MENGAJAK KEPADA KEBAIKAN MENCEGAH KEMUNGKARAN
Dan hendaklah ada di
antara kamu segolongan umat
yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang
ma'ruf dan mencegah dari yang munkar,
merekalah orang orang
yang beruntung
( Q.S. Ali
Imran 104 )
Kalimat di
atas sering disampaikan dengan kalimat " amar ma'ruf nahi mungkar " yang terdengar akrab di telinga kaum Muslimin.
Amar
berasal dari kata amaro : menyuruh
atau memerintah, ma’ruf artinya
kebaikan, nahi : mencegah. Jadi amar
ma’ruf nahi munkar : “ Memerintah kepada
kebaikan dan mencegah kemunkaran “.
Walau
manusia dimulyakan, namun tak lepas dari tabiat lupa dan salah, maka peran amar
ma’ruf nahi munkar perlu diamalkan, agar dapat meminimalisir kelemahan dan
kekurangannya, agar lingkungan hidup terselamatkan.
DUA
LANDASAN
Ayat
diatas mengandung perintah : yad’uuna
ilal khoir, yad’uu berasal dari kata : Da’aa
( mengajak / menyeru ), pelakunya
disebut Daa’i ( pengajak atau
penyeru ), kemudian menjadi bentuk masdar :
Da’wah ( seruan ).
Jadi makna
yad’uuna ilal khoir : “ Mereka mengajak
kepada kebaikan “.
Berkembangnya
agama tergantung pada dua kegiatan ini : Memerintah
kepada yang ma’ruf dan mencegah dari kemungkaran. Ma'ruf artinya perbuatan yang
mendekatkan diri kepada
Allah,
sedangkan mungkar segala perbuatan
yang menjauh dari Nya. Kegiatan keduanya merupakan perbuatan baik ( Khoir ).
FORMAN
DAN INFORMAL
Mengajak atau menyeru dapat
dilakukan secara perseorangan ( tidak resmi : face to face ) atau berkelompok ( resmi : forum pengajian
/ ceramah ).
Semakin
giat da’wah dilakukan akan semakin baik bagi perkembangan agama.
JANGAN PESIMIS
Da’wah
yang dilakukan secara informal lebih efektif dari yang formal, karena dilakukan
secara face to face jadi lebih dekat, lebih akrab.
Maka sebagai seorang Muslim
jangan merasa rendah hati dalam berda’wah, sampaikan apa yang bisa, jangan
pesimis karena minimnya pengetahuan agama, sambil terus mendalaminya, bukankah
Nabi s.a.w. bersabda : “ Sampaikan dari
aku walaupun satu ayat “.
Bukankah disekitar anda ada
keluarga, ada kawan, teman kerja, rekanan, sanak famili. Sampaikan apa yang
bisa, agar hidup bermanfaat bagi agama !.
BIJAKSANA
Dalam
mengajak hendaklah bijaksana, artinya disertai pendekatan, sentuhan, ketekunan,
kelembutan, kesabaran, tidak kasar, tidak menyinggung perasaan, tidak terkesan
memaksa, menggurui, apalagi mendoktrin.
“ Serulah ( manusia )
kepada jalan Tuhan mu
dengan hikmah ( bijaksana ) dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan Nya
dan Dialah yang lebih mengetahui orang orang yang mendapat
petunjuk “. ( Q.S. An Nahl 125 )
TAHAPAN NAHI MUNGKAR
Mengajak
kepada kebaikan, lebih mudah dari mencegah kemungkaran, karena mengandung
resiko. Maka dalam mencegah kemunkaran ada tahapan tahapan :
Dari Abu Sa’id Al Khudry r.a. berkata : “ Saya mendengar
Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Barang siapa diantara kamu sekalian melihat
kemungkaran maka hendaklah ia merubahnya dengan tangannya, bila ia tidak mampu
maka hendaklah ia merubah dengan lisannya, bila ia tidak mampu maka hendaklah
ia merubahnya dengan hatinya, dan itu adalah selemah lemah iman “. ( H.R. Muslim )
Tahap
pertama bila ada kemunkaran : Merubah dengan tangan, artinya dengan perbuatan (
action ), dengan kekuasaan.
Maka sangat beruntung bagi yang punya jabatan /
kekuasaan dan mau memanfaatkannya, karena sangat besar pengaruhnya.
Bayangkan
bila seorang walikota, gubernur, menteri apalagi presiden, menginstruksikan : “ Minuman keras, judi, pelacuran harus lenyap di bumi
Indonesia. Pemakai dan pengedar narkoba
hukum seberat beratnya ! “.
Maka bisa dibayangkan pengaruhnya, hanya dengan
beberapa kalimat saja, seluruh jajaran dibawahnya akan bergerak serentak memberantasnya.
Bagi yang
punya jabatan alangkah mulyanya bila mau dan bisa melaksanakan amar ma’ruf nahi
munkar di lingkungannya, jangan malu dikatakan terlalu fanatik. Apalagi menunggu
saat pensiun, karena sudah tidak punya gigi lagi.
Tahap ke
dua bila tidak mampu, hendaklah merubah dengan lisannya, artinya hanya dengan menasehati.
Tahap ke tiga bila tidak mampu
hendaknya mengubah dengan hatinya karena lemahnya iman ( mengelus dada /
prihatin dan tidak ikut dalam kegiatan di dalamnya ).
ANCAMAN
Dalam
berda’wah usahakan yang sudah diamalkan, agar tidak kena ancaman :
“ Wahai orang orang
yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan ?. Amat besar kebencian
di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa apa yang tidak kamu
kerjakan “. ( Q.S. Ash Shaff 2-3 )
TAMSIL
Kehidupan
bermasyarakat akan berjalan dengan baik, aman dan sejahtera bila semuanya
berjalan menurut tuntunan agama. Maka amar ma’ruf dan nahi mungkar harus tetap
dilaksanakan, bila tidak artinya masing masing hanya mementingkan kepentingannya
sendiri, tanpa perduli adanya kemaksiatan disekitarnya, maka jelas kerusakan akan
makin meluas di lingkungan sekitarnya !.
Dari Nu’man bin Basyir r.a. dari Nabi s.a.w. beliau
bersabda : “ Perumpamaan orang yang senantiasa melaksanakan hukum hukum Allah
dan orang yang terjerumus di dalamnya, adalah bagaikan perumpamaan orang orang
yang membagi tempat dalam perahu, dimana ada sebagian orang yang berada di atas
dan ada pula yang di bawah.
Orang orang yang berada di bagian bawah ketika
mereka memerlukan air mereka harus naik ke atas, yang sudah barang tentu
mengganggu mereka yang diatas, kemudian mereka berkata : “ Kami akan melubangi
saja bagian kami ini, sehingga tidak mengganggu orang orang yang di atas “.
Jika mereka membiarkan apa yang dikehendaki orang orang yang dibawah, niscaya
akan binasalah mereka itu, tetapi bila mereka mencegah perbuatan mereka, maka akan
selamatlah mereka semua “. ( H.R. Bukhari
)
Dalam membangun
negara, kema’rufan jangan didampingi kemungkaran. Ingat kasus miras dan narkoba,
karena pemerintah tidak tegas dalam memberantasnya, banyak rakyat jadi korban :
Perkelahian, tawuran, pembunuhan, perampokan, perkosaan, kecelakaan karena
pengemudinya fly / mabuk.
Ironisnya
lagi karena ringannya hukuman, di negara yang dikenal mayoritas Muslim, justru peredaran
narkoba makin marak. Bahkan dalam lembaga pemasyarakatan sampai bisa terjadi
jual beli narkoba ?!.
HIKMAH
Betapa besar penghargaan
Allah kepada yang mengajak berbuat baik, bukankah mengajak saja hukumnya
termasuk shodaqoh.
Dari Jabir r.a.
berkata : “ Setiap perbuatan baik adalah shodaqoh “. (
H.R. Bukhari )
Walau yang
diajak tidak menghiraukan, tetap
mendapat nilai shodaqoh !, bahkan bila sabar atas penolakan ini, ia dapat
pahala karena kesabarannya.
Dan bila
mau diajak, maka akan mendapat tambahan pahala sebanyak yang diperoleh orang
yang diajaknya, tanpa mengurangi pahala orang yang diajaknya !. Betapa murahnya
Allaah. Semoga Allah menjadikan kita
suka beramar ma’ruf nahi mungkar, Amiin.
KISAH TAULADAN
PENGEMBALIAN HAJAR
ASWAD
Ketika Ka’bah selesai
diperbaiki terjadilah pertengkaran antara kaum Quraisy dan umat Islam tentang
siapa yang berhak meletakkan Hajar Aswad ( batu hitam ) pada
tempatnya semula.
Seorang tokoh Quraisy
tertua Abu Umayah bin Mughirah, mengusulkan agar tugas ini diserahkan kepada
orang yang pertama kali memasuki pintu Ka’bah. Usul tersebut disetujui secara aklamasi
oleh semua yang hadir.
Mereka penasaran ingin
tahu dengan menunggu sambil memperhatikan pintu Ka’bah. Tiba tiba saja dari
balik pintu muncul seorang yang amat berwibawa, sehingga orang orang yang
menantikan secara serempak berseru : “ Naaah itu dia Al Amin kita serahkan
saja persoalan ini pada beliau “.
Rasulullah s.a.w.
yang tidak tahu menahu ujung pangkal persoalan menjadi kebingungan menyaksikan
tingkah mereka yang tiba tiba saja bersuara gaduh.
Rasulullah s.a.w. tertegun
sejenak diambang pintu. Setelah diberitahu sebab musababnya, kemudian
Rasulullah s.a.w. menghamparkan surban kemudian diambilnya Hajar Aswad ( batu hitam )
dan diletakkannya di atas surban beliau.
“ Saya persilakan
tiap tiap kepala kabilah (suku ) mengangkat bagian ujung surban ini “. Pinta
Rasulullah s.a.w. maka diangkatlah ujung surban oleh empat orang kepala
kabilah.
Sudut pertama oleh Rabiah, sudut kedua dan seterusnya oleh Zama’, Abu
Huzaifah bin Mughirah, dan Qais bin Addiy.
Setelah diangkat dan
mendekati ka’bah, Hajar Aswad diambil oleh Rasulullah s.a.w. dan diletakkan
pada tempatnya semula.
Setelah Hajar Aswad diletakkan seluruh kepala kabilah
tampak puas menyaksikannya. Batu hitam yang mereka perdebatkan sudah tidak
menjadi persoalan lagi. Kebijaksanaan yang ditempuh Rasulullah s.a.w. untuk
menyelesaikan pertikaian sudah teratasi.
Mereka memuji kebijaksanaan Rasulullah
s.a.w. yang dapat menyelesaikan dengan baik dan bijaksana. Hal itu merupakan
tonggak sejarah yang tidak terlupakan bagi mereka.
Sampai sekarang
hajar aswad dijadikan pelengkap ibadah haji dengan cara menciumnya atau memberi
isyarat seperti dilakukan Rasulullah s.a.w.
Hajar aswad terletak di sudut Ka’bah, yakni diatas fondasi yang disebut fondasi Ibrahim a.s., sebab bangunan Ka’bah mempunyai empat sudut ( rukun ), yakni rukun Aswad, dua rukun Syam, dan rukun Yamani.
Semula warna batu tersebut adalah putih, tetapi karena sering diciumi anak cucu Adam sehingga berubah menjadi hitam. Perubahan itu disebabkan karena banyaknya dosa yang melekat pada batu suci tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar