Senin, 22 Desember 2014



DARI PELAYAN SAMPAI MENJADI ILMUWAN

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum nyata bagi Allah orang orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang orang yang sabar . ( Q.S. Ali Imron 142 )
          
Salah seorang sahabat Nabi yang memiliki riwayat khusus dan specifik adalan Anas bin Malik.
Ketika kecil, Ummu Sulaim ( Rumaisha binti Milhan ) ibu Anas menyerahkan kepada Nabi s.a.w. untuk menjadi pelayan beliau. hingga beliau berpulang ke Rahmatullah. 

BAHAGIA
Sebelum kedatangan Islam, kedua orang tuanya, Rumaisha binti Milhan dan Malik bin Nadhar hidup bahagia.
Ketika Islam datang di Madinah, yang dibawa  oleh Mush'ab bin Umair dan tokoh Madinah, As'ad bin Zurarah. ( Nabi saat itu belum berhijrah). Ummu Sulaim mengikuti seruan tersebut dan memeluk Islam tanpa diketahui suaminya.

BERTIKAI
Ketika Malik bin Nadhar mengetahui keislaman istrinya, dia marah sambil berkata : " Apakah engkau sudah murtad ? ".   
" Aku tidak murtad, tetapi justru aku telah beriman…! ", kata Ummu Sulaim. Saat itu Ummu Sulaim sedang bersama Anas, yang segera direngkuhnya dan berkata : " Wahai Anas ucapkanlah : Asyhadu an laa ilaaha illallaah…! ". Anaspun mengikuti perintah ibunya mengucap kalimat syahadat dengan lancar.

EMOSI
Suaminya berkata : "Janganlah engkau merusak keyakinan anakku! ". " Aku tidak merusaknya,"  Kata Ummu Sulaim, " Bahkan aku akan mengajar dan mendidiknya…! ".
Suaminya makin marah melihat sikap istrinya dan mengancam akan meninggalkannya.

MENINGGALKAN RUMAH
Namun kemarahan dan ancaman suaminya tidak membuat keyakinan Ummu Sulaim surut, sehingga membuat kemarahan Malik bin Nadhar makin memuncak dan meninggalkan rumah.
Sebagian riwayat mengatakan pergi ke Syam dan meninggal di sana, riwayat lain mengatakan dia bertemu dengan musuh lamanya dan terbunuh dalam suatu perkelahian. 
Ummu Sulaim dan anak anaknya sangat sedih, apalagi mendapat kabar kalau suaminya telah meninggal. 

BUKAN SATU SATUNYA
Anas bin Malik bukan satu satunya pelayan Nabi s.a.w., ada beberapa sahabat lainnya yang membaktikan hidupnya melayani Rasulullah s.a.w. seperti Bilal bin Rabah, Rabi'ah bin Ka'b, dan lain lainnya.
Ketika menginjak dewasa Anas bin Malik aktif dalam berbagai medan jihad bersama Rasulullah s.a.w., tanpa meninggalkan tugas utamanya sebagai pelayan beliau.
Di masa Umar bin Khatthab, ketika dia mengikuti pasukan mengepung benteng Tustar, dia berada di ujung tanduk, sudah berada di pintu kematiannya.
Tetapi karena Rasulullah s.a.w. telah mendoakannya berusia panjang, maka ada saja jalan yang menyelamatkannya.

PEMBERANI
Pasukan Persia yang mempertahankan kota Tustar menggunakan besi panas berkait untuk menyerang pasukan muslim yang mengepungnya. Tentara muslim yang terkena kaitan akan diangkat ke atas benteng dan dibunuh.
Saat itu Anas bin Malik terkena kaitan besi panas tersebut dan ditarik ke atas. Melihat keadaan tersebut, saudara Anas, Barra' bin Malik, yang bertubuh kecil tetapi mempunyai semangat dan kekuatan jihad luar biasa, meminta beberapa orang untuk melemparkannya ke arah kaitan besi panas yang membawa saudaranya tersebut.
Barra' berhasil merengkuh kaitan besi, walau tangannya melepuh tidak diperdulikannya lagi. Ia berhasil melepaskan Anas dari kaitan tersebut dan menjatuhkan diri di kumpulan pasukan muslim, dan mereka berdua selamat. 

KADER KHUSUS
Selama sepuluh tahun menjadi pelayan Nabi s.a.w., Anas mendapat kasih sayang dan pendidikan akhlak berbasis wahyu dan kenabian. Tidak heran bila ia menjadi sahabat yang ilmunya melimpah, sehingga banyak meriwayatkan hadits. 

KEHILANGAN SEPARUH ILMU
Ketika Anas bin Malik meninggal, pada masa kekhalifahan Walid bin Abdul Malik dari Bani Umayyah sekitar tahun 90 hijriah, para ulama pada masa itu berkata : " Telah hilang dari kita separuh dari ilmu…! ".

KEISTIMEWAANNYA
Sahabat Abu Hurairah pernah berkata, "Aku tidak melihat seseorang yang shalatnya lebih mirip dengan shalatnya Rasulullah s.a.w. kecuali shalatnya putra Ummu Sulaim (yakni, Anas bin Malik)…".

KAROMAHNYA
Anas bin Malik pernah didatangi seorang lelaki yang memberitahu kalau daerahnya dilanda kekeringan. Dia mendatangi daerah tersebut, kemudian wudhu dan shalat dua rakaat di  tanah lapang yang tandus kemudian berdoa, beberapa saat kemudian turun hujan, padahal saat itu musim kemarau.

KESANNYA TENTANG NABI
Hal yang paling berkesan bagi Anas tentang Nabi s.a.w. diungkapkan sebagai berikut: " Selama sepuluh tahun saya berkhidmad kepada Rasulullah s.a.w., saya tidak pernah melihat beliau memukul seorang pelayan ataupun seorang wanita. Beliau juga tidak pernah menegur (atau mempertanyakan) : Apa yang engkau lakukan?, mengapa engkau lakukan?, mengapa engkau tidak lakukan ini?, mengapa engkau tidak tinggalkan itu ? ".


                                                                        KISAH TAULADAN

ABU RAFI R.A. MAULA RASULULLAH


Usai Perang Badar, ketika Ummu Fadhl dan Abu Rafi duduk duduk di pinggiran Ka’bah, sedang Abbas mengikuti perang Badar dan tertawan oleh pasukan muslim, datanglah Abu Lahab yang tetap tinggal di Makkah karena sakit. Ia berjalan sambil menyeret kakinya yang tampak lemah.
Tidak berapa lama, datang beberapa orang pasukan Quraisy yang mengalami kekalahan di Perang Badar, salah satunya adalah Abu Sufyan bin Harits, Abu Lahab memanggilnya untuk menceritakan. 
Ibnu Harits duduk di sebelah Abu Lahab dan berkata : Saat kami berhadapan dengan sekelompok orang, mereka menyerang dan menawan kami sekehendak hatinya tanpa kami bisa melawannya. 
Demi Allah, kami berhadapan dengan orang orang berpakaian putih menunggang kuda,  berseliweran antara langit dan bumi, dan kuda kuda itu tidak meninggalkan jejak apapun dan tidak menginjak apapun…”
Mendengar cerita Abu Sufyan bin Harits, Abu Rafi sangat gembira. sampai ia tidak sadar kalau sebenarnya masih menyembunyikan keislamannya. Tiba tiba saja ia berteriak gembira : Demi Allah, itu adalah para malaikat yang membantu orang orang muslimin .
Abu Lahab spontan memukul wajah Abu Rafi, ketika ia mencoba melawan, Abu Lahab membanting dan mendudukinya sambil memukulinya tanpa ampun. 
Melihat kejadian tersebut  Ummu Fadhl marah, walau Abu Rafi hanya budaknya, tetapi ia adalah saudaranya sesama Islam. Ia bangkit mengambil tiang pembatas Zamzam dan memukulkannya dengan keras ke kepala Abu Lahab, sambil berkata : Engkau berani menyiksa orang ini selagi tuannya tidak ada! .
Kepala Abu Lahab mengalami luka cukup parah, akibat luka tersebut, tujuh hari kemudian Abu Lahab meninggal. Kemudian  Abu Rafi dihadiahkan Abbas kepada Rasulullah s.a.w., dan beliau memerdekakannya, ia dikenal dengan sebutan maula (budak yang dimerdekakan) Rasulullah s.a.w.












Tidak ada komentar:

Posting Komentar