Sabtu, 13 Desember 2014



 JIWA PUAS DAN NIKMAT BILA HIDUP BERMANFAAT 
  
Maha suci Allah yang di tangan Nyalah segala
 kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun “. 
( Q.S. Al Mulk 1-2 )
                
Karena Maha Kuasa Nya Dia Mencipta, Memelihara, Menguasai dan Memiliki makhluk ciptaan Nya secara sendiri. Tidak hanya itu, bahkan Dia Kuasa pula Mematikan Nya, dan .....kelak akan membangkitan untuk dimintai pertanggung jawabannya.
Kemudian untuk apa manusia dicipta dan dipelihara Nya ?, pasti ada tujuan di balik penciptaannya,  bagi yang beriman jelas tahu jawabannya :
“ .....yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya..... “.
Betapa rugi dan sia sia yang bersusah payah menggeluti hidup, namun tidak tahu untuk apa dia dihidupkan, walaupun mungkin kesuksesan telah digapainya : jabatan tinggi, harta melimpah, dan berbagai kenikmatan lainnya.  Apalagi yang tidak berhasil menggapainya, betapa kasihan hidupnya.

TERBATAS
Bahwa kehidupan dunia pasti ada batas, ada akhirnya !, semuanya  sudah sama faham, artinya apapun yang dimiliki pasti tidak akan dinikmati selamanya, apapun jabatan yang dimiliki pasti juga ada akhirnya paling tidak bergelar pensiunan. 
Karena kekuatan akan melemah, menjadi tua, kelemahan yang tak ada kekuatan dan tak berdaya,  dan........pasti kematian akan menjemputnya.

UNTUK  APA HIDUPNYA
Kemudian untuk apa kehidupan di dunia yang telah diupayakan dengan susah payah, yang jelas tidak pasti tidak bisa lagi membantunya.
Bukankah sejak kecil sampai dewasa, dituntutnya ilmu sejak T.K..sampai perguruan tinggi dan yang berhasil bisa menyandang gelar sarjana. Kemudian bekerja, dan bisa menikmati kehidupan dunia beserta istri dan anak anaknya. 
Kemudian masa tua pasti akan menghadangnya dan kematian pasti akan  menjemputnya. Jika sudah begini apa yang telah diperbuatnya ?, akankah bermanfaat bagi kehidupan selanjutnya ?. 
Kemudian untuk apa masa hidup yang telah dilauinya dengan bersusah payah ?. Betapa ruginya yang tidak mempercayai hari kebangkitan, sehingga hidupnya tak meninggalkan bekas yang berguna.     

LEBIH BAIK  AMALNYA
Bukankah pepatah mengatakan gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang ( kulit ), nah manusia yang lebih mulia ketika mati meninggalkan apa ?, semestinya meninggalkan sesuatu yang tak kalah pentingnya dengan hewan, yakni sesuatu yang bermanfaat, yang berguna.
Maka sangat tepat bila Allah berfirman : ".....Supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya..... “.
Sesuatu yang bermanfaat adalah amal baik, amal sholih, dengan berbuat baik akan membuahkan bekas, baik di dunia maupun akherat.

DENGAN ILMUNYA
Bukankah seseorang bisa pandai berkat amal sholih bapak ibu gurunya ?, bukankah orang bisa mengenal agama berkat amal sholih para ustadz dan ustadzah ?.

DENGAN HARTA
Apalagi yang benar benar faham hakekat harta, sehingga mau berjuang di jalan Nya, dengan mewaqafkan tanah, rumah, untuk pembangunan sekolah, rumah yatim, rumah sakit, betapa nikmatnya ketika meninggal dunia, karena baginya apalah gunanya harta yang banyak, toh ketika mati tak akan dibawanya serta.

DENGAN HARTA DAN JIWA
Bukankah para sahabat Nabi s.a.w. sampai rela berjuang dengan harta bahkkan nyawanya, karena faham bahwa agama harus diperjuangkan agar manusia punya pegangan, agar hidupnya tak sia sia. 
Begitu hebatnya para sahabat memanfaatkan hidupnya sehingga agama Islam tetap tegak hingga sekarang  dan kita bisa mengenyam manfaat perjuangannya, semangat jihadnya dalam menegakkan agama.   

KEBAIKAN DAN DOSA
Akhlak yang baik merupakan bentuk berbuat baik, yang jelas akan membawa manfaat, beda dengan dosa yang bisa membuat jiwa jadi risau, yang membuat jiwa tak tenang, jiwa jadi resah.
Dari An Nawwas bin Sam’an r.a. berkata : “ Saya menanyakan tentang kebaikan dan dosa kepada Rasulullah s.a.w. kemudian beliau menjawab : “ Kebaikan adalah akhlak yang baik dan dosa adalah sesuatu yang merisaukan hatimu dan kamu tidak senang bila hal itu diketahui orang lain “. ( H.R. Muslim )

SEBAIK BAIK MANUSIA                                                         Maka beruntung yang memahami hakekat hidup sehingga diisinya dengan kesholihan, dengan berbuat baik.  
Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Sebaik baik manusia adalah yang panjang umurnya dan baik amalnya, dan sejelek jelek manusia ialah yang panjang umurnya dan jelek amalnya “.  ( H.R. Ahmad )
Dengan memperbanyak amal  sholih betapa nikmatnya, karena termasuk sebaik baik manusia.   

DI SYURGA BERSAMA RASULULLAH
Begitu banyak bidang kebaikan, termasuk menyantuni anak yatim sehingga kelak berada di syurga berdekatan dengan Nabi.
Dari Abu Hurairah r.a. berkata : “ Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Orang yang menanggung anak yatim, baik anak yatim itu saudaranya sendiri maupun orang lain, maka saya dan orang yang menanggungnya itu berada di syurga seperti dua jari ini “. Perawi hadits ini yakni Malik bin Anas mengatakan bahwa beliau berisyarat pada jari telunjuk dan jari tengah “. ( H.R. Muslim )                                                                                                                                                                            SETINGKAT AHLI IBADAH 
Begitu tinggi penghargaan bagi yang melakukan kebaikan yang merupakan manifestasi akhlak atau budi pekerti sampai bisa mengejar ke tingkat derajat ahli ibadah.
Dari ‘Aisyah r.a. berkata : “ Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Sesungguhnya orang mukmin dengan budi pekertinya yang baik dapat mengejar derajat orang yang selalu berpuasa dan sholat malam “.  ( H.R. Abu Dawud )                                                                                                      
BAGAI BERJUANG DI JALAN ALLAH
Mengurus janda dan orang miskin termasuk bidang kesholihan juga, begitu tinggi nilainya sehingga dikatagorikan berjuang di jalan Allah, dianggap seperti orang yang selalu aktif melakukan sholat tahajjud dan aktip berpuasa.
Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w. beliau bersabda : “ Orang yang mengurusi janda dan orang miskin adalah bagaikan orang yang berjuang pada jalan Allah “. Dan kalau tidak salah beliau bersabda pula : “ Dan seperti orang yang selalu sholat malam yang tidak pernah letih, dan seperti orang yang puasa tidak pernah berbuka “. ( H.R. Bukhari Muslim )                                                       


                                                                                KISAH TAULADAN
IMAM MALIK BIN ANAS MENOLAK MENGAJAR DI KELAS EKSEKUTIF
                       
Menuntut ilmu merupakan keharusan bagi seorang Muslim, agar  hidupnya tak salah arah, “ Barang siapa menghendaki dunia hendaklah dengan ilmu, barang siapa menghendaki akherat hendaklah dengan ilmu, barang siapa menghendaki keduanya hendaklah dengan ilmu pula “, demikian bunyi kata berhikmah.
 Dalam menuntut ilmu ada etikanya, ibarat minum yang berhajat harus mendatangi sumber atau tempat minumnya, bukan sebaliknya.
Demikian pula dalam menuntut ilmu, murid yang harus mendatangi guru, bukan guru mendatangi muridnya.
Imam Malik bin Anas dikenal sabagai seorang ulama besar dan terkenal, tentunya sangat memahami liku liku dalam menuntut ilmu.  
Suatu kali Harun sultan Ar Rasyid menunaikan ibadah haji, kemudian mengunjungi Madinah dan sangat berkeinginan bertemu dan belajar dari Imam Malik bin Anas yang terkenal tentang keluasan ilmu dan wawasannya.
 Kemudian dia mengirim utusan untuk menyampaikan keinginannya dan memohon agar Imam Malik bin Anas berkenan sudi menemuinya.
Walau yang membutuhkan adalah seorang sultan, Imam Malik bin Anas tidak merasa perlu memenuhi panggilannya, seraya menyampaikan pesan kepada Amirul Mukminin melalui utusannya, bahwa seorang penuntut ilmu harus datang mencari ilmu, bukan ilmu yang mendatangi seseorang.
     Khalifah Harun ar Rasyid menuruti permintaannya dan mengunjungi  Imam Malik di kediamannya, tetapi dia meminta agar majelis ilmunya kosong dari orang lain.
Imam Malikpun spontan menolak permintaannya dan membiarkan majelisnya tetap berjalan seperti biasa, seraya berkata : " Apabila ilmu tidak diberikan kepada umum maka tidak ada gunanya di dalamnya bagi orang elite ! ".
Begitu teguh pendirian imam Malik bin Anas dalam memegang prinsip, baginya walau seorang sultan tetap diperlakukan sebagai murid biasa, beliau tidak membeda bedakan dengan murid lainnya, begitu adil sikapnya, begitu mulia ahlaknya, sehingga harga diri dan kehormatannya sebagai ulama tetap terjaga.   


Tidak ada komentar:

Posting Komentar