Selasa, 16 Desember 2014



              TEHNOLOGI MEMPERMUDAH IBADAH

“ Niscaya Allah akan meninggikan orang orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan( Q.S. Al Mujaadilah 11 )
                 
Banyak ayat Al Quran yang diakhiri dengan kalimat : “ Afala ta’qilun, afala tatafakkaruun ( apakah kamu tidak berakal ?, apakah kamu tidak berfikir ? ) “. Al Quran memang banyak memuat ayat ayat yang rasional, ilmiah, yang bersentuhan dengan akal fikiran.

BERKAT AL QURAN
Apalagi firman Allah menyemangati dengan janji  : “ Niscaya Allah akan meninggikan orang orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat “, sehingga di zaman keemasan Islam, banyak menelorkan ilmuwan Muslim yang tangguh, berkat mereka tekun menggali dan termotifasi firman Allah, sehingga mereka jauh dari kemusyrikan dan ketakhayyulan. Bahkan penemuannya diakui para ilmuwan barat dan menjadi dasar bagi perkembangan ilmu pengetahuan selanjutnya.
Diantara tokoh ilmuwan muslim yang cukup mendunia diantaranya : Ibnu Sina ( Ave sinia ) dikenal sebagai ilmuwan di bidang kedokteran. Muhammad bin Musa Al Khawarizm di bidan matematika. Akindi di bidang astronomi dan lain lain.           
             
SURAM
Namun masa keemasan dan kejayaan Islam mengalami kemunduran karena kaum muslimin menjauhi Al Quran karena terbuai jabatan dan perebutan kekuasaan, ketakhayyulan, kemusyrikan dan kebid’ahan.    

TEHNOLOGI
Tehnologi adalah alat temuan manusia untuk mempermudah urusannya,  dengan bantuan tehnologi pekerjaan bisa lebih cepat, lebih ringan, lebih praktis dan lebih mudah.

TEHNOLOGI DAN AGAMA
Karena luasnya ajaran Islam tehnologi dan ilmu pengetahuan mendapat tempat dan sangat dihargai. Sebagai bukti suatu saat Nabi s.a.w. melihat seorang petani kurma mengawinkan bunganya, melihat kenyataan ini Nabi s.a.w heran sambil bertanya. Berkat keheranan Nabi petani tersebut tidak lagi mengawinkan bunga kurmanya. Suatu saat Nabi s.a.w. datang kekebun kurma tersebut, namun dilihatnya buahnya tidak sesegar yang dahulu, dari keyataan ini kemudian beliau bersabda : “ Kamu lebih mengetahui urusan dunia kamu “. 
Dari sabda Nabi s.a.w. ini berarti urusan dunia ( tehnologi ) diserahkan sepenuhnya kepada manusia.

WAKTU SHALAT
Dalam beribadah ada keterikatan dengan waktu, yakni berdasar edaran matahari dan bulan. Ibadah puasa, hari raya ( ‘idul fitri, idul adha ), ibadah haji berpatokan pada peredaran  bulan. Adapun waktu shalat berpatokan pada  peredaran matahari.
Waktu sholat telah ditetapkan Nabi s.a.w. : Sholat Shubuh sejak terbit fajar hingga terbit matahari, sholat Dhuhur ketika matahari telah tergelincir sampai sebelum datang waktu ‘Ashar. Shalat ‘Ashar ketika bayangan melebihi panjang benda  ( selama cahaya matahari menguning ). Shalat maghrib ketika matahari terbenam selama belum hilang mega merah. Shalat ‘Isya’ ketika mega merah telang hilang hingga seperdua malam.
Dari Sulaiman bin Buraidah r.a. dari bapaknya dari Nabi s.a.w. bahwa seorang laki bertanya kepada beliau tentang waktu waktu shalat, “........Kemudian diperintahkan pula Bilal qamat utuk shalat maghrib yakni ketika matahari telah terbenam. Kemudian diperintahkan pula Bilal qamat untuk shalat ‘Isya’ yakni ketika mega merah telah hilang. Kemudian diperintahkan pula Bilal untuk shalat subuh yakni ketika terbit terbit fajar....”. ( H.R. Muslim )
Dari Abdullah bin Umar r.a. katanya Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Waktu dhuhur apabila matahari telah gelincir hingga bayangan seseorang telah sepanjang badannya, yakni selama belum datang waktu ‘Ashar, selama cahaya matahari belum menguning. Waktu shalat maghrib selama belum hilang mega merah. Waktu shalat ‘Isya’ hingga seperdua malam. Waktu shubuh sejak terbit fajar hingga terbit matahari, apabila matahari terbit berhentilah shalat hingga karena dia terbit antara dua tanduk setan “. ( H.R. Muslim )

BERKAT ASTRONOMI
Para ahli astronomi selama beratus tahun telah mengamati dan menyelidiki peredaran matahari dan bulan secara turun menurun, penemuannya selalu dicatat dan disempurnakan oleh penerusnya. Ternyata mereka menemukan fenomena bahwa waktu peredarannya selalu tetap dan terartur.
Dia lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan Nya manzilah manzilah (tempat tempat / peredaran) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda tanda (kebesaran Nya) kepada orang orang yang mengetahui ". ( Q.S. Yunus 5 )

MEMPERMUDAH IBADAH
Berdasar pengamatan yang dilakukan para ahli astronomi selama beratus  tahun tentang peredaran matahari dan bulan, yang peredarannya selalu tetap, sehingga mereka dapat merumuskan dan membuat jadual sholat.
Dengan jadual ini jelas mempermudah menetapkan waktu sholat, sehingga tidak perlu lagi melihat posisi matahari. Demikian pula dalam menentukan waktu puasa yang berdasar pada perhitungan bulan.                  

JADUAL SHOLAT
Berkat penemuan jadual sholat, kemudian disempurnakan dengan tehnologi  digital, sehingga untuk menentukan waktu sholat cukup hanya dengan melihat papan jadual ( shubuh, dhuhur, asyar, maghrib dan ‘isya’ ).

ADZAN
Redaksi adzan sudah diatur secara baku dan tidak boleh diubah, namun bagaimana agar suara adzan bisa terdengar lebih jauh, disini lagi lagi tehnologi tampil membantu dengan loud speaker, dengan demikian suara adzan akan lebih jauh jangkauannya.

A.C.
Dalam melaksanakan sholat kekhusyuan menjadi syarat utama, agar sholat tidak mengalami kegerahan, panas ( sumuk ), lagi lagi diperlukan bantuan tehnologi : Fan, air condition ( A.C.). Dengan demikian tehnologi sangat membantu dalam kekhusyu’an. 

TRANSPORTASI
Demikian pula ibadah ibadah haji, sebelum ditemukan kapal, pesawat, betapa beratnya perjalanan, namun dengan ditemukan alat transportasi jarak bisa ditempuh lebih singkat dan tidak memayahkan. Betapa luasnya ajaran Islam.



                                                                             KISAH TAULADAN
AL KINDI ILMUWAN ASTRONOMI

Nama lengkap Abu Yusuf bin Ishaq bin Ash Shabah bin Imran bin Al Asy’ats bin Qais berdarah Arab asli. Seorang ahli di bidang filsafat, dikenal piawai di bidang kedokteran, memiliki kemampuan pemikiran besar yang dikenal sepanjang peradaban manusia. 
Dilahirkan di Kufah sekitar 186 H ( 802 M.).  wafat sekitar tahun 260 H. ( 874 M. ). Ayahnya seorang pejabat pemerintahan di masa khalifah Harun Al Rasyid.
Dipanggil Al Kindi dinisbatkan kepada nama kabilah Arab Kindah, mendapat julukan filsuf Arab karena satu satunya diantara sekian banyak filsuf muslim yang tidak diragukan ke Arabannya. 
Berbagai literatur barat sempat menyelewengkan namanya menjadi Alchendius, sekalipun pada perkembangan saat ini tetap menulisnya dengan nama yang benar yakni Al Kindi.
Masa kecilnya di Kufah, ketika kanak kanak ayahnya wafat. Belajar berbagai macam ilmu di Kufah, Basrah dan Baghdad. Belajar berbagai ilmu, mulai ilmu agama, falsafat, logika, matematika, musik, astronomi, fisika, kimia, geografi, kedokteran sampai teknik mesin.
Kemampuannya dalam bidang filsafat dan penemuannya dalam bidang kedokteran serta keahliannya sebagai insinyur diakui para ilmuwan di masanya. 
Di bidang bahasa Al Kindi menguasai bahasa Yunani dan Suryani, kemampuannya dalam berbahasa ini membuatnya bisa menguasai berbagai macam ilmu yang membuatnya sangat berpengaruh bagi khalifah Al Ma’mun, sehingga mengangkatnya sebagai penerjemah buku buku asing.
Al Kindi ilmuwan besar setara dengan Ibnul Haitam dan Al Biruni. Berbagai karya ilmiahnya sampai mencapai 200 buku.
Di bidang Astronomi Al kindi mengamati posisi bintang, planet dan letaknya dari bumi, dia memperingatkan dampaknya pada bumi, kemungkinan pengukurannya, penentuan pengaruhnya sebagaimana yang terjadi pada fenomena air pasang dan surut yang berkaitan erat dengan posisi bulan. 
Berkat kecerdasannya dia memiliki keberanian menghubungkan antara fenomena satu  dengan fenomena alam lainnya di atas bumi, sehingga dapat membuahkan penemuan baru.
Seorang orientalis berkebangsaan Belanda De Bour berpendapat setelah menelaah tesis Al Kindi bahwa hipotesenya tentang air pasang dan surut tentu didasarkan pada experimennya. 
Al Kindi sempat menulis karya ilmiah  di bidang astronomi sebanyak 16 karya buku.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar