Rabu, 03 Desember 2014




   
MENGAJAK KEPADA KEBAIKAN MENCEGAH KEMUNGKARAN
   
 Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat
 yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang orang yang beruntung
( Q.S. Ali Imran 104 )
            
Kalimat di atas sering disampaikan dengan kalimat " amar ma'ruf nahi mungkar " yang terdengar akrab di telinga kaum Muslimin.
Amar berasal dari kata amaro : menyuruh atau memerintah, ma’ruf artinya kebaikan, nahi : mencegah. Jadi amar ma’ruf nahi munkar : “ Memerintah kepada kebaikan dan mencegah kemunkaran “.
Walau manusia dimulyakan, namun tak lepas dari tabiat lupa dan salah, maka peran amar ma’ruf nahi munkar perlu diamalkan, agar dapat meminimalisir kelemahan dan kekurangannya, agar lingkungan hidup terselamatkan.

DUA LANDASAN
Ayat diatas mengandung perintah : yad’uuna ilal khoir, yad’uu berasal dari kata : Da’aa ( mengajak / menyeru ), pelakunya disebut Daa’i ( pengajak atau penyeru ), kemudian menjadi bentuk masdar : Da’wah ( seruan ).
Jadi makna yad’uuna ilal khoir : “ Mereka mengajak kepada kebaikan “.
Berkembangnya agama tergantung pada dua kegiatan ini : Memerintah kepada yang ma’ruf dan mencegah dari kemungkaran. Ma'ruf artinya perbuatan yang mendekatkan diri kepada Allah, sedangkan mungkar segala perbuatan yang menjauh dari Nya. Kegiatan keduanya merupakan perbuatan baik ( Khoir ).

FORMAN DAN INFORMAL
Mengajak atau menyeru dapat dilakukan secara perseorangan ( tidak resmi : face to face ) atau berkelompok ( resmi : forum pengajian / ceramah ).
Semakin giat da’wah dilakukan akan semakin baik bagi perkembangan agama.

JANGAN PESIMIS
Da’wah yang dilakukan secara informal lebih efektif dari yang formal, karena dilakukan secara face to face jadi lebih dekat, lebih akrab. 
Maka sebagai seorang Muslim jangan merasa rendah hati dalam berda’wah, sampaikan apa yang bisa, jangan pesimis karena minimnya pengetahuan agama, sambil terus mendalaminya, bukankah Nabi s.a.w. bersabda : “ Sampaikan dari aku walaupun satu ayat “.
Bukankah disekitar anda ada keluarga, ada kawan, teman kerja, rekanan, sanak famili. Sampaikan apa yang bisa, agar hidup bermanfaat bagi agama !.

BIJAKSANA
Dalam mengajak hendaklah bijaksana, artinya disertai pendekatan, sentuhan, ketekunan, kelembutan, kesabaran, tidak kasar, tidak menyinggung perasaan, tidak terkesan memaksa, menggurui, apalagi mendoktrin.
“ Serulah ( manusia ) kepada jalan Tuhan mu dengan hikmah ( bijaksana ) dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui  tentang siapa yang tersesat dari jalan Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang orang yang mendapat petunjuk( Q.S. An Nahl 125 )                                                                                      

TAHAPAN NAHI MUNGKAR
Mengajak kepada kebaikan, lebih mudah dari mencegah kemungkaran, karena mengandung resiko. Maka dalam mencegah kemunkaran ada tahapan tahapan :
Dari Abu Sa’id Al Khudry r.a. berkata : “ Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Barang siapa diantara kamu sekalian melihat kemungkaran maka hendaklah ia merubahnya dengan tangannya, bila ia tidak mampu maka hendaklah ia merubah dengan lisannya, bila ia tidak mampu maka hendaklah ia merubahnya dengan hatinya, dan itu adalah selemah lemah iman “. ( H.R. Muslim )
Tahap pertama bila ada kemunkaran : Merubah dengan tangan, artinya dengan perbuatan ( action ), dengan kekuasaan. 
Maka sangat beruntung bagi yang punya jabatan / kekuasaan dan mau memanfaatkannya, karena sangat besar pengaruhnya.
Bayangkan bila seorang walikota, gubernur, menteri apalagi presiden, menginstruksikan : “ Minuman keras, judi, pelacuran harus lenyap di bumi Indonesia. Pemakai dan pengedar narkoba hukum seberat beratnya ! “
Maka bisa dibayangkan pengaruhnya, hanya dengan beberapa kalimat saja, seluruh jajaran dibawahnya akan bergerak serentak memberantasnya.
Bagi yang punya jabatan alangkah mulyanya bila mau dan bisa melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar di lingkungannya, jangan malu dikatakan terlalu fanatik. Apalagi menunggu saat pensiun, karena sudah tidak punya gigi lagi.
Tahap ke dua bila tidak mampu, hendaklah merubah dengan lisannya, artinya hanya dengan menasehati. 
Tahap ke tiga bila tidak mampu hendaknya mengubah dengan hatinya karena lemahnya iman ( mengelus dada / prihatin dan tidak ikut dalam kegiatan di dalamnya ).  

ANCAMAN
Dalam berda’wah usahakan yang sudah diamalkan, agar tidak kena ancaman : 
Wahai orang orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan ?. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa apa yang tidak kamu kerjakan. (  Q.S. Ash Shaff 2-3 )      

TAMSIL
Kehidupan bermasyarakat akan berjalan dengan baik, aman dan sejahtera bila semuanya berjalan menurut tuntunan agama. Maka amar ma’ruf dan nahi mungkar harus tetap dilaksanakan, bila tidak artinya masing masing hanya mementingkan kepentingannya sendiri, tanpa perduli adanya kemaksiatan disekitarnya, maka jelas kerusakan akan makin meluas di lingkungan sekitarnya !.
Dari Nu’man bin Basyir r.a. dari Nabi s.a.w. beliau bersabda : “ Perumpamaan orang yang senantiasa melaksanakan hukum hukum Allah dan orang yang terjerumus di dalamnya, adalah bagaikan perumpamaan orang orang yang membagi tempat dalam perahu, dimana ada sebagian orang yang berada di atas dan ada pula yang di bawah. 
Orang orang yang berada di bagian bawah ketika mereka memerlukan air mereka harus naik ke atas, yang sudah barang tentu mengganggu mereka yang diatas, kemudian mereka berkata : “ Kami akan melubangi saja bagian kami ini, sehingga tidak mengganggu orang orang yang di atas “. Jika mereka membiarkan apa yang dikehendaki orang orang yang dibawah, niscaya akan binasalah mereka itu, tetapi bila mereka mencegah perbuatan mereka, maka akan selamatlah mereka semua “. ( H.R. Bukhari )       
Dalam membangun negara, kema’rufan jangan didampingi kemungkaran. Ingat kasus miras dan narkoba, karena pemerintah tidak tegas dalam memberantasnya, banyak rakyat jadi korban : Perkelahian, tawuran, pembunuhan, perampokan, perkosaan, kecelakaan karena pengemudinya fly / mabuk.
Ironisnya lagi karena ringannya hukuman, di negara yang dikenal mayoritas Muslim, justru peredaran narkoba makin marak. Bahkan dalam lembaga pemasyarakatan sampai bisa terjadi jual beli narkoba ?!.

HIKMAH
Betapa besar penghargaan Allah kepada yang mengajak berbuat baik, bukankah mengajak saja hukumnya termasuk shodaqoh
Dari Jabir r.a. berkata : “ Setiap perbuatan baik adalah shodaqoh “. ( H.R. Bukhari )
Walau yang diajak tidak menghiraukan, tetap mendapat nilai shodaqoh !, bahkan bila sabar atas penolakan ini, ia dapat pahala karena kesabarannya. 
Dan bila mau diajak, maka akan mendapat tambahan pahala sebanyak yang diperoleh orang yang diajaknya, tanpa mengurangi pahala orang yang diajaknya !. Betapa murahnya Allaah.  Semoga Allah menjadikan kita suka beramar ma’ruf nahi mungkar, Amiin.
    

KISAH TAULADAN
PENGEMBALIAN HAJAR ASWAD
          
Ketika Ka’bah selesai diperbaiki terjadilah pertengkaran antara kaum Quraisy dan umat Islam tentang siapa yang berhak meletakkan Hajar Aswad ( batu hitam ) pada tempatnya  semula.              
Seorang tokoh Quraisy tertua Abu Umayah bin Mughirah, mengusulkan agar tugas ini diserahkan kepada orang yang pertama kali memasuki pintu Ka’bah. Usul tersebut disetujui secara aklamasi oleh semua yang hadir.
Mereka penasaran ingin tahu dengan menunggu sambil memperhatikan pintu Ka’bah. Tiba tiba saja dari balik pintu muncul seorang yang amat berwibawa, sehingga orang orang yang menantikan secara serempak berseru : “ Naaah itu dia Al Amin kita serahkan saja persoalan ini pada beliau “.
Rasulullah s.a.w. yang tidak tahu menahu ujung pangkal persoalan menjadi kebingungan menyaksikan tingkah mereka yang tiba tiba saja bersuara gaduh. 
Rasulullah s.a.w. tertegun sejenak diambang pintu. Setelah diberitahu sebab musababnya, kemudian Rasulullah s.a.w. menghamparkan surban kemudian diambilnya Hajar Aswad ( batu hitam ) dan  diletakkannya di atas surban beliau.
“ Saya persilakan tiap tiap kepala kabilah (suku ) mengangkat bagian ujung surban ini “. Pinta Rasulullah s.a.w. maka diangkatlah ujung surban oleh empat orang kepala kabilah. 
Sudut pertama oleh Rabiah, sudut kedua dan seterusnya oleh Zama’, Abu Huzaifah bin Mughirah, dan Qais bin Addiy.
Setelah diangkat dan mendekati ka’bah, Hajar Aswad diambil oleh Rasulullah s.a.w. dan diletakkan pada tempatnya semula. 
Setelah Hajar Aswad diletakkan seluruh kepala kabilah tampak puas menyaksikannya. Batu hitam yang mereka perdebatkan sudah tidak menjadi persoalan lagi. Kebijaksanaan yang ditempuh Rasulullah s.a.w. untuk menyelesaikan pertikaian sudah teratasi. 
Mereka memuji kebijaksanaan Rasulullah s.a.w. yang dapat menyelesaikan dengan baik dan bijaksana. Hal itu merupakan tonggak sejarah yang tidak terlupakan bagi mereka.
Sampai sekarang hajar aswad dijadikan pelengkap ibadah haji dengan cara menciumnya atau memberi isyarat seperti dilakukan Rasulullah s.a.w.
Hajar aswad terletak di sudut Ka’bah, yakni diatas fondasi yang disebut fondasi Ibrahim a.s., sebab bangunan Ka’bah mempunyai empat sudut ( rukun ), yakni rukun Aswad, dua rukun Syam, dan rukun Yamani
Semula warna batu tersebut adalah putih, tetapi karena sering diciumi anak cucu Adam sehingga berubah menjadi hitam. Perubahan itu disebabkan karena banyaknya dosa yang melekat pada batu suci tersebut. 






Tidak ada komentar:

Posting Komentar