DARI PELAYAN SAMPAI MENJADI
ILMUWAN
“ Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum nyata bagi Allah orang orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata
orang orang yang sabar “. ( Q.S. Ali Imron 142 )
Salah seorang
sahabat Nabi yang memiliki riwayat khusus dan specifik adalan Anas bin Malik.
Ketika kecil, Ummu Sulaim ( Rumaisha binti Milhan ) ibu Anas menyerahkan kepada Nabi
s.a.w. untuk menjadi
pelayan beliau.
hingga beliau berpulang ke Rahmatullah.
BAHAGIA
Sebelum kedatangan Islam, kedua orang tuanya, Rumaisha
binti Milhan dan Malik bin Nadhar hidup bahagia.
Ketika Islam datang di Madinah, yang dibawa oleh Mush'ab bin Umair dan tokoh Madinah, As'ad bin
Zurarah. ( Nabi saat itu belum berhijrah). Ummu Sulaim mengikuti seruan tersebut dan memeluk Islam
tanpa diketahui suaminya.
BERTIKAI
Ketika Malik bin Nadhar
mengetahui keislaman istrinya,
dia marah sambil berkata : " Apakah engkau sudah murtad ? ".
" Aku tidak murtad, tetapi
justru aku telah beriman…! ", kata
Ummu Sulaim. Saat
itu Ummu Sulaim sedang bersama Anas,
yang segera direngkuhnya
dan berkata : " Wahai Anas ucapkanlah : “ Asyhadu an laa ilaaha
illallaah…! ". Anaspun mengikuti perintah ibunya
mengucap kalimat syahadat dengan lancar.
EMOSI
Suaminya berkata : "Janganlah engkau
merusak keyakinan anakku! ". " Aku tidak merusaknya," Kata Ummu Sulaim, " Bahkan aku akan mengajar
dan mendidiknya…! ".
Suaminya makin marah melihat sikap istrinya
dan mengancam akan meninggalkannya.
MENINGGALKAN RUMAH
Namun kemarahan dan
ancaman suaminya tidak membuat keyakinan
Ummu Sulaim surut, sehingga membuat kemarahan Malik bin Nadhar
makin memuncak dan meninggalkan rumah.
Sebagian riwayat mengatakan pergi ke Syam dan
meninggal di sana, riwayat lain
mengatakan dia bertemu dengan musuh
lamanya dan terbunuh dalam suatu perkelahian.
Ummu Sulaim dan anak anaknya sangat sedih, apalagi
mendapat kabar kalau suaminya telah meninggal.
BUKAN SATU SATUNYA
Anas bin Malik bukan satu satunya pelayan Nabi s.a.w., ada beberapa sahabat
lainnya yang membaktikan hidupnya melayani Rasulullah s.a.w. seperti Bilal bin Rabah,
Rabi'ah bin Ka'b, dan lain lainnya.
Ketika menginjak
dewasa Anas
bin Malik aktif dalam
berbagai medan jihad bersama Rasulullah s.a.w., tanpa meninggalkan tugas
utamanya sebagai pelayan beliau.
Di masa Umar bin Khatthab,
ketika dia
mengikuti pasukan mengepung benteng Tustar, dia berada di ujung tanduk, sudah
berada di pintu kematiannya.
Tetapi karena Rasulullah s.a.w. telah mendoakannya berusia
panjang, maka ada saja jalan yang menyelamatkannya.
PEMBERANI
Pasukan Persia yang mempertahankan kota Tustar menggunakan besi panas
berkait untuk menyerang pasukan muslim yang mengepungnya. Tentara muslim yang
terkena kaitan akan diangkat ke atas benteng dan dibunuh.
Saat itu Anas bin Malik
terkena kaitan besi panas tersebut dan ditarik ke atas. Melihat keadaan tersebut,
saudara Anas, Barra' bin Malik, yang bertubuh kecil tetapi mempunyai semangat
dan kekuatan jihad luar biasa, meminta beberapa orang untuk melemparkannya ke
arah kaitan besi panas yang membawa saudaranya tersebut.
Barra' berhasil merengkuh
kaitan besi, walau tangannya melepuh tidak diperdulikannya lagi. Ia berhasil
melepaskan Anas dari kaitan tersebut dan menjatuhkan diri di kumpulan pasukan
muslim, dan mereka berdua selamat.
KADER KHUSUS
Selama sepuluh tahun
menjadi pelayan Nabi s.a.w.,
Anas
mendapat kasih
sayang dan pendidikan akhlak berbasis wahyu dan kenabian. Tidak heran bila ia menjadi sahabat yang
ilmunya melimpah, sehingga banyak
meriwayatkan hadits.
KEHILANGAN SEPARUH ILMU
Ketika Anas bin Malik
meninggal, pada masa kekhalifahan Walid bin Abdul Malik dari Bani Umayyah
sekitar tahun 90 hijriah, para ulama pada masa itu berkata : " Telah hilang dari kita
separuh dari ilmu…! ".
KEISTIMEWAANNYA
Sahabat Abu Hurairah pernah
berkata, "Aku tidak melihat seseorang yang shalatnya lebih mirip dengan
shalatnya Rasulullah s.a.w.
kecuali shalatnya putra Ummu Sulaim (yakni, Anas bin Malik)…".
KAROMAHNYA
Anas bin Malik pernah
didatangi seorang lelaki yang memberitahu kalau daerahnya dilanda kekeringan. Dia mendatangi daerah
tersebut, kemudian wudhu dan shalat dua rakaat di tanah lapang yang tandus kemudian berdo’a, beberapa saat kemudian turun
hujan, padahal
saat itu musim kemarau.
KESANNYA TENTANG NABI
Hal
yang paling berkesan bagi Anas
tentang Nabi s.a.w.
diungkapkan sebagai berikut:
" Selama
sepuluh tahun saya berkhidmad kepada Rasulullah s.a.w., saya tidak pernah melihat
beliau memukul seorang pelayan ataupun seorang wanita. Beliau juga tidak pernah
menegur (atau mempertanyakan) : “
Apa yang engkau lakukan?,
mengapa
engkau lakukan?,
mengapa
engkau tidak lakukan ini?,
mengapa
engkau tidak tinggalkan itu ? ".
KISAH TAULADAN
ABU
RAFI R.A. MAULA RASULULLAH
Usai Perang Badar, ketika
Ummu Fadhl dan Abu Rafi duduk duduk
di pinggiran Ka’bah, sedang Abbas mengikuti perang Badar dan tertawan oleh
pasukan muslim, datanglah Abu Lahab yang tetap tinggal di Makkah karena sakit.
Ia berjalan
sambil menyeret
kakinya yang tampak lemah.
Tidak berapa lama, datang
beberapa orang pasukan Quraisy yang mengalami kekalahan di Perang Badar, salah
satunya adalah Abu Sufyan bin Harits, Abu Lahab memanggilnya untuk
menceritakan.
Ibnu Harits duduk di sebelah Abu Lahab dan berkata : “ Saat kami berhadapan dengan
sekelompok orang, mereka
menyerang dan menawan kami sekehendak hatinya tanpa kami bisa melawannya.
Demi Allah, kami berhadapan dengan orang orang berpakaian putih
menunggang kuda, berseliweran antara
langit dan bumi, dan kuda kuda
itu tidak meninggalkan jejak apapun dan tidak menginjak apapun…”
Mendengar cerita Abu Sufyan bin Harits, Abu Rafi sangat gembira.
sampai ia tidak sadar kalau sebenarnya masih menyembunyikan keislamannya. Tiba tiba saja ia berteriak
gembira :
“ Demi
Allah, itu adalah para malaikat yang membantu orang orang muslimin ”.
Abu Lahab spontan memukul wajah Abu Rafi, ketika ia mencoba melawan, Abu Lahab membanting dan mendudukinya sambil
memukulinya tanpa ampun.
Melihat
kejadian
tersebut Ummu Fadhl marah, walau Abu Rafi hanya budaknya, tetapi
ia adalah saudaranya sesama Islam. Ia bangkit mengambil tiang pembatas Zamzam
dan memukulkannya dengan keras ke kepala Abu Lahab, sambil berkata : “ Engkau berani menyiksa orang
ini selagi tuannya tidak ada! ”.
Kepala Abu Lahab mengalami luka cukup parah, akibat
luka tersebut, tujuh hari kemudian Abu Lahab meninggal. Kemudian Abu Rafi dihadiahkan
Abbas kepada Rasulullah s.a.w.,
dan beliau memerdekakannya, ia dikenal dengan sebutan maula (budak yang
dimerdekakan) Rasulullah s.a.w.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar