jiwa yang perduli, jiwa yang suka toleran, suka memberi dan menerima masukan. 
Jauh beda dengan sifat tinggi hati, yang menimbulkan sikap apriori, sikap maunya sendiri, mau enak sendiri yang bisa menyebabkan sikap arogansi yang berbahaya sekali.
Dengan sikap ini akan membuahkan sikap dzalim atau aniaya yang akan membuat susah orang lain. 
Dengan bersikap aniaya berarti mengumbar hawa nafsu yang dikendalikan setan, seakan terasa puas rasanya, namun takkan kekal selamanya, karena pada hakekatnya mengingkari fithrah jiwa yang suka kepada kebaikan, kejujuran, kebenaran.
Jika perbuatan aniaya terus dilakukan jelas jiwa akan teraniaya, tersiksa, tertekan dibuatnya, sehingga jiwa terasa tak nyaman : Resah, khawatir, ketakutan.
Bukankah para pencuri, perampok, penadah, koruptor pada menyembunyikan diri, melarikan diri, menyembunyikan hasil usahanya, karena dikejar rasa bersalah yang selalu membayangi dan menghantuinya.          

BAHAYA ANIAYA
Begitu berat resiko berbuat aniaya sehingga Nabi s.a.w. mengingatkan.     
Dari Jabir r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Tahukah kamu sekalian pada kedzaliman ( aniaya ) karena kedzaliman itu merupakan kegelapan pada hari kebangkitan, dan takutlah kamu sekalian pada kekikiran karena kekikiran itu telah membinasakan umat sebelum kalian, dan hal itulah yang mendorong mereka untuk mengadakan pertumpahan darah serta menghalalkan apa apa yang diharamkan bagi mereka “.  ( H.R. Muslim )
Begitu besar resiko berbuat aniaya, sehingga berakibat mengalami kegelapan di hari kebangkitan.                               
MENGAMBIL HAK
Mengambil hak orang lain sangat dilarang dalam agama, walau hanya sedikit nilainya, karena sifat bakhillah yang membuat tidak mengindahkan sikap saling tolong, saling membantu, saling memberi, saling mencintai, sehingga timbul sikap rakus untuk memperkaya diri sendiri.
Jalan apapun ditempuhnya yang penting menghasilkan, tak perduli halal haram, sifat inilah yang menimbulkan kedzaliman.      

DIKALUNGI 7 LAPIS BUMI
Dari ‘Aisyah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda : Barang siapa  mengambil hak orang lain walaupun hanya sejengkal tanah, maka nanti ( pada hari kiamat ) akan dikalungkan tujuh lapis bumi “.  ( H.R. Bukhari dan Muslim )
Begitu beratnya resiko mengambil hak walau hanya sejengkal tanah, begitu tinggi agama menghargai hak seseorang, sehingga yang menyerobotnya kelak akan dikalungi 7 lapis bumi !.

KISAH NYATA
Ketika pulang dari pengajian seorang jama’ah bercerita pada saya, bahwa ketika mengubur jenazah tidak bisa dimasukkan ke dalam liang lahat karena lubang kurang panjang, mungkin ketika menggali kurang tepat ukurannya dengan panjang jenazah.
Akhirnya liang lahat dikeduk diperpanjang lagi agar jenazah bisa dimasukkan, namun setelah diperpanjang galian ternyata jenazah masih belum bisa dimasukkan juga.
Sampai disini para pengantar mulia curiga ada apa dengan fenomena ini ?. Akhirnya untuk ketiga kalinya liang kibur diperpanjang lagi, namun.......ternyata jenazah tidak bisa dimasukkan lagi.
Pikir para pengantar : “ dari pada repot repot, jenazah dimasukkan saja dengan cara paksa “ sehingga terdengar suara “ Krek “, betapa ngeri kedengarannya.
Saya bertanya : “ Dik apa benar kisah ini ? “, jawabnya : “ Benar ustadz karena saya ikut mengantar dan memakamkannya “, dengan terpaksa saya bertanya : “ Apa amal almarhum selama hidupnya ? “. “ Kata tetangga dia suka menggeser batas tanahnya sehingga tanah tetangga jadi berkurang ukurannya “, jawab si jama’ah.
Ternyata kisah ini banyak dijumpai ditempat lain, gara gara mengambil hak tanah orang lain, jenazahnya jadi sulit dimakamkan. 
Betapa hina prilakunya sehingga  tanah saja tidak mau menerima jasadnya karena sifat aniayanya.      

HARAM MASUK SYURGA
Begitu hina yang berbuat aniaya, sehingga Allah mewajibkan masuk neraka dan haram masuk syurga, walau hanya hanya sedikit nilainya.
Dari Abu Umamah Iyas bin sa’labah Al Haritsy r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Barang siapa merampas hak seorang muslim dengan menggunakan sumpah, maka Allah benar benar mewajibkan kepadanya untuk masuk neraka dan Allah mengharamkan syurga baginya “. Ada seorang sahabat bertanya : “ Walau yang dirampas itu sesuatu yang sangat sedikit wahai Rasulullah ? “, beliau menjawab : “ Walau hanya sepotong kayu arak “. ( H.R. Muslim )

BANGKRUT
Pedagang bangkrut masih bisa bangkit dengan berbagai kiat dan usaha, namun kebangkrutan di akherat lain halnya, betapa tidak ? !, akibat prilaku aniaya didunia, walau berbekal ibadah yang banyak namun tersedot hilang lenyap dibuatnya, bahkan jadi makin banyak ditimpa dosa, akibat limpahan dosa dari orang yang di aniayanya !. 
Dari Abu Hurairah r.a. katanya Rasululah s.a.w. bersabda : “ Tahukah apa arti muflis ( bangkrut / pailit ) ?, jawab para sahabat : “ Muflis menurut kami ialah orang yang tidak memiliki uang dan tidak memiliki harta “. 
Beliau bersabda : “ Muflis ialah umatku yang kelak di hari kiamat datang dengan membawa amal shalat, puasa, dan zakat. Dan juga membawa perbuatan dosa karena dia pernah memaki orang, menuduh orang, memakan harta orang, membunuh orang, memukul orang. Maka diberikan pahala kebaikannya kepada orang orang yang didzaliminya. Jika pahala kebaikannya habis sebelum terbayar lunas kepada orang orang yang didzaliminya, maka diambil dosa mereka yang didzaliminya kemudian ditimpakan kepadanya, kemudian dia dilemparkan kedalam neraka “. ( H.R. Muslim )
Begitu besar resiko berbuat aniaya, sehingga nilai ibadahnya seakan sia sia itu di akherat belum lagi di dunia, hatinya jadi tersiksa karena jiwanya jelas resah, gelisah, tidak nyaman karena selalu dibayangi rasa salah berketerusan. 
“ Berilah mereka peringatan dengan hari yang dekat ( hari kiamat yaitu ) ketika hati ( menyesak ) sampai di kerongkongan dengan menahan kesedihan. Orang orang yang dzalim tidak mempunyai teman setia seorangpun dan tidak ( pula ) mempunyai seorang pemberi syafa'at yang diterima syafa'atnya “. ( Q.S. Al Mukmin 18 )
           


KISAH TAULADAN
PEMUDA QONAAH

Nabi s.a.w. mengirimkan beberapa sahabat ke Yaman untuk berda’wah, sebagian besar menerima dakwah para sahabat, salah satunya kabilah Tujib. 
Beberapa waktu kemudian, kabilah ini mengirim utusan tiga belas orang kepada Nabi s.a.w. guna mengukuhkan keislaman di hadapan beliau, sekaligus menyerahkan shadaqah. 
Setelah beberapa hari tinggal untuk mempelajari Al Qur’an dan beberapa ajaran ajaran Islam langsung dari Nabi s.a.w. mereka berpamitan. Beliau juga memberi perbekalan dan hadiah kepada mereka. 
Kemudian beliau bersabda : “Apakah kalian semua telah memperoleh perbekalan dan bingkisan yang cukup ? ”.
Mereka membenarkan, tetapi tiba tiba seorang berkata : “ Wahai Rasulullah, seorang pemuda tinggal di dalam kemah menjaga tunggangan kami. Dia yang termuda di antara kami ”.  “ Panggillah dia kesini ! ”, kata Nabi s.a.w. dan Nabi s.a.w. telah mempersiapkan hadiah sebagaimana teman temannya.
Setelah mengucapkan salam, pemuda itu berkata : “ Demi Allah, tidak ada sesuatu yang membuatku sibuk tentang utusan negeriku (sehingga aku tidak membutuhkan apapun). Wahai Rasulullah, sesungguhnya tidak ada yang mendorongku keluar rumah menuju kemari, kecuali agar engkau mendoakan aku supaya Allah mengampuni dan merahmati aku, dan menjadikan hatiku merasa selalu berkecukupan (Dalam riwayat lain dengan maksud yang sama : ...dan menjadikan kekayaanku ada di dalam hatiku)…! ”.
Kemudian Nabi s.a.w. mendoakan seperti permintannya. Peristiwa tersebut terjadi pada tahun 9 hijriah. Setahun kemudian Nabi s.a.w. bertemu orang orang Bani Tujib tetapi beliau tidak menemukan pemuda tersebut. Kemudian beliau bertanya  dan ada yang menjawab : “ Wahai Rasulullah, demi Allah, kami tidak pernah melihat orang seperti dirinya. Tidak ada orang yang begitu qana’ah (merasa cukup) terhadap rezeki Allah seperti dia. Jika semua orang bertaburkan harta dunia di sekelilingnya, dia sama sekali tidak perduli, bahkan tidak sedikitpun meliriknya…! ”. Ketika Nabi s.a.w. wafat dia tetap teguh dalam keimanan dan qana’ahnya. Bahkan tetap aktif berdakwah pada kaumnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar